Awas radang gusi bisa picu Alzheimer | OTC Digest

Awas radang gusi bisa picu Alzheimer

Menderita radang gusi (gingivitis) bisa meningkatkan risiko menderita Alzheimer saat kita tua nanti. Ilmuan menemukan -untuk yang pertama kalinya – bahwa bakteri penyebab radang gusi bisa menyebar sampai area otak.

Riset ini menemukan porphyromonas gingivalis, bakteri utama penyebab radang gusi mampu menembus area otak (hewan coba) dalam enam minggu.

Kerusakan yang ditemukan di pusat-pusat memori otak tikus tersebut bisa menjelaskan riset sebelumnya bahwa mereka yang menderita radang gusi dalam waktu lama 70% lebih mungkin untuk terkena demensia (pikun).

Demensia adalah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi otak, seperti penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, memahami sesuatu, mengerti bahasa, serta menurunnya kecerdasan mental. 

Demensia Alzheimer atau lebih dikenal dengan Alzheimer merupakan salah satu bagian dari demensia yang paling banyak ditemui. Sekitar 60-70 persen dari kasus demensia atau pikun merupakan Alzheimer.

Riset yang dipimpin oleh Coretxyme, perusahaan dari Amerika Serikat, menyatakan bakteri P. gingivalis berperan penting dalam perburukan penyakit Alzheimer.  Radang gusi yang menyebabkan gusi berdarah atau bau napas selama ini dihubungkan dengan penyakit kronis, seperti penyakit jantung.

Sudah diketahui bahwa bakteri mulut (saat terjadi radang gusi) bisa terbawa bersama aliran darah, kemudian menginfeksi area tubuh lain, misalnya jantung. Peneliti mencurigai bakteri juga berhasil menembul lapisan sawar otak.

Lewat penelitian ini dibuktikan kemampuan bakteri penyebab radang gusi memasuki otak pada hewan coba (tikus). Setelah terinfeksi penyakit gusi, hewan-hewan tersebut menunjukkan kerusakan sel-sel otak di area hippocampus, yang merupakan wilayah penting untuk daya ingat.

Tikus tersebut juga terjadi penumpukan beta amiloid, salah satu protein yang merusak otak yang diduga menyebabkan demensia.  

Studi pada manusia

Peneliti ‘meneropong’ 53 otak penderita Alzheimer, ditemukan enzim yang diproduksi oleh P.gingivalis dalam ke 51 otak partisipan. 

Dilansir dari dailymail.co.uk, peneliti percaya bahwa bakteri mampu memicu Alzheimer, setelah menemukan enzim toksik tersebut di otak, cairan tulang belakang dan air liur orang yang terdiagnosa menderita penyakit ini.

Riset yang dipublikasikan dalan jurnal medis Science Advances ini juga menyatakan bahwa pengobatan Alzheimer sudah di depan mata.

Obat yang diberikan pada tikus terbukti mampu mencegah hilangnya sel-sel memori otak, dengan menghadang kerja enzim yang dikeluarkan bakteri P. gingivalis.  Mereka juga telah mengembangkan obat yang lebih efisien yang mempu menembus sistem saraf pusat, dan dinyatakan aman untuk manusia.

Profesor Damien Walmsley, dari the British Dental Association mengatakan, “ Riset ini menjadi pengingat bahwa kesehatan mulut tidak dapat hanya menjadi pelayanan opsional dalam layanan kesehatan kita.

“Kualitas hidup setiap orang bisa ditingkatkan dengan melakukan kontrol rutin dan menjaga kebersihan mulut, mengurangi jumlah bakteri mulut ke level normal sampai tidak berisiko menyebabkan penyakit gusi atau gigi.”   

Riset ini menyarankan bahwa sebaiknya kita membersihkan gigi dengan benar untuk mengurangi risiko penyakit Alzheimer. (jie)