Kutil kelamin (kondiloma akuminata) kerap disepelekan, padahal, sekitar 50% dari kasusnya bisa berkembang menjadi kanker serviks. Salah satu kunci penanganannya yaitu vaksin HPV, yang berperan besar baik untuk mencegah kutil kelamin dan mengurangi kekambuhannya.
Terapi yang tepat dan kepatuhan dalam terapi menjadi sangat penting, sehingga kutil kelamin tidak semakin parah dan tidak kambuh di kemudian hari. Vaksin HPV yang sebelumnya digunakan sebagai pencegahan, juga perlu diulang kembali setelah mengalami kutil kelamin.
Perlu dicatat, kutil Kelamin umumnya (90-95% kasus) disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6 dan tipe 11.
Tipe HPV yang menyebabkan kutil kelamin memang tidak sama dengan tipe HPV yang menyebabkan kanker serviks. Namun dalam beberapa kasus, saat kutil kelamin terjadi pada leher rahim atau di dalam vagina, hal ini dapat menyebabkan perubahan serviks (displasia) yang pada akhirnya bisa berujung pada kanker serviks.
Penularan langsung dan tidak langsung
Dr. Amelia Setiawati Soebyanto, SpDV, dari Klinik Pramudia, Jakarta, menjelaskan, “Penularan kutil kelamin ini sebagian besar melalui kontak seksual antara kulit dengan kulit, maupun dengan mukosa yang basah dan lembab.”
“Ketika seseorang melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi HPV, maka kemungkinan 75% dari mereka akan tertular virus ini dan akan mengalami kutil kelamin.”
Selanjutnya, virus ini juga dapat ditularkan dari ibu ke anak saat melahirkan. Meskipun jarang terjadi, kontak langsung maupun tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi HPV juga dapat mengakibatkan transmisi HPV.
Masa inkubasi kutil kelamin berkisar 2 minggu hingga 9 bulan, kelainan kulit dan mukosa umumnya akan mulai nampak 2-3 bulan setelah kontak.
“Bentuk kutil akan berbeda tergantung pada lokasinya. Bentuk yang menyerupai kembang kol dapat ditemukan pada area mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut seperti di sekitar labia minora dan liang vagina.”
“Kemudian bentuk bintil keabuan gelap pada umumnya dapat ditemukan pada batang penis, area sekitar anus dan perineum,” jelas dr. Amel dalam seminar Life Before and After Genital Warts, Selasa (23/5/2023).
Cegah dengan vaksin HPV
Mencegah kutil kelamin dengan vaksin HPV sudah terbukti efektivitasnya, terutama bila diberikan sebelum terjadi paparan terhadap virus, tepatnya sebelum aktif secara seksual (usia 9-12 tahun).
“Beberapa penelitian dan data terkini pun menunjukkan bahwa vaksin HPV menurunkan risiko prekanker dan kanker serviks. Sejak vaksin HPV ini pertama kali direkomendasikan pada tahun 2006 infeksi HPV yang menyebabkan kanker dan kutil kelamin telah berkurang 88% pada remaja dan 81% pada perempuan dewasa,” dr. Amel menjelaskan.
Vaksin nine-valent diklaim 100% efektif dalam mencegah infeksi serviks, vulva, vagina dan prekanker yang disebabkan oleh HPV tipe 16,18, 31, 33, 45, 52 dan 58.
Perlindungan terhadap infeksi HPV bertahan selama 10 tahun untuk vaksin quadri-valent, 11 tahun untuk vaksin bi-valent dan 6 tahun untuk vaksin nine-valent.
Dr. Amel mengingatkan, ibu hamil pun perlu waspada karena mereka rentan terinfeksi HPV yang sebabkan profil hormon dalam kehamilan dan rendahnya sistem imun. “Infeksi HPV dapat ditularkan ke janin melalui plasenta dan cairan amnion,” tukasnya.
Cegah kekambuhan kutil kelamin
Vaksin HPV sangat penting sebagai pencegahan kutil kelamin. Namun vaksin juga tidak kalah pentingnya bahkan setelah seseorang sudah pernah mengalami kutil kelamin.
Dr. Yustin Sumito, SpKK, dalam kesempatan yang sama menjelaskan, beberapa studi menyarankan vaksin HPV bisa diberikan sebagai terapi tambahan setelah infeksi HPV (atau kutil kelamin) sudah bersih dan telah mendapatkan pengobatan yang optimal.
“Hal ini bisa memperkuat imun pasien, sehingga menurunkan angka kekambuhkan,” pungkas dr. Yustin. (jie)