apa yang bisa diharapkan dari riset vaksin covid-19

Apa Yang Bisa Kita Harapkan dari Riset Vaksin Yang Sedang Dilakukan Saat Ini?

Uji coba vaksin COVID-19 masih terus dilakukan di berbagai belahan dunia. Beberapa riset vaksin sudah memasuki tahap pengujian pada manusia dan tampaknya menunjukkan hasil yang bagus. Indonesia pun turut ambil bagian dalam pengujian tersebut. Tetapi apa sebenarnya yang bisa kita harapkan dari riset yang sedang berlangsung ini?

Uji coba vaksin pada manusia antara lain dimulai oleh perusahaan farmasi terkenal AstraZeneka, Pfizer dan Moderna. Demikian pula yang dilakukan Sanovac Biotech Ltd, dari China yang mengirimkan sampel vaksinnya untuk uji klinis fase III antara lain ke Indonesia.

Baca : Update Vaksin COVID-19 : Dari Didatangkan Dari China Untuk Indonesia Sampai Bukti Vaksin Memicu Sistem Imun

Para ilmuwan menggambarkan masing-masing program secara umum aman dan bisa ditoleransi tubuh. AstraZeneca misalnya, bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, mereka menjadi yang terbaru mempublikasikan hasil risetnya di jurnal Lancet.

Percobaan dilakukan pada lebih dari 1000 orang sehat; separuhnya (543 orang) mendapatkan calon vaksin dan sisanya diberi vaksin meningitis. Dari mereka yang mendapat kandidat vaksin COVID-19 hanya beberapa lusin orang yang diuji untuk antibodi penetral. Ini adalah protein penangkal virus yang berperan penting dalam sistem imun.

Sebulan setelah mendapatkan satu dosis vaksin, 32 dari 35 orang mengembangkan protein tersebut. Kemudian 10 relawan juga mencoba dua dosis rejimen yang di dalamnya termasuk suntikan penguat (booster). Kesepuluh orang tersebut diketahui mengembangkan antibodi penetral. Inilah yang dilaporkan sebagai hasil yang menggembirakan dalam pemberitaan di media internasional.

Riset tersebut terbatas pada orang sehat rata-rata berusia 35 tahun, dan 91% partisipan adalah kulit putih. “Masih banyak yang harus dilakukan sebelum kami bisa menyimpulkan bila vaksin kami bermanfaat mengendalikan pandemi COVID-19, tetapi hasil awal itu sangat menjanjikan,” terang Prof. Sara Gilbert dari Universitas Oxford, dilansir dari Science Alert.

AstraZeneka selanjutnya akan memrioritaskan pada dua dosis tersebut pada uji coba tahap berikutnya.

Hasil awal yang positif masih belum menggambarkan akhir penelitian

Masih belum jelas tingkat respon imun apa yang akan melindungi seseorang dari virus COVID-19. Uji coba skala besar yang melibatkan puluhan ribu orang sekarang sedang dilakukan oleh tim AstraZeneca di Inggris, Afrika Selatan dan Brasil.

CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan uji klinis akan melibatkan 30.000 orang, yang dilakukan akhir Juli atau awal Agustus. Diperkirakan hasilnya baru akan terlihat pada musim gugur tahun ini, atau paling cepat September. Tes akhir tersebut adalah yang akan menentukan apakah kandidat vaksin benar-benar bisa mencegah infeksi virus corona.

Sementara itu Moderna berencana memulai tahap pengujian terakhir pada 27 Juli, dan Pfizer juga berencana melakukan riset penting bulan ini. Di dalam negeri PT Bio Farma baru akan melakukan uji klinis faset III pada 2.400 sampel yang dikirimkan oleh Sinovac Biotech Ltd.

“Hasil awal uji klinis, bila disetujui BPOM, bisa digunakan dalam kondisi darurat pada kuartal pertama 2021,” kata Honesti Basyir, Direktur Utama PT Bio Farma, dalam keterangan pers.

Semua program tersebut mengejar jadwal waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengembangan vaksin. Biasanya diperlukan beberapa tahun untuk membuat vaksin, mengujinya dalam serangkaian uji coba, sebelum akhirnya perusahaan memroduksiknya secara massal.

Mengingat urgensi pandemi, perusahaan farmasi bekerja sangat ketat untuk mempersingkat proses itu menjadi hitungan bulan.

Yang perlu dicatat adalah baik AstraZeneca, Pfizer dan Moderna berharap vaksin segera siap setelah musim gugur (September – akhir November) untuk penggunaan darurat. Vaksin yang ada akan sangat terbatas jumlahnya, dan belum jelas berapa banyak data klinis yang tersedia untuk mendukung keputusan regulasi secepat itu. (jie)