kasus hepatitis akut misterius muncul di 12 negara

Kasus Hepatitis Akut Melonjak Di 12 Negara, Penyebabnya Misterius

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengumumkan bila ada fenomena misterius, di mana kasus hepatitis akut pada anak melonjak di berbagai negara, penyebabnya belum diketahui.

Dalam laporannya tanggal 23 April 2022 lalu, WHO mengatakan setidaknya ada 169 kasus hepatitis akut (radang hati) terjadi pada anak-anak di 12 negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat (AS), Denmark, Israel, Irlandia, Belanda, Belgia, Perancis hingga Italia.

Sejak kabar wabah hepatitis akut dengan penyebab misterius ini diketahui pada 15 April 2022, laporan lebih lanjut pada anak-anak terus terjadi. Kasus paling banyak (114) terjadi di Inggris, disusul Spanyol (12 kasus) dan Israel dengan 12 kasus.

Dalam laman resmi WHO dikatakan, belum jelas apakah terjadi peningkatan kasus hepatitis, atau peningkatan kesadaran kasus hepatitis pada tingkat yang diharapkan, tetapi tidak terdeteksi.  

Kebanyakan anak yang dirawat di rumah sakit berusia di bawah 5 tahun. Dikabarkan, 17 anak sampai memerlukan transplantasi (cangkok) hati dan setidaknya satu anak meninggal dunia.

“Meskipun jumlahnya tidak besar, konsekuensinya cukup parah,” kata Richard Pebody, dari tim patogen ancaman tinggi WHO divisi Eropa. “Penting bagi negara-negara untuk mewaspadai.”

Kasus hepatitis akut ini dianggap misterius dan tidak biasa karena tidak terkait dengan infeksi salah satu dari virus yang khas, yakni hepatitis A, B, C, D dan E.

Para ilmuwan sementara ini percaya bahwa adenovirus, jenis virus umum penyebab infeksi saluran napas atas seperti batuk dan pilek, adalah penyebab gelombang kasus hepatitis akut ini. Setidaknya 74 anak-anak yang terinfeksi memiliki hasil positif terhadap adenovirus.

Walau adenovirus 41 telah dikaitkan dengan hepatitis pada anak-anak dengan gangguan imunitas, adenovirus 41 tidak pernah diketahui menyebabkan kondisi tersebut pada anak – anak sehat sebelumnya.

Melansir The Guardian, Direktur Kesehatan Masyarakat Skotlandia, Jim McMenamin, mengatakan bahwa investigasi sedang dilakukan untuk memahami apakah adenovirus telah bermutasi menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Atau, apakah itu dapat bersama-sama menyebabkan ‘masalah bersama’ dengan virus lain, termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Hubungan apa pun dengan vaksin COVID-19 telah dikesampingkan, karena sebagian besar anak-anak yang sakit (hepatitis akut) tidak divaksinasi, menurut WHO.

Untuk mencegah infeksi, orangtua diharapkan menerapkan gaya hidup sehat dan bersih di rumah. Protokol kesehatan yang telah diterapkan untuk COVID-19, seperti rajin mencuci tangan dan menghindari orang sakit dapat mengurangi penularan penyakit.

Waspadai gejala hepatitis seperti urin berwarna gelap, bagian putih mata berwarna kekuningan, kelelahan, demam, hilang nafsu makan, nyeri perut dan nyeri otot, hingga feses berwana pucat.

Jika menemui gejala hepatitis tersebut segera konsultasikan ke dokter anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat. (jie)