ngompol dan nokturia pada penderita diabetes

Awas Ngompol pada Penderita Diabetes, Bagaimana Mencegah Dan Terapinya?

Salah satu komplikasi diabetes mempengaruhi kemampuan berkemih, dan membuat penderitanya sering ngompol. Kejadian ngompol pada penderita diabetes ternyata cukup banyak, menurunkan kualitas hidup baik fisik dan mental, bahkan meningkatkan risiko kematian.

Gangguan mengontrol pengeluaran urin selama tidur (nokturia) secara klinis didefinisikan sebagai kebutuhan seseorang bangun di malam hari untuk kencing, atau buang air kecil (BAK) lebih sering (> 2) di malam hari. Dianggap sebagai nokturia berat bila dorongan untuk kencing lebih dari 3 kali per malam.

Pada diabetes, tingginya kadar gula darah di dalam tubuh membuat otak berusaha untuk membuangnya. Cara pembuangan kelebihan gula darah ini adalah lewat urin. Akhirnya bila penderita diabetes tidak bisa menahan kecing di malam hari, terjadilah ngompol.

Dr. dr. Dyah Purnamasari, SpPD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi & Diabetes, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, menjelaskan nokturia dan ngompol merupakan salah satu gejala diabetes yang tidak terkontrol.

“Data menyebutkan prevalensi nokturia dan nokturia berat pada diabetes adalah 59,6% dan 25,3%. Keparahan nokturia meningkat seiring bertambahnya usia dan adanya masalah kandung kemih yang hiperaktif (overactive bladder),” terangnya dalam konfernsi pers virtual dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan Asosiasi Urologi Indonesia, Jumat (18/12/2020) lalu.

Ada beberapa penyebab ngompol pada penderita diabetes, seperti penyakit penyerta lain (hipertensi dan obesitas), konsumsi obat-obatan hipertensi (diuretik dan penghambat kanal kaslium), gangguan fungsi ginjal, riwayat stroke, kebocoran protein di ginjal atau kadar hormon testosteron rendah.

“Kendali gula darah yang buruk merupakan salah satu penyebab tersering ngompol pada diabetes, disamping penyakit penyerta lain dan obat-obatan,” tegas dr. Dyah.

Ngompol karena nokturia berat berhubungan dengan peningkatan kematian 1,93 – 3 kali lipat pada laki-laki, berkaitan dengan kualitas hidup yang rendah karena adanya kejadian disfungsi ereksi serta gangguan pembuluh darah sistemik.

Mencegah dan terapinya

Hal utama dalam pencegahan ngompol pada penderita diabetes adalah mengatur gaya hidup, temasuk di dalamnya asupan cairan (hindari minum terlalu banyak sebelum tidur, terutama kopi, minuman berkafein lain atau alkohol) serta menjaga status gizi.

Juga mengevaluasi penggunaan obat-obatan, meliputi obat diabetes (untuk mengendalikan gula darah) dan obat lain untuk penyakit penyerta (misalnya obat hipertensi yang berisiko memicu gangguan berkemih).

Dr. Dyah menguraikan, terapi nokturia pada penyandang diabetes memerlukan pendekatan komprehensif, mulai dari mengatasi penyakit dasar dan evaluasi penyakit penyerta atau obat-obatan yang memudahkan kejadian nokturia.

Kendali glukosa yang tidak baik akan meningkatkan pengeluaran glukosa lewat urin (glukosuria) sehingga menyebabkan ngompol. “Selain itu kendali glukosa yang buruk akan memudahkan penyandang diabetes menderita infeksi saluran kemih yang mencetuskan nokturia,” tandasnya.

Terapi lain yang terbukti untuk mengatasi ngompol adalah latihan kegel. Latihan kegel berfungsi untuk memperkuat otot-otot panggul, sehingga dapat mengontrol fungsi buang air kecilnya dengan lebih baik.

Terapi listrik juga bisa diterapkan pada mereka yang kerap ngompol. Fungsi terapi ini adalah untuk memperkuat otot-otot kandung kemih, dan memperbaiki gangguan saraf (yang mungkin ada) yang membuat seseorang sering ngompol. (jie)