infeksi covid-19 tanpa didahului gejala

Infeksi COVID-19 Bisa Tanpa Gejala, Kok Bisa?

Peneliti dari China mengonfirmasi sebuah kasus infeksi COVID-19 tanpa didahului gejala. Pasien adalah seorang wanita berusia 20 tahun dari Wuhan, yang menularkan kepada lima anggota keluarganya, tetapi tidak memiliki gejala gangguan napas berat.

Ini adalah kasus pertama yang menunjukkan bukti kuat bila infeksi COVID-19 bisa tanpa gejala. Peneliti menyatakan saat ini wanita ini dalam perawatan isolasi di Fifth People’s Hospital of Anyang. Ia tidak terlihat sakit (secara fisik), bahkan setelah anggota keluarganya mengalami demam; dua di antaranya mengalami pneumonia.

Fenomena ini dianggap anomali, tetapi para ahli pernah mendokumentasikan kasus lain di mana juga dinyatakan positif virus corona tanpa adanya gejala.

Laporan otoritas kesehatan Tiongkok (Chinese Centre for Disease Control and Prevention) menyatakan sejak 8 Desember 2019 hingga 11 Februari 2020 1,2% pasien yang terkonfirmasi tanpa didahului gejala.

Kasus tanpa gejala ini juga ditemukan –jauh lebih banyak- di kapal pesiar Diamon Princess, di mana 322 dari 621 orang yang positif tanpa didahului gejala gangguan saluran napas.

Membutuhkan perantaraan reseptor

Menurut Dr. dr. Erlina Burhan, Msc, Sp.P(K), dari Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), ada kemungkinan besar virus corona menginfeksi tanpa didahului gejala gangguan saluran napas.

Sebagaimana diketahui, COVID-19 menular melalui droplet (percikan saluran napas) yang dihasilkan saat tertawa, bicara, batuk atau bersin. Bersin memproduksi sampai 40.000 droplet yang akan evaporasi menjadi partikel yang lebih kecil dengan diameter 0,5 -12 µm.

Ketika batuk atau bicara selama 5 menit akan menghasilkan sekitar 3000 droplet. “Tetapi droplet (yang mengandung COVID-19) hanya dapat menempel dan berkembang biak di area-area tertentu dalam tubuh yang ada reseptor ACE2 (angiotensin-converting enzyme 2),” terang dr. Erlina.“Reseptor atau cantelannya itu ada di saluran napas dan saluran cerna. Itu kenapa dalam jurnal Lancet disebutkan 3% pasien virus corona dengan keluhan diare."

Infeksi kemungkinan besar baru terjadi di saluran cerna, bukan di saluran napas.  

 

Bagaimana ia bisa terkena

Dilansir dari sciencealert.com, sebelumnya wanita yang tinggal di Wuhan tersebut melakukan perjalanan ke Anyang, di Provinsi Henan, China, pada 10 Januari 2020. Tiga hari kemudian, ia pergi bersama lima anggota keluarga lainnya untuk menjenguk seorang pasien (yang tidak terkena virus corona) di salah satu rumah sakit di distrik Anyang.  

Pada 17 Januari, salah satu anggota keluarga wanita itu demam dan sakit tenggorokan. Minggu berikutnya, empat kerabat lainnya terserang demam dan gangguan pernapasan. Mereka di rawat di Fifth People’s Hospital pada 26 Januari 2020.

Semua anggota keluarga dinyatakan positif terkena virus corona. Satu-satunya orang yang pernah mereka hubungi yang berada di Wuhan adalah kerabat mereka yang berusia 20 tahun.

Ketika dokter awalnya menguji wanita itu untuk virus corona, hasilnya kembali negatif. CT scan-nya juga normal. Tetapi sehari kemudian, dia dinyatakan positif terkena virus meskipun dia tidak menunjukkan gejala apa pun. Pada 11 Februari, wanita itu masih tidak menderita demam, batuk atau sakit tenggorokan.

Dokter menyimpulkan bahwa masa inkubasi wanita itu adalah 19 hari. Pejabat kesehatan China sebelumnya memperkirakan bahwa masa inkubasi untuk virus berkisar antara 1-14 hari, tetapi penelitian terbaru menunjukkan itu bisa selama 24 hari. (jie)