obesitas sebabkan infeksi parah virus corona

Benarkah Obesitas Sebabkan Infeksi Parah Virus Corona?

Obesitas telah lama diketahui menjadi lantaran (penyebab) penyakit lain yang lebih parah, seperti diabetes, hipertensi, jantung dan stroke. Tetapi kini peneliti menemukan obesitas mungkin juga menyebabkan infeksi parah akibat virus corona.

Walaupun orang obesitas biasanya juga memiliki masalah kesehatan lain, penelitian terbaru menyatakan bila kondisi ini menjadi faktor independen yang pasien positif COVID-19 usia muda harus dirawat di rumah sakit.

Walau ini adalah riset pendahuluan, dan belum di-reviewed oleh para ahli lainnya, tetapi mendukung keterkejutan para dokter yang merawat pasien obesitas di Amerika; bahwa banyak pasien obesitas yang masih muda mengalami sakit parah.

Sejauh ini belum diketahui secara pasti kenapa obesitas menyebabkan infeksi parah COVID-19. Beberapa hipotesis yang muncul adalah orang obes telah lebih dulu memiliki gangguan fungsi pernapasan sebelum mengalami infeksi.

Obesitas sentral (perut buncit), yang lebih banyak terjadi pada pria, bisa mengakibatkan kompresi diagfragma, kapasitas paru dan dada. Obesitas juga diketahui menyebabkan peradangan kronis tingkat rendah dan peningkatan sirkulasi sitokin pro-inflamasi, yang mungkin berperan dalam perburukan kondisi pasien COVID-19.

Amerika Serikat merupakan negara dengan kasus COVID-19 terbanyak, sekaligus dengan angka obesitas tertinggi di dunia. Sekitar 42% (80 juta) orang Amerika dewasa mengalami obesitas. Tingkat obesitas yang tinggi juga lazim di kalangan ras Afrika-Amerika dan orang kulit berwarna lainnya, juga pada orang kulit putih yang berpenghasilan rendah.

Lebih dari separuh kematian akibat COVID-19 di AS terjadi di New York dan New Jersey, tetapi temuan ini berarti dampak virus corona juga akan menghantam wilayah lain seperti di bagian Selatan dan Barat.

“Bila obesitas ternyata memang menjadi faktor risiko (infeksi parah COVID-19) pada orang-orang muda, dan kami melihat ini (obesitas) di seluruh Amerika Serikat, itu akan menjadi perhatian besar,”kata Dr. Roy Gulick, kepala penyakit menular di Weill Cornell Medicine. “Kita mungkin melihat lebih banyak orang muda dirawat di rumah sakit.”

Dr. Gulick meneliti data dari 393 pasien COVID-19 pertama yang dirawat di NewYork-Presbyterian/Weill Cornell Medical Center dan NewYork-Presbyterian Lower Manhattan Hospital, yang mengidentifikasi bahwa obesitas sebagai faktor risiko yang diperhitungkan.

Ia juga menemukan bahwa di antara mereka yang berusia kurang dari 54 tahun, separuhnya mengalami obesitas, meskipun tingkat obesitas di kota New York hanya 22%.

Salah satu penelitian terbesar di AS yang mengidentifikasi obesitas sebagai faktor risiko yang menonjol menganalisa data dari > 4.000 pasien COVID-19 yang mencari perawatan di NYU Langone Health antara 1 Maret – 2 April 2020.

“Mengalami obesitas lebih mungkin untuk dirawat inap daripada apakah Anda memiliki hipertensi atau diabetes, meskipun ini juga sering terjadi bersamaan. Dan ini juga lebih penting dari penyakit jantung, kanker, penyakit ginjal, atau bahkan paru-paru,”kata Dr. Leora Horwitz, salah seorang penelitian dan direktur dari Center for Healhtcare Innovation and Delivery Science di NYU Langone.

Obesitas tampaknya juga meningkatkan risiko seseorang untuk meninggal akibat virus corona, meskipun pada tingkat yang lebih rendah dibanding penyakit penyerta lain yang sudah diketahui. Namun, Dr. Leora mengingatkan bila data ini masih sangat awal, yang berarti belum lengkap. Dan Ia menekankan bila riset tersebut belum ditinjau oleh para ahli lainnya.

Riset lain yang sudah dilakukan

Studi NYU Langone lainnya menitikberatkan pada pasien berusia di bawah 60 tahun. Ditemukan bila mereka dengan obesitas dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dan membutuhkan perawatan intensif. Tetapi hubungan antara obesitas dan kemungkinan penyakit parah ini tidak terlihat pada pasien >60 tahun.

Riset juga telah dilakukan di China. Meskipun sebagian besar laporan awal dari Tiongkok menunjukkan diabetes tipe 2 dan hipertensi umum terjadi pada orang obes, para ilmuwan di Shenzhen, China melaporkan (dalam jurnal The Lancet) bila pasien COVID-19 dengan IMT (indeks massa tubuh) tinggi dua kali lipat berisiko mengalami pneumonia berat, dibanding mereka dengan IMT rendah.

Laporan terkini lainnya berasal dari Prancis. Hampir separuh dari 124 pasien COVID-19 di Lille, Prancis, mengalami obesitas, dua kali lipat membutuhkan perawatan intensif dibanding pasien karena sebab lain di tahun lalu. Studi ini juga melaporkan kebutuhan ventilasi juga meningkat pada mereka yang obesitas. (jie)