Bedah Tumor Otak Menggunakan Operasi “Keyhole” | OTC Digest

Bedah Tumor Otak Menggunakan Operasi “Keyhole”

Siapa yang tidak ngeri mendengar tumor otak. Kita akan membayangkan otak dibuka untuk mengambil tumor. Namun teknologi kedokteran terbaru memungkinkan tumor diangkat melewati celah sebesar lubang kunci, menggunakan teknik operasi Keyhole.

Kejadian tumor otak diketahui semakin meningkat di Indonesia. Setiap tahun diperkirakan mencapai 25 ribu kasus. “Angka tersebut diluar kasus tumor lainnya yang tidak kami ketahui,” papar dr. Agus C. Anab, SpBS, dari Comprehensive Brain and Spine Center (CBSC) Indonesia.

Gejala tumor otak sangat berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Gejala yang muncul dipengaruhi oleh ukuran, kecepatan pertumbuhan, dan lokasi tumor. Tumor yang tumbuh secara perlahan-lahan mungkin awalnya tidak menimbulkan gejala apa pun.

Setelah beberapa lama, tumor akan menekan otak dan menyebabkan munculnya gejala, seperti kejang-kejang dan sakit kepala. Tumor otak yang berada pada lokasi tertentu dapat mengganggu sistem kerja otak sehingga tidak berfungsi dengan benar.

Selama ini penderita ketakutan dengan metode pengangkatan tumor memakai teknik bedah konvensional; membuka tempurung kepala. Perkembangan teknologi medis memungkinkan operasi dilakukan dengan teknik minimal invasive; tidak meninggalkan bekas luka operasi yang panjang, dan lebih aman.

Memakai operasi keyhole (keyhole surgery supra orbital approach), tumor otak diangkat lewat sayatan melalui alis mata. Teknik ini yang dilakukan dengan membuat lubang sebesar 1-2 cm pada alis mata ini ditemukan oleh Prof. Axel Perneczky,  ahli bedah saraf dari Jerman pada tahun 1999.

Menggunakan teknologi endoskopi (mamasukkan selang kecil dengan kamera di ujungnya ke dalam organ) menyebabkan operasi keyhole bisa juga dilakukan lewat melewati lubang hidung (endonasal endoscopic route), sayatan di belakang telinga (retromastoid route), atau di atas kepala (transfalcine approach).  

Pendekatan ini banyak dilakukan pada penderita tumor meningioma (tumor otak yang tumbuh di selaput membran otak), kraniofaringioma, dan tumor lain di dekat saraf optik dan kelenjar pituitari. Juga pada kasus tumor di lobus frontal (otak di belakang dahi) dan lobus temporal. Teknik operasi ini akan meminimalkan kerusakan jaringan normal otak dan memungkinkan mencapai tumor yang ada di balik otak.

“Pasien mendapat banyak keuntungan, yaitu luka sayatan kecil sehingga proses penyembuhannya cepat, risiko infeksi kecil, perdarahan minimal, secara kosmetik lebih bagus karena bekas sayatan tersamar dengan alis mata,” papar dr. Agus, dalam seminar bertajuk 'Keyhole: Teknik Bedah Tumor Otak Melalui Alis Mata' di Jakarta, beberapa waktu lalu.   

Operasi yang memakan waktu antara 5 - 6 jam ini mampu mengangkat tumor baik yang ada di bagian tepi atau belakang otak. Meski lubang sayatan yang dibuat sangat kecil, "Metode ini bisa juga dilakukan pada tumor yang sudah besar, bedanya hanya pada waktu tindakannya saja yang membutuhkan waktu lebih lama. Tumor diangkat sedikit demi sedikit," jelas dr. Agus.

Untuk mengambil tumor yang berada masuk di dalam otak, sebelumnya dimasukkan pipa kecil dengan panduan citra dari MRI (magnetic resonance imaging) untuk meminimalkan kerusakan bagian otak yang masih sehat. Dokter terlebih dahulu akan mengempiskan otak dengan mengeluarkan cairan otak. Otak kemudian disibak melalui gerakan halus dan dokter bisa mulai mengambil gumpalan tumor.

Setelah dilakukan prosedur operasi keyhole, sebagian besar penderita dapat kembali beraktivitas normal dalam 3 minggu. (jie)