Asma Ganggu Tumbuh Kembang Anak | OTC Digest
asma_tumbuh_kembang_anak

Asma Ganggu Tumbuh Kembang Anak

Siapa tak kenal pesebakbola David Beckham. Pesohor di lapangan hijau asal Inggris ini  tertangkap kamera sedang menggunakan inhaler, pada kejuaraan MLS (Major League Soccer) 2009. Benar. Seperti diakui, ia memang penderita asma selama bertahun-tahun. Perenang asal Amerika Serikat Peter Vanderkaay juga menderita asma, sejak usia 10 tahun. Bersama Michael Phelps dan dua atlet lain, Vanderkaay meraih emas pada Olimpiade Beijing 2008 4x200 m gaya bebas estafet. Beckham, Vanderkay dan sederet atlet lainnya membuktikan bahwa penderita asma bisa  beraktivitas seperti orang lain.

Asma adalah penyakit saluran nafas, dengan inflamasi (peradangan) kronik. Inflamasi menyebabkan obstruksi (kerusakan) dan hiperreaktivitas pada saluran nafas, dengan derajat bervariasi. “Radang, penyempitan saluran nafas dan gejalanya bervariasi. Hiperreaktivitas berarti saluran nafasnya bereaksi berlebihan atau lebai,” tutur spesialis respirologi anak dr. Darmawan Budi Setianto, Sp.A(K).

Asma termasuk bronkhitis (peradangan pada bronkus, saluran nafas pada paru. Namun, asma adalah bronkhitis yang spesial. Pada pasien asma, terjadi inflamasi kronik (menahun) pada bronkus. Pada kondisi biasa, tingkat inflamasi tidak terlampau tinggi. “Begitu ada pemicu, radang meningkat  cepat atau akut,” terang dr. Darmawan. Saluran nafas yang tadinya lebar jadi sempit, karena dinding saluran nafas meradang dan bengkak. Selanjutnya, diproduksi lendir pekat dalam jumlah banyak. Muncullah gejala klasik asma: sesak nafas dan batuk.

Yang membuat asma menjadi “spesial”, karena otot polos di sekitar bronkus mengkerut dan mencengkeram bronkus ketika terjadi serangan asma. Nafas makin sesak, dan bisa timbul bunyi ngik-ngik (mengi). “Bunyi itu timbul akibat aliran udara melewati saluran yang demikian,” ujarnya.

Asma merupakan penyakit kronis tersering di dunia. Secara global, angkanya bervariasi cukup tajam,  4 – 30%. Menurut dr. Darmawan, kejadian asma pada anak di Indonesia rerata 10%, “Satu dari 10 anak sekolah ada asma.”

Angka kematian akibat asma relatif rendah (1 dari 250), tapi  tumbuh kembang anak bisa terganggu. Batuk-batuk di malam hari menganggu kualitas tidur anak, yang berdampak terhadap pertumbuhannya. Obat-obatan asma yakni steroid yang diminum, bisa mengganggu pertumbuhan tulang sehingga anak pendek.

Kualitas hidup anak terganggu, bila asma tidak terkontrol. Saat serangan, mereka absen sekolah. Aktivitas fisik terbatas, bahkan mungkin tidak bisa ikut pelajaran olahraga. Belum lagi beban ekonomi  untuk mengobati asma.

 

Hiperreaktivitas

Pada pasien asma, saluran nafas terlalu sensitif, atau bereaksi berlebihan terhadap kondisi atau hal-hal yang sebenarnya tidak berbahaya, misalnya debu. “Orang sehat tidak apa-apa terkena debu. Pada orang asma, begitu debu terhirup, saluran nafas bereaksi berlebihan,” papar dr, Darmawan.  

Terjadi reaksi keliru dari sistem imun tubuh. Ibaratnya, sistem imun adalah tentara yang bertugas melindungi tubuh dari serangan zat/mikroba berbahaya. Pada penderita asma, sistem imun salah merespon terhadap hal-hal yang tidak berbahaya.

Ini mirip reaksi alergi. Asma memang berhubungan erat dengan alergi; mekanisme dasarnya sama. Alergi adalah kelompok gangguan hipersensitivitas sistem imun tubuh. “Ada kecenderungan di organ mana reaksi alergi muncul. Kalau di hidung jadi pilek alergi, kalau di kulit jadi gatal-gatal. Tidak semua anak dengan bakat alergi akan jadi asma,” jelas dr. Darmawan. Ada sebagian asma yang dasarnya bukan alergi.

 

Faktor pencetus

Banyak hal yang bisa mencetuskan radang akut, sehingga muncul serangan asma, dan ini berbeda pada tiap orang. Secara umum, pencetus ada yang dihirup, ditelan dan pencetus lainnya. Pada orang dewasa, factor pencetus yang dominan yakni yang dihirup, misalnya debu rumah dan asap rokok.

Pada anak-anak, pencetus yang ditelan sering menyebabkan serangan. “Misalnya minuman dingin, atau makanan yang mengandung MSG (vetsin),” tegas dr. Darmawan. Jangan heran bila si kecil batuk-batuk setelah makan sosis, makanan ringan yang banyak mengandung MSG, atau setelah makan di restoran ayam goreng cepat saji. Coklat dan semua makanan minuman yang mengandung coklat, juga sering mencetuskan serangan asma.

Pencetus lain misalnya selesma, keluhan bersin-bersin, pilek dan demam, yang kerap disebut “flu”. Virus flu atau influenza hanyalah satu dari sekian banyak virus penyebab selesma. Memang di antara penyebab selesma, virus flu yang paling berat.

Aktivitas fisik berlebihan seperti lari, berteriak-teriak, menangis, hingga tertawa berlebihan, bisa memicu serangan asma, “Karena saluran nafas anak asma itu lebai.” Perlu juga diwaspadai perubahan cuaca, AC yang terlalu dingin, dan kelelahan.

 

Klasifikasi asma

Banyak klasifikasi asma. Yang paling banyak dipakai yakni yang berdasarkan kekerapan atau frekuensi, seberapa sering serangan muncul. Secara garis besar dibagi dua: intermiten dan persisten. “Intermiten artinya gejala masih jarang-jarang, sedangkan persisten kalau sudah lebih sering,” papar dr. Darmawan.

Secara detil, asma disebut intermiten bila gejala muncul <6 kali/tahun, atau >6 minggu baru muncul lagi. Persisten dibagi lagi menjadi ringan, sedang dan berat. Pada persisten ringan, gejala asma muncul >1 kali/bulan, <1 kali/minggu. Persisten ringan berarti gejala muncul >1 kali/minggu tapi tidak tiap hari, sedangkan pada persisten berat, gejalanya hampir tiap hari.

Klasifikasi ini menentukan rancangan pengobatan atau tatalaksana asma. Orangtua perlu mencermati gejala asma yang dialami anak, untuk membantu klasifikasi. Klasifikasi yang tepat akan membantu anak mendapat pengobatan yang tepat. (nid)

Fakta Seputar Asma

  1. Awitan asma bisa muncul pada usia berapa saja.
  2. Ada yang muncul saat masih kanak-kanak, ada yang baru muncul di usia dewasa.
  3. Paling sering muncul pertama kali di usia balita.
  4. Awitan asma yang muncul di usia lebih muda, lebih besar kemungkinan penyakit ini hilang di kemudian hari.
  5. Usia bertambah, asma seperti menghilang; ini disebut outgrow. Namun, sewaktu-waktu bisa muncul lagi.

Bersambung ke: Asma Sering Dikira Tuberkulosis

_________________________________

Ilustrasi: Madalin Calita / Pixabay.com