Penurunan Kognitif akibat Gangguan Pendengaran
gangguan_pendengaran_fungsi_kognitif

Kenapa Gangguan Pendengaran Sebabkan Penurunan Kognitif ?

Gangguan pendengaran memang tidak mengancam nyawa, tapi sangat menurunkan kualitas hidup, dan meningkatkan risiko demensia. Fungsi pendengaran dan fungsi kognitif saling berhubungan. “Mekanisme mendengar yang dimulai dari telinga sampai dengan pemahaman mengenai apa yang kita dengar yang berpusat di otak, memerlukan fungsi kognitif,” papar Dr. dr. Siti Faiza Abiratno, M.Sc, Sp.THT-KL dari RS Premier Bintaro. Fungsi kognitif yang dimaksud berupa atensi atau perhatian saat komunikasi, serta kemampuan memori jangka pendek dan panjang.

Berkurangnya rangsang suara ke pusat pendengaran di otak akibat gangguan pendengaran di telinga bisa menurunkan fungsi kognitif bahkan demensia. “Ini terbukti dalam beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif bisa dicegah dengan pendengaran yang lebih baik, melalui alat bantu dengar,” tuturnya.

Baca juga: Gangguan Telinga akibat Terlalu Sering Pakai Headset

Dampaknya tak hanya sampai di sana. Akibat gangguan pendengaran, kualitas hidup buruk memburuk, dengan munculnya isolasi sosial, perasaan kesepian dan depresi, serta ketergantungan pada orang lain. Pada akhirnya, hal-hal tersebut bisa meningkatkan risiko terjadinya demensia.

Orang yang kesulitan mendengar, otaknya harus bekerja lebih keras untuk menerjemahkan dan memproses bunyi. Hal ini akan menjadi tambahan beban pada sumber mental di otak, sehingga sumber untuk memori, memahami percakapan, dan fungsi kognitif lainnya bisa menjadi lebih sedikit, dan bisa menyebabkan perubahan pada otak.

Baca juga: Mencegah Sakit Telinga saat Pesawat "Landing"

Gangguan pendengaran pada penyakit kronis tidak bisa dianggap sepele, meski tidak seberbahaya komplikasi lain yang mungkin muncul. Tetap harus diperhatikan, karena ada efek domino akibat gangguan pendengaran, yang akan sangat menurunkan kualitas hidup.

Dr. dr. Siti menegaskan, pasien penyakit kronis harus menjalani pengobatan penyakitnya sesuai arahan dokter yang merawatnya, untuk meminimalkan risiko atau memperlambat munculnya gangguan pendengaran akibat penyakit yang dideritanya. Penyandang diabetes harus mencapai target kadar HbA1c <7%. Untuk pasien gagal ginjal kronis tahap akhir (PGTA), maka harus menjalani dialisis. Dialisis bisa dengan hemodialysis (HD) atau dialisis lewat perut (CAPD/ Continous Ambulatory Peritoneal Dyalisis).

Selain itu, “Juga perlu menghindari suara-suara keras.” Terpenting, lakukan pemeriksaan fungsi pendengaran sedini mungkin. Bila ditemukan gangguan pendengaran melalui pemeriksaan, bisa segera dipasang alat yang sesuai untuk membantu fungsi pendengaran. Ini diharapkan bisa mempertahankan fungsi pendengaran, dan pada akhirnya penderita akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: People photo created by katemangostar - www.freepik.com