cegah stunting dengan buku seri cegah stunting
cegah stunting dengan buku seri cegah stunting

Cegah Stunting: Orangtua Wajib Baca Buku Seri Cegah Stunting

Tiga dari 10 anak Indonesia diperkirakan mengalami stunting pada 2021. Pencegahan stunting dilakukan sejak awal, yakni mulai masa remaja, kehamilan hingga sebelum usia 2 tahun. Buku Seri Cegah Stunting memberikan informasi yang gampang dipahami.  

Meskipun hasil survei menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, jumlah anak stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 24,4% (menurut Studi Status Gizi Indonesia 2021). Angka ini masih lebih tinggi dari ambang batas WHO, yaitu 20%.   

Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr, Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada (UGM), mengatakan peningkatan pengetahuan dan pemahaman keluarga serta komunitas sangat penting dilakukan dalam upaya pencegahan stunting.

“Kita bisa mencontoh Jepang, dulu mereka dikenal sebagai banga kate (pendek), tetapi sekarang sulit untuk menemukan orang Jepang yang tingginya kurang dari 1,5 meter. Penanganan stunting di sana menyeluruh, sejak dalam kandungan,” kata Prof. Djagal, dalam peluncuran Buku Seri Cegah Stunting, Rabu (27/7/2022).  

Mengomentari pendapat di atas, drg. Agus Suprapto, M.Kes., Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko PMK, menekankan pencegahan stunting harus berkelanjutan sehingga menciptakan sebuah budaya. 

“Menciptakan budaya supaya tidak lagi terjadi ‘pendekar (pendek dan kekar)’ atau ‘semampai (semeter tak sampai)’. Pemberdayaan gizi dari sejak sebelum menikah, untuk wanita lingkar lengan harus >23 cm, Hb tidak boleh <11g/dL. Sedangkan bagi laki-laki 75 hari sebelum menikah berhenti merokok,” saran drg. Agus. 

Buku Seri Cegah Stunting

Dr. Siti Helmayati, DCN, MKes, Ketua Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (PKGM, FK-KMK, UGM) menjelaskan, “Kami menyusun buku ‘Seri Cegah Stunting’ yang terdiri atas 4 seri.” 

Keempat seri buku ini memberi pemahaman tentang stunting dan dampaknya terhadap kesehatan masa depan anak, ia menjelaskan. Juga berisi pentingnya nutrisi serta menu makanan sehat dan seimbang berbasis makanan lokal untuk anak pada periode 1000 hari pertama kehidupan. 

“Zat gizi tidak ada yang nomor satu. Pencegahan stunting fokus pada pemenuhan gizi seimbang, baik gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro (vitamin, mineral). Riset juga menunjukkan bila anak stunting memiliki kadar zink yang lebih rendah,” ujar Maria Wigati S.Gz, MPH, salah satu penulis buku tersebut. 

Pencegahan di periode remaja

Dalam buku Seri Cegah Stunting 1: Pengenalan untuk Keluarga dan Komunitas dijelaskan pencegahan stunting dimulai sejak masa remaja. 

Remaja putri akan menjadi ibu saat dewasa, penting untuk memiliki gizi yang sehat. Riset terhadap 2.052 bayi di India menyebutkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang pendek berisiko 2x lipat mengalami stunting dan kecepatan pertumbuhan yang lebih lambat. 

Gizi kunci selama kehamilan dan menyusui

Seri Cegah Stunting 2: Gizi untuk Ibu Hamil dan Menyusui menyoroti masalah gizi selama hamil dan menyusui, seperti kurang energi kronis (KEK) yang ditandai dengan lingkar lengan <23 cm, anemia, kekurangan yodium, hingga diabetes dan obesitas di masa kehamilan. 

Kondisi-kondisi di atas berdampak pada perkembangan janin, yang nantinya berisiko menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR) atau kelahiran prematur. Dua faktor ini berisiko tinggi menyebabkan stunting. 

Baca: Bayi Prematur dan BBLR Berisiko Tinggi Stunting, Lakukan Deteksi Dini

Peran MP-ASI

Seri Cegah Stunting 3: Menu Lokal untuk Bayi 6-11 Bulan menekankan gizi dalam makanan pendamping ASI (MP-ASI). Komposisi gizi dalam MP-ASI mencakup karbohidrat 35%, protein hewani 30%, sayur dan buah 25%, kacang 10%. 

MP-ASI yang dianjurkan seperti:

  • Bubur tepung beras/beras merah dimasak dengan air dan kaldu daging atau sayuran. 
  • Daging sapi / ikan segar tanpa duri direbus dengan sedikit air, kemudian diblender dan ditambahkan ke bubur tepung.
  • Kacang polong, kacang merah, wortel, tomat, kentang direbus dan diblender. Tambahkan kaldu atau air agar halus. 
  • Papaya, pisang, apel muda, alpukat dihaluskan. 

Menu lokal untuk usia 1-5 tahun

Bahan makanan lokal tidak kalah bergizi, demikian penjelasan dalam Seri Cegah Stunting 4: Menu Lokal untuk Anak Usia 1-5 Tahun.

Misalnya untuk daerah Jawa Barat ada nasi liwet ubi ungu, tahu bakso sumedang, atau nasi tutug oncom. Kalimantan Barat memiliki makanan lek tau suan, bubur ikan kakap, hingga penkang. Sedangkan makanan Bali yang direkomendasikan seperti tum bali, batun bedil dan sate lilit tahu tuna. 

Masyarakat umum dapat mendapatkan buku secara digital di melalui scan QR Code atau pada tautan berikut: