dosis iradiasi dalam pengawetan obat dan makanan

Butuh Penelitian Panjang Untuk Menentukan Dosis Iradiasi Pengawetan Obat Dan Makanan

Teknologi kesehatan terus berkembang, salah satunya pemanfaatan radiasi sinar gamma untuk sterilisasi dan pengawetan bahan pangan dan obat. Teknologi ini disebut iradiasi. Penelitian panjang dilakukan untuk menentukan dosis iradiasi dalam pengawetan obat dan makanan.

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah mengembangkan teknologi iradiotor terbesar di Indonesia. Lebih jauh tentang iradiasi, demikian wawancara dengan Ir. Ferly Hermana, MM, Kepala Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir BATAN, dan Dr. Ir. Dhandhang Purwadi, Kepala Bidang Mekanik, Struktur & Proses Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir, BATAN.

Seberapa perlu iradiasi dilakukan?

Ferly Hermana : Sangat perlu. Karena di beberapa negara, seperti Amerika dan Jepang, mengharuskan import bahan pangan, seperti buah dan sayur, melalui proses iradiasi. Mereka takut kemasukan bakteri E. coli dan Salmonella.

Beberapa negara juga tidak mengizinkan produk buah/sayur import mereka mengandung bahan kimia berbahaya seperti, dimethoate, fenthion, methylbromide yang dikenal sebagai karsinogen. Di sini iradiasi  berperan.

Jika membandingkan dengan negara lain, saat ini Vietnam mempunyai 4 fasilitas iradiator, India 17 dan Tiongkok 27 iradiator komersial. Sementara di Indonesia masih ada 1 di Karawang, Jawa Barat. Itu pun kapasitasnya kecil.  

Dhandhang Purwadi : Data FAO (Food and Agriculture Organization) menyebutkan setiap tahun 1,3 miliar ton makanan – atau sepertiga dari seluruh produksi makanan dunia – tidak dapat dikonsumsi. Buah dan sayur paling banyak terbuang percuma, dibanding jenis makanan lain.

Sekitar 53% buah/sayur hilang atau tersia-sia, dan hanya 47% yang benar-benar dikonsumsi. Khusus di negara tropis dan berkembang, 60-70% bahan pangan terbuang percuma karena mudah rusak dan rentan perubahan suhu, saat menempuh  perjalanani panjang dari lahan pertanian ke meja makan.

Sterilisasi dan pengawetan dengan sinar gamma dapat menjadi solusi pengolahan pascapanen yang aman dan efisien.

Amankah ?

Ferly Hermana : Aman, iradiasi tidak meninggalkan residu apa pun. Sama seperti kalau kita rongent di rumah sakit, pulang ke rumah kan tidak jadi radio aktif. Ibarat sinar senter, cahaya tidak menempel pada benda yang disenter.

Selain itu, media penyimpanan cobalt-60 (inti nuklir) adalah air biasa, tidak menggunakan zat kimia apa pun. Jika air itu berkurang, menguap, kita tambah. Tidak menghasilkan limbah apa pun.

Bagaimana menentukan dosis yang tepat?

Ferly Hermana : Dalam menentukan dosis radiasi membutuhkan penelitian, satu bahan pangan membutuhkan sekitar 5 tahun. Ini untuk menentukan apakah ada perubahan struktur kimia, jumlah nutrisi dan apakah ada dampak pada kesehatan.

Seberapa besar dosisnya? Prinsipnya satu: jangan terjadi ionisasi. Kalau sampai terjadi ionisasi, maka obyek tersebut akan jadi radio aktif. Akibatnya, obyek tersebut akan memancarkan sinar radiasi.

Penetapan ketentuan pangan iradiasi mengacu pada standar dunia tahun 1983. Standar iradiasi makanan disusun berdasar  keputusan Joint Expert Committee on Food Irradiation (JECFI) yang dibentuk FAO-WHO dan International Atomic Energy Agency (IAEA).

Terdapat 3 kategori dosis iradiasi. Iradiasi dosis rendah dengan kekuatan radiasi < 1 kGy (kilo gray), bisa digunakan untuk menghambat pertunasan kentang, bawang merah/putih, jahe, ubi jalar, dll. Membasmi serangga dan parasit pada serelia / kacang-kacangan, buah segar/kering, ikan kering dan daging.

Iradiasi dosis sedang 1- 10 kGy untuk memperpanjang masa simpan ikan segar, strawbeery, jamur, dll. Membunuh mikroba pembusuk dan patogen pada pangan laut segar / beku, ternak dan daging segar/beku. Memperbaiki teknologi pangan dengan meningkatkan hasil sari buah dan mengurangi waktu memasak.

Iradiasi dosis tinggi > 10 kGy digunakan pada sterilisasi industri, dikombinasikan dengan pemanasan suhu rendah; sterilisasi makanan untuk pasien rumah sakit, makanan steril astronot atau sterilisasi rempah dan enzim.

Lantas, apakah merubah struktur molekul dan kimiawi?

Dhandhang Purwadi : Iradiasi tidak merubah nutrisi dalam bahan pangan, atau struktur kimia dari suatu produk.  Tidak ada perubahan suhu pada produk, karena iradiasi menggunakan temperatur ruang.

Tidak ada perbedaan rasa antara produk makanan yang sudah diiradiasi atau belum. Termasuk tidak ada perubahan tekstur dan aroma. Dibandingkan dengan metode pengawetan lain seperti pemanasan, pasteurisasi, atau dibekukan, justru terdapat perubahan nutrisi bahan pangan.

Makanan menjadi tidak bisa dimakan bukan karena busuk, tapi berubah bentuk. Pada rendang misalnya, ia menjadi keras, bukan busuk. Makanan dapat tahan sampai 1-2 tahun.

Kita bahkan sudah bekerjasama dengan BNN (Badan Narkotika Nasional), yakni dengan mereka yang sedang pada masa rehabilitasi narkoba atau menderita HIV/AIDS. Makanan-makanan mereka harus diiradiasi, harus steril. Karena mereka-mereka ini daya tahan tubuhnya rendah. Ternyata makanan-makanan yang diiradiasi sudah 30 tahun digunakan oleh para astronot NASA, jadi aman. (jie)

Baca juga : Amankah Metode Pengawetan Obat Dan Makanan Dengan Iradiasi