kapan penderita diabetes perlu periksa mata
cegah komplikasi diabetes di mata

Kapan Penderita Diabetes Perlu Periksa Mata, Cegah Komplikasi Diabetes di Mata

Salah satu komplikasi diabetes tersering adalah di mata. Retinopati diabetik (RD) dan diabetik makular edema(DME) bisa berujung pada kebutaan. Untuk mencegah komplikasi tersebut setiap penderita diabetes perlu periksa mata berkala. 

Secara global, diprediksi sekitar 93 juta orang mengalami komplikasi diabetes berupa retinopati diabetik dan sekitar 21 juta orang di antaranya menderita DME. 

Retinopati diabetik, menurut Dr. dr. Gitalisa Andayani Adriono, SpM(K), merupakan komplikasi diabetes yang mengenai pembuluh darah mikro (mikrovaskular) yang bersifat kronik progresif (memburuk seiring waktu) dan bisa mengancam penglihatan. 

Komplikasi mata ini, “Merupakan penyebab kebutaan utama pada usia kerja,” dr. Gita menjelaskan dalam seminar Hari Penglihatan Sedunia: “Waspadai Risiko Kebutaan pada Pasien Diabetik Makular Edema”, Selasa (11/10/2022).

Sementara DME bila terjadi pembengkakan di bagian makula (bintik kuning), yaitu bagian tengah retina yang penting untuk pusat penglihatan jelas. DME bisa terjadi di setiap tahapan retinopati diabetik. 

Dr. Gita menjelaskan 1 dari 3 penderita diabetes akan mengalami retinopati dalam hidupnya. Disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah yang akan merusak pembuluh darah yang memberikan suplai darah ke retina di belakang mata. 

Pembuluh darah retina menjadi lemah, mudah bocor dan menyebabkan pembengkakan / penebalan retina. Terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru – juga mudah pecah – yang bisa merusak retina atau makula. 

Berdampak ke fisik dan psikologis

Komplikasi diabetes di mata ini bisa sangat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Menurut Dr. dr. Elvioza, SpM(K), menyebabkan pasien mengalami kesulitan sehari-hari, seperti membaca, mengemudi, kesulitan memahami warna, hingga depresi dan kehilangan pekerjaan. 

“Mayoritas pasien DME (2 dari 3 pasien) datang dengan tajam penglihatan <69 huruf (<20/40). Ini berarti fungsi penglihatannya 50% dari orang normal,” kata dr. Elviosa. 

Pengobatan (terapi laser, injeksi steroid dan terapi terbaru menggunakan obat anti-VEGF) bisa memperbaiki tajam penglihatan, walau tidak 100%. Target pengobatan, imbuh dr. Elviosa, adalah mengontrol penyakit agar tidak memburuk hingga terjadi kebutaan. 

Hasil pengobatan tergantung banyak variabel, seperti kontrol komorbid (hipertensi, hiperkolesterol), rerata gula darah per 3 bulan (HbA1c <7%), hingga kepatuhan pasien untuk kontrol ke dokter.  

Dr. Elviosa menjelaskan, dengan pengobatan yang efektif bisa memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemandirian, produktivitas dan kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari.

“Peningkatan tajam penglihatan 1 baris (dalam grafik ETDRS yang digunakan untuk menentukan tajam penglihatan) membantu pasien untuk bisa membaca koran atau mengemudi di malam hari. Tajam penglihatan meningkat 2 baris membantu penglihatan dekat, seperti memasak atau menggunakan alat,” imbuhnya.

Pencegahan komplikasi diabetes dengan deteksi dini

Lantas kapan penderita diabetes perlu periksa mata? Sebagai catatan, makin lama menderita diabetes, makin besar risiko untuk terjadi komplikasi di mata. 

DME dapat menyebabkan perubahan penglihatan, seperti penglihatan kabur, tampak berkabut, atau warna tidak jelas dan terdapat daerah-daerah hitam.

“Bila tidak diobati akan menyebabkan kebutaan. Masalah ini dapat dihindari jika retinopati diketahui dini,” dr. Gita menegaskan. “Pada penderita diabetes tipe 1 lakukan pemeriksaan mata dalam 3-5 tahun setelah terdiagnosa. Untuk diabetes tipe 2 sesegera mungkin setelah terdiagnosa.”

Pemeriksaan mata harus diulang setahun sekali, atau bahkan lebih sering, sesuai dengan rekomendasi dokter mata. Pada penderita diabetes yang ingin hamil, sebaiknya periksa mata dulu sebelum hamil dan pada awal trimester pertama. 

Tidak kalah penting adalah kontrol gula darah, tekanan darah dan kolesterol. American Diabetes Association merekomendasikan kadar HbA1c <7% bisa mengurangi risiko komplikasi diabetes seperti retinopati. 

Penelitian juga membuktikan kontrol tekanan darah intensif dikaitkan dengan penurunan 37% pada perubahan mikrovaskular, seperti yang ada di mata. 

Penggunaan obat-obatan penurun kolesterol dikaitkan dengan penurunan risiko kumulatif retinopati dan DME secara signifikan. 

“Lakukan skrining setiap tahun dan bila terdeteksi adanya retinopati atau DME dini, segera lakukan pengobatan dan mencegah kebutaan,” pungkas dr. Gita. (jie)

Baca juga: Diabetic Macular Edema dan Bagaimana Diabetes Bisa Menyebabkan Komplikasi Kebutaan