Memiliki badan yang langsing menjadi idaman banyak orang. Sebagian orang melakukan diet ekstrim untuk tetap langsing. Itu baik. Tetapi menjadi terlalu langsing atau kurus berisiko menyebabkan osteoporosis.
Osteoporosis merupakan kondisi di mana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi dalam waktu yang lama. Bisa terjadi baik pada wanita atau pria. Tetapi wanita lebih rentan mengalami osteoporosis terkait berkurangnya produksi hormonal estrogen saat memasuki masa menopause.
Dr. Only One Taylor, SpOT, dari RS Orthopedi & Traumatologi Surabaya, menjelaskan estrogen berperan penting untuk metabolisme tulang. Ia membantu menurunkan kematian osteocyte (sel tulang), menghambat perkembangan dan mempercepat kematian sel osteoclast (sel yang memecah tulang), mengatur perkembangan dan mencegah kematian sel osteoblast (sel pembentuk tulang).
Puncak kepadatan tulang terjadi di usia 30 tahunan. “Memasuki usia 30 - 40 tahun kepadatan massa tulang stagnan, kemudian setelah usia 40 tahun mulai menurun. Penurunannya lebih cepat pada wanita, karena tulang pria cenderung lebih besar/padat karena lebih banyak aktivitas fisik,” terangnya, di sesi webinar apotek dalam rangka peringatan Hari Osteoporosis, Kamis (5/11/2020).
Salah satu faktor risiko - yang bisa dirubah- osteoporosis adalah terlalu kurus. Journal of Bone and Mineral Research 2012 mengatakan indeks massa tubuh (IMT) yang rendah (terlalu kurus) diketahui meningkatkan risiko patah tulang, karena berhubungan dengan rendahnya kepadatan tulang, jaringan lunak yang kurang dan kelemahan otot.
IMT dihitung dengan membagikan berat badan (kg) terhadap tinggi badan (m) dalam kuadrat. Menurut Kementerian Kesehatan IMT normal adalah antara 18,5-25,0 kg/ m2. Sedangkan kekurangan badan ringan bila IMT 17–18,4 kg/ m2, dan terlalu kurus jika IMT < 17 kg/ m2.
“Juara-juara dunia sepeda Tour de France itu badannya kecil sekali, hanya otot. Mereka mengurangi makan banyak sehingga lebih banyak otot, tidak ada lemak. Badannya oke, bagus tetapi mereka berisiko tinggi mengalami osteoporosis,” ujar spesialis orthopedi dan traumatologi ini.
Penelitian di Universitas Airlangga, Surabaya menunjukkan, tidak hanya kurus saja, faktor melahirkan pun berpengaruh. Riset dilakukan pada 90 wanita antara tahun 2013-2014. Partisipan dengan IMT <18,5 kg/ m2 dan pernah melahirkan > 3 kali berisiko tinggi mengalami osteoporosis.
Berat badan normal masih butuh suplemen?
Pada mereka yang kurus sangat disarankan untuk menaikkan berat badan. Riset menyatakan peningkatan IMT 5 kg/m2 mengurangi risiko patah tulang pada pria dan wanita.
Penting untuk memperbanyak konsumsi makanan sumber kalsium (susu, keju, kacang-kacangan, ikan terutama yang dimakan bersama tulangnya) dan vitamin D (jamur, kuning telur, ikan).
Menurut WHO dosis kalsium optimal untuk usia 19-50 tahun adalah 1000 mg. Sementara di usia >50 tahun naik menjadi 1200 mg; karena kepadatan tulang dan kemampuan penyerapan kalsium di usus berkurang.
Dosis vitamin D untuk mencegah kekurangan vitamin D adalah 600 IU (International Unit) per hari. Sedangkan untuk pengobatan dan pencegahan osteoporosis (usia >50 tahun) adalah 800-1.000 IU, sekali sehari.
Sumber utama vitamin D adalah paparan sinar matahari. Tetapi seiring proses penuaan (> 60 tahun) kemampuan penyerapan sinar matahari di kulit juga berkurang hingga ¼ nya dibanding usia 30 tahunan.
“Untuk mencapai kebutuhan 1000 IU vitamin D diperlukan sekitar 2,5 kg ikan salmon, apa bisa kita makan segitu banyak?” tukas dr. Only. “Itu sebabnya kenapa suplemen termasuk sebagai pencegahan yang utama.”
Asupan isoflavon juga diketahui membantu mencegah osteoporosis. Isoflavon dikenal tinggi fitoestrogen, zat kimia alami tumbuhan yang memiliki struktur mirip estrogen. Fitoestrogen banyak terdapat di kacang kedelai, kacang tanah dan kacang pistachio.
Studi di Jepang pada 1200 wanita menopause yang diberikan suplemen 82 mg isoflavon tiap hari selama 6-12 bulan terlihat peningkatan kepadatan tulang belakang yang signifikan. Riset lain mengatakan suplementasi isoflavon bermanfaat mengurangi resorbsi tulang dan memperbaiki gejala menopause berupa rasa panas dan peningkatan tensi darah. (jie)
Baca juga : Bawang Bombai Merah Cegah Osteoporosis dan Menguatkan Tulang