Penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan stroke) masih menjadi penyebab utama kematian dini dan kecacatan di seluruh dunia. Selain penyebab yang sudah lama diketahui, seperti hipertensi dan kolesterol tinggi, ahli menyimpulkan adanya risiko baru penyakit kardiovaskular.
Sebelumnya kolesterol tinggi, hipertensi, obesitas, diabetes, merokok dan kurang olahraga telah ditetapkan sebagai faktor risiko penyakit jantung dan stroke. Namun walau sudah melakukan pencegahan penyakit-penyakit tersebut, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular tetap tinggi.
Itu sebabnya para ahli terus mencari tahu faktor risiko lain yang berpotensi memicu penyakit kardiovaskular. Editorial yang diterbitkan The American Journal of Medicine menjabarkan peran dan dampak penyakit-penyakit yang dianggap sebagai risiko penyakit kardiovaskular baru.
Inflamasi sistemik
Faktor risiko baru ini termasuk penyakit peradangan (inflamasi) sistemik. Penyakit gout alias asam urat adalah salah satunya. Mereka yang mengalami radang sendi akibat asam urat, kemungkinan mengalami serangan jantung atau stroke juga meningkat.
Rheumatoid arthritis (RA) dan lupus. Penderita salah satu atau kedua penyakit autoimun ini punya risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit arteri koroner, yang berisiko pada serangan jantung.
Penyakit randang saluran cerna (IBD) – seperti penyakit crohn atau kolitis ulseratif – juga meningkatkan kemungkinan pembentukan penyakit arteri koroner. Demikian juga penderita psoriasis, berisiko 50% lebih tinggi mengembangkan penyakit kardiovaskular.
Faktor ibu dan anak
Joseph S. Alpert, MD, dalam editorial tersebut menjabarkan faktor kehamilan dan persalinan yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, seperti diabetes gestasional (diabetes selama kehamilan), preeklamsia (hipertensi selama kehamilan), melahirkan dengan berat lahir rendah, persalinan prematur dan menopause dini.
Risiko penyakit kardiovaskular baru tersebut terkait dengan peningkatan sitokin dan stres oksidatif.
Hubungan yang tidak biasa dan belum bisa dijelaskan telah diamati antara sakit migrain dan munculnya aura pada pasien wanita dengan kejadian kardiovaskular.
Faktor lingkungan
Status sosial ekonomi rendah dipandang oleh peneliti sebagai salah satu faktor pemicu baru.
“Meningkatnya stresor psikososial, tingkat pendidikan dan ekonomi yang terbatas, dan kurangnya pengaruh teman sebaya yang mendukung gaya hidup sehat dapat menjadi elemen penyabab yang mengarah pada peningkatan penyakit kardiovakular di antara individu dengan sosial ekonomi rendah,” tulis Dr. Alpert yang juga adalah Editor-in-Chief di American Journal of Medicine.
Polusi udara berkontribusi pada 9 juta kematian di seluruh dunia pada 2019, dengan 62% disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, dan 31,7% penyakit arteri koroner.
Aerosol lingkungan yang sangat tercemar mengandung logam beracun, seperti timbal, merkuri, arsenik dan kadmium. Paparan terus-menerus bahan beracun tersebut memicu timbulnya sindrom koroner akut.
Faktor gaya hidup
Jam kerja yang panjang pada orang yang pernah mengalami serangan jantung meningkatkan risiko kejadian berulang, mungkin akibat paparan stresor kerja yang berkepanjangan.
“Melewatkan sarapan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan semua penyebab kematian,” imbuh Dr. Alpert. Konsumsi minuman yang mengandung gula/pemanis buatan juga berkaitan dengan peningkatan kematian kardiovaskular.
Mengenali salah satu atau lebih faktor risiko penyakit kardiovaskular baru ini dapat membantu mendorong dan memperbaiki perilaku, untuk meminimalkan kejadian kardiovaskular yang bisa berujung fatal. (jie)