Batuk dan sesak nafas disertai mengi (nafas berbunyi); ini gejala klasik asma. Pada orang dewasa, sesak nafas dan mengi lebih dominan. Berbeda pada anak. “Sebagian anak menunjukkan gejala sesak dan mengi. Sebagian lainnya hanya batuk,” ungkap dr. Darmawan Budi Setianto, Spa.A(K), spesialis respirologi anak dari Jakarta. Pada anak, otot polos di sekitar bronkus (saluran nafas di paru-paru) belum kuat, sehingga dampak pengerutan otot polos tidak terlalu hebat mencengkeram bronkus. Namun, radang pada dinding bronkus menyebabkan gejala batuk.
Batuk-batuk kadang disalahartikan sebagai gejala TB (tuberkulosis). Di Indonesia, TB anak sangat ditakuti orangtua maupun dokter. Paranoid/ketakutan terhadap TB demikian besarnya, sehingga keluhan apapun, terutama batuk, oleh orangtua dikaitkan dengan TB. Boleh khawatir tentng TB, tapi jangan sampai berlebihan dan tidak proporsional, sampai menyulitkan diagnosis penyakit lain.
Menegakkan diagnosis penyakit, bukan pekerjaan mudah, “Dokter harus pandai memainkan antara art (seni) dan science (ilmu pengetahuan).” Mendiagnosis asma bisa dengan pemeriksaan spirometri. Dengan alat khusus, anak diminta menarik nafas dalam-dalam, lalu melakukan manuver dengan meniup nafas sekuat-kuatnya ke corong. Kekuatan embusan nafas ini akan direkam dan diukur.
Namun, manuver sulit dilakukan anak kecil. Sehingga, spirometri umumnya baru bisa dilakukan pada anak usia 10 tahun ke atas. Dr. Darmawan menekankan, menegakkan diagnosis kadang tidak perlu pemeriksaan canggih. Pola penyakit bisa terlihat melalui wawancara (anamnesis). Orangtua bisa membantu dengan memberi informasi sedetil mungkin, mengenai kondisi anak dan riwayat penyakit dalam keluarga.
Batuk pada asma bukan batuk biasa, melainkan batuk yang membandel. “Batuknya lama, sulit sembuh, sembuh sebentar lalu timbul lagi, berulang,” ucap dr. Darmawan. Tidak jarang orangtua frustasi karena batuk anak tak kunjung membaik, meski sudah dibawa ke banyak dokter dan minum bermacam obat.
Ciri khas lainnya, batuk sangat berat di malam hari. Perbedaannya bisa sangat ekstrim pada siang dan malam. “Siang hari mungkin batuk-batuk biasa, malam hari batuknya parah hingga tidur anak dan orangtua terganggu,” jelasnya. Perhatikan obat yang diberikan dokter. Batuk asma akan membaik dengan obat batuk untuk asma.
Tak kalah penting, riwayat asma atau alergi pada anak dan keluarga besar, baik daripihak ayah maupun ibu. Susuri dengan cermat riwayat asma/alergi dalam keluarga. Kadang ada lompat generasi; dari kakek/nenek lompat ke cucu.
Perhatikan, apakah batuk anak muncul setelah dipicu oleh hal-hal tertentu. Bisa jadi, itu merupakan faktor pencetus asma anak. Intinya, perhatikan gejala yang menyertai batuk si kecil. “Bila menemukan gejala batuk “bandel”, sudah keliling ke banyak dokter tapi nggak sembuh-sembuh, patut dicurigai asma,” tandas dr. Darmawan. (nid)
Bersambung ke: Asma bisa Dikendalikan
__________________________________
Ilustrasi: Khamkhor / Pixabay.com