pcnl teknik penghancur batu ginjal tanduk rusa tanpa radiasi

Ini Dia Teknik Penghancur Batu Ginjal Tanpa Radiasi Terbaru Dari Indonesia

Indonesia termasuk ke dalam lingkar ‘sabuk batu (stone belt)’ atau daerah dengan risiko tinggi terjadi batu ginjal. Tetapi para ahli urologi di Indonesia berhasil mengembangkan alat penghancur batu ginjal terbaru tanpa radiasi.   

Batu ginjal terbentuk dari timbunan kristal pada air seni, sering juga oleh endapan kalsium oksalat atau asam urik. Secara perlahan, batu terbentuk dan bertambah besar. Batu berukuran <5mm (kecil) bisa keluar sendiri bersama urin, selama penderita cukup minum.

Jika >5 mm, batu bisa bergerak ke saluran kemih, tapi justru berisiko menyumbat saluran kemih. Penderita biasanya mengeluh sakit saat berkemih atau urin keluar disertai darah. Sebelumnya, mengeluhkan pinggang terasa pegal atau nyeri pinggang.

Baca : Batu Ginjal Timbulkan Nyeri Pinggang Yang Khas

Menurut dr. Ponco Birowo, SpU(K), PhD, konsultan Uro-Andrologi dari FKUI/RSCM, Jakarta, salah satu batu ginjal yang sangat besar adalah batu tanduk rusa ginjal (staghorn stone).

Batu tersebut memiliki cabang-cabang yang mengenai dua cabang / lebih saluran ginjal, dan membentuk gambaran seperti tanduk rusa. Paling sering terjadi pada usia 55-64 tahun (1,3% populasi); lebih banyak pada laki-laki dibanding wanita.

Teknik ‘bor’ ginjal

Salah satu cara untuk menghancurkan batu ginjal berukuran besar / batu tanduk rusa adalah menggunakan prosedur minimal invasif PCNL (percutaneous nephrolithotomy), atau kerap disebut ‘bor ginjal’.

“Merupakan teknik pembedahan (operasi) dengan luka kecil – sekitar 1-1,5 cm – menggunakan jarum dan kawat pemandu (alat seperti selang berkamera) yang ditusukkan ke punggung pasien. Alat akan memecah dan mengambil pecahan batu ginjal tersebut,” terang dr. Ponco dalam seminar virtual, Rabu (29/7/2020).

Sebenarnya teknik PCNL sudah lama digunakan, namun tukas dr. Ponco, sebagian besar menggunakan sinar (radiasi) x-ray untuk menilai apakah akses ke ginjal sudah tercapai. Saluran kemih dilebarkan dengan dilator dan kamera dimasukkan untuk melihat struktur ginjal. Kemudian batu dihancurkan.

Walau dinyatakan aman untuk sebagian besar pasien, pemakaian x-ray berisiko pada orang-orang tertentu, seperti mereka dengan alergi cairan kontras, mempunyai riwayat azotemia (peningkatan nitrogen dalam darah), atau penderita panyakit ginjal polikistik.

Untuk menghilangkan paparan radiasi, dr. Ponco dan tim mengembangkan alat PCNL berbasis ultrasonografi (USG) pertama di dunia. Inovasi ini sudah dipublikasikan dalam 2 jurnal ilmiah, yaitu Research and Reports in Urology tahun 2020 dan International Urology and Nephrology tahun 2020.

Teknik baru ini juga lebih murah karena memakai alat alken telescopic metal dilator – untuk membuat akses ke ginjal – yang bisa digunakan beberapa kali, dibandingkan PCNL dengan x-ray yang memakai alat ballon dilator sekali pakai.

Untuk menjalankan prosedur ini pasien harus rawat inap 3-5 hari. Luka di ginjal pasca-prosedur tidak dijahit kembali, akan sembuh sendiri dalam 7 hari. Selama periode pemulihan luka tersebut penderita dilarang melakukan aktivitas fisik berat.

Namun PCNL juga punya risiko gagal. Ukuran batu yang terlalu besar merubah struktur ginjal, membuat alat PCNL susah mengaksesnya. Atau, terjadi perdarahan selama proses PCNL, sehingga prosedur terpaksa dihentikan.

Batu ginjal bisa muncul lagi?

Data menyebutkan mereka yang sudah pernah menderita batu ginjal, 50%-nya akan menderita batu ginjal lagi dalam 5 tahun.

Sehingga penting untuk melakukan pencegahan terbentuknya batu ginjal lagi. Dianjukan memenuhi konsumsi cairan 2-2,5 liter per hari, kurangi asupan garam karena ia adalah salah satu bahan pembentuk batu, batasi konsumsi protein hewani tinggi purin (misalnya jeroan), olahraga teratur dan perbanyak konsumsi serat.

“Bagi yang sudah pernah kena batu ginjal yang berusia > 50 tahun sangat disarankan cek medis setahun sekali. Banyak orang yang memiliki bakat (ada riwayat keluarga) menderita batu ginjal, sehingga ada/tidak keluhan harus cek up, untuk deteksi awal,” terang dr. Ponco.

Dalam masa pandemi ini, imbuh dr. Ponco, masyarakat jangan khawatir bila hendak dilakukan tindakan PCNL, karena tiap rumah sakit sudah memiliki prosedur ketat pencegahan penularan COVID-19.

“Untuk mengurangi kunjungan ke rumah sakit yang tidak perlu, pasien bisa melakukan cek USG ginjal di laboratorium yang cenderung lebih sepi,” pungkasnya. (jie)

Baca juga : Awas Batu Ginjal Pada Anak