Cek Kesehatan Jantung dengan Tes Calcium Scoring

Cek Kesehatan Jantung dengan Tes Calcium Scoring

Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomer satu. Sayangnya, penyakit ini sering tidak bergejala. Deteksi kesehatan jantung Anda dengan metode sederhana tes calcium scoring.

Penyakit jantung adalah penyebab pertama kematian di dunia setiap tahunnya.  Sekitar 35% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung. Federasi Jantung Dunia mencatat pada tahun 2014 angka kematian oleh penyakit jantung koroner di Asia Tenggara mencapai 1,8 juta kasus.

Masalahnya, menurut Dr. dr. Raja Adil C. Siregar, MM, SpJP (K), dari Bethsaida Hospital, Gading Serpong, Tangerang, penyempitan pembuluh darah tidak selalu menimbulkan gejala khas (angina), seperti nyeri dada yang menjalar ke leher, pundak belakang, rahang dan tangan.

“Bisa tanpa gejala. Itu sebabnya dia disebut silent killer. Solusinya, harus dilakukan pemeriksaan sejak dini,” tegas dr. Adil.

Salah satu tahap pemeriksaan awal dan sederhana adalah melakukan tes calcium scoring (Ca Score). Ini adalah tahap awal dari pemeriksaan CT-Scan yang komplit. Yakni dengan menilai banyak sedikitnya jumlah kalsium dalam pembuluh darah. Makin tinggi angka kalsium, makin besar/banyak sumbatan.

Dibandingkan dengan CT-Scan komplit, tes calcium scoring tidak perlu memasang infus, tidak memakai cairan kontras, dan tidak menggunakan banyak radiasi. “Pasien tidak perlu cek ginjal atau puasa. Relatif murah dan hasilnya bisa diperoleh ±30 menit, dengan gambar yang cukup informatif,” papar dr. Adil.

Hasil calcium scoring normal (ditunjukkan dengan nilai nol), artinya belum ada sumbatan. Disarankan untuk kontrol dan evaluasi dalam periode 1-2 tahun mendatang. Bila hasil Ca Score mild alias ringan (ditunjukkan dengan nilai 11-100), artinya sudah ada sumbatan ringan, perlu diobati untuk memperlambat penambahan plak. Evaluasi Ca Score 1 tahun kemudian.

“Namun, jika hasilnya sedang (101-400) sampai signifikan (>401), apalagi ditambah gejala spesifik yang dibuktikan dengan tes treadmill, atau ada faktor risiko berat, sebaiknya dilanjutkan dengan kateterisasi diagnostik,” ujar dokter yang pernah mendapat Bintang Satyalencana Keteladanan Bakti Husada Kesehatan RI ini.

Lebih baik dari tes lain

American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa tes calcium scoringbermanfaat terutama untuk mereka yang berisiko besar mengalami serangan jantung dalam 10 tahun ke depan. Mereka adalah yang tergolong obesitas, pradiabetes dan memiliki sejarah keluarga dengan sakit jantung.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal internasional The Lancet, Ca Score  tampak memberikan hasil yang lebih memuaskan sebagai metode skrining, dibanding tes protein C-reaktif (untuk melihat adanya inflamasi pembuluh darah yang mengarah pada serangan jantung).

Peneliti memonitor 950 partisipan tanpa gejala sakit jantung. Mereka menemukan, pasien walau memiliki kadar kolesterol rendah tapi memiliki nilai Ca Score >100 berisiko dua kali lebih tinggi mengalami serangan jantung atau stroke, dan empat kali berisiko sakit jantung dibanding mereka dengan nila Ca Score  nol (o).

Studi ini diperkuat oleh riset lain yang dilakukan John Hopkins University School of Medicine pada lebih dari 2000 orang dengan kadar LDL atau kolesterol ‘jahat’ normal. Penelitian ini berdampak besar di kalangan medis: apakah mereka yang memiliki risiko penyakit jantung tapi dengan LDL normal perlu minum obat penurun kolesterol, seperti statin?

Partisipan adalah anggota the Multi-Ethic Study of Atheroslerosis (MESA) yang dimonitor selama 6 tahun. “Ini adalah perbandingan langsung untuk melihat apakah pasien dengan LDL normal, atau < 130 mg/dL mana yang lebih berisiko mengalami serangan jantung atau stroke. Apakah mereka dengan kalsium di pembuluh darah koroner, atau dengan level protein C-reactive tinggi dalam pembuluh darah,” papar pemimpin riset, Michael J. Blaha, MD. MPH.

Blaha dan tim menemukan bahwa 95% serangan jantung dan stroke pada studi tersebut terjadi karena ada penumpukan kalsium dalam pembuluh darah jantung. Didapati pada 13,4% orang dengan nilai Ca Score  > 100 mengalami serangan jantung  atau stroke selama studi ini berlangsung. Sedangkan mereka dengan kadar protein C-reactive tinggi, tanpa penimbunan kalsium, hanya 2 % yang mengalami serangan jantung atau stroke.    

Tim peneliti beranggapan bahwa walau kadar protein C-reactive dalam darah tinggi (> 2mg/L), memberikan nilai prediksi yang kurang setelah dihitung bersama faktor risiko lain seperti umur, gender, etnisitas, hipertensi, obesitas, diabetes, merokok dan sejarah sakit jantung dalam keluarga.

“Tes kalsium melihat langsung penyakit yang kita sarankan untuk diberi statin (penurun kolesterol),” ujar Blaha. (jie)

Baca juga : Peran Kalsium dalam Proses Pembentukan Plak Pembuluh Darah Koroner