Bercermin dari Kasus Raffi Ahmad, Mengapa tetap Perlu Menjalankan Protokol Kesehatan?

Bercermin dari Kasus Raffi Ahmad, Mengapa tetap Perlu Menjalankan Protokol Kesehatan meski Telah Mendapat Vaksinasi?

Raffi Ahmad masuk gerbong pertama orang yang mendapat vaksinasi COVID-19 bersama Presiden Jokowi dan sejumlah tokoh lain di Istana Negara, Rabu lalu (13/1/2021). Artis dan influencer ini dipilih sebagai perwakilan generasi milenial, dan diharapkan bisa menjadi contoh bagi masyarakat awam agar tidak ragu divaksin. Ironisnya, Raffi Ahmad justru melanggar protokol kesehatan, hanya malam harinya setelah ia divaksin. Seperti diketaui, Raffi menghadiri pesta ulang tahun pengusaha Ricardo Galael.

Banyak yang menyayangkan tindakan Raffi Ahmad. Termasuk rekan sesama artis seperti Sherina Munaf, hingga pihak Istana. Apalagi, Presiden Jokowi telah menegaskan dalam konferensi pers virtual, usai vaksinasi di Istana: “Meki telah melaksanakan vaksinasi, saya ingin mengingatkan kembali tentang disiplin terhadap protokol kesehatan. Ini tetap terus kita lakukan. Memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan”.

Tetap perlu menjalankan protokol kesehatan

Kelalaian Raffi Ahmad mengabaikan protokol kesehatan padahal dirinya baru saja divaksin, memang sangat disesalkan. Raffi sendiri telah mengakui kesalahannya, dan meminta maaf. Mengapa kita tetap perlu menjalankan protokol kesehatan meski mendapat vaksinasi? “Pembentukan antibodi memerlukan waktu,” tegas Prof. Dr. dr. Sri Rezeki, Sp.A(K), dalam konferensi pers bersama BPOM saat pengumuman pemberian izin penggunaan darurat untuk vaksin CoronaVac, Senin (11/1). Terlebih, vaksin COVID-19 produksi Sinovac dan Bio Farma diberikan 2x.

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) ini menjelaskan, antibodi baru akan terbentuk penuh bila dosis vaksin sudah lengkap (2x vaksinasi). Antibodi yang terbentuk belum sempurna bila vaksinasi baru dilakukan satu kali. “Perlu waktu 14 hari hingga satu bulan setelah vaksinasi kedua, baru antibodi terbentuk penuh,” tandasnya. Sebelum proses ini selesai, kita masih rentan sehingga bisa terkena COVID-19 bila lalai menjalankan protokol kesehatan. Untuk itu, Kita tidak boleh kendor menjalankan 4M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan) meski sudah mendapat vaksinasi.

Sebagai informasi, CoronaVac merupakan vaksin mati atau inactivated vaccine, yang berisi partikel virus yang sudah mati. Partikel virus ini akan merangsang sistem imun membentuk antibodi melawan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, tanpa membuat kita jadi sakit. Dalam sebuah kesempatan, Prof. Sri menjelaskan bahwa vaksin mati umumnya memang diberikan dalam 2-3 dosis; tidak cukup hanya dengan sekali suntik.

“Suntikan pertama itu untuk merangsang sistem imun membentuk sel memori,” jelasnya. sel memori akan mengingat profil dari mikroba penyebab penyakit tersebut. pada vaksinasi kedua, barulah terbentuk antibodi untuk melawan mikroba tersebut, “Sehingga ketika virus betulan masuk ke tubuh, sistem imun sudah siap, dan langsung membasminya.”

Kelalaian Raffi Ahmad hendaknya menjadi pembelajaran kita semua. Meski sudah mendapat vaksinasi, bahkan seandainya pun sudah lengkap 2x, kita tetap perlu menjalankan protokol kesehatan. Tidak lain untuk menekan risiko penularan seminim mungkin. Perjuangan kita masih panjang untuk menciptakan kekebalan bersama (herd immunity), dan akhirnya menghentikan pandemi COVID-19. Hingga saat itu tiba, 4M haruslah tetap jadi bagian dari keseharian kita. (nid)