Guillain-barre syndrome (GBS) penyakit ini jarang kita dengar. Ia termasuk penyakit langka yang berisiko menyebabkan kelumpuhan.
Sebagai penyakit langka, angka kejadiannya tercatat 1-2 kasus per 100.000 orang. GBS dianggap penyakit misterius, pasalnya tidak ada data medis lengkap yang dapat menjabarkan apa penyebab dan bagaimana awal munculnya GBS.
Berbagai studi medis hanya menyebut, GBS bisa menyebabkan kelumpuhan yang sering dijumpai pada usia dewasa-muda 15-35 tahun. Beberapa kasus terjadi pada orang berusia 50-74 tahun.
Penyebab
Penyebab penyakit ini sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun, menurut Mayo Clinic dari Amerika Serikat, kebanyakan pasien menderita GBS sebelumnya terinfeksi virus atau bakteri selama beberapa hari atau minggu dan akhirnya berkembang menjadi gejala GBS.
Yang paling sering dituduh menjadi pemicu adalah infeksi pencernaan, akibat bakteri Campylobacter jejuni – penyebab paling umum dari keracunan makanan. Beberapa infeksi virus seperti virus herpes dan virus hepatitis juga dapat menyebabkan GBS. Kemungkinan lain, disebabkan karena proses operasi, gigitan binatang dan vaksinasi.
Dalam laman guillainbarresyndrome.net, dikatakan, GBS sebagai penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel (khususnya mielin dari axon) pada susunan saraf tepi. Hal ini menyebabkan fungsi mielin secara bertahap rusak.
Akibatnya, susunan saraf tepi berhenti meneruskan perintah, atau lambat merespon perintah dari otak. Pasien akan mengalami kemunduran sensorik, yang berujung pada ketidakmampuan merasakan sakit, tekstur, temperatur dan sensasi lainnya.
Dr. Raul Sibarani, neurolog dari Siloam Hospital Semanggi, Jakarta, mengatakan, “GBS bisa muncul akibat respon antibodi atas serangan virus. Serangan ini menyebabkan peradangan, sehingga merusak mielin atau saraf tepi manusia. Jadi, ada kaitannya dengan antibodi. Ini merupakan reaksi antibodi terhadap benda asing atau antigen, yang merusak mielin.”
Gejala
Tanda-tanda penyakit ini bisa sangat umum, seperti pening yang berkepanjangan, demam, muntah dan rasa nyeri pada tungkai. Selanjutnya penderita mengalami kelemahan yang luar biasa, disertai rasa kebas pada kaki dan tangan. Kemampuan untuk merasakan pada tangan dan kaki yang menghilang ini dapat menjalar ke wajah.
Menurut dr. Roul, gejala awal GBS dimulai dengan rasa kebas atau kesemutan pada fungsi motorik organ tubuh, seperti tangan dan kaki. GBS bisa menyerang dengan cepat; setelah rasa kesemutan diikuti dengan mati rasa.
Normalnya, saraf yang berhubungan langsung dengan otak (cranial nerves) mengalami kerusakan, yang bisa menyebabkan masalah pada bagian tubuh lain seperti kemampuan menelan dan berbicara, termasuk kesulitan mengontrol keluarnya air liur (ngeces). Pada kasus akut, beberapa penderita mengalami ngompol, namun hal ini tidak permanen.
Pada GBS kronis (lama) bisa disertai munculnya infeksi virus atau bakteri. Virus dapat memanipulasi/memodifikasi sel normal pada sistem saraf, sehingga sistem kekebalan tubuh menganggapnya sebagai benda asing dan berbahaya, dan karenanya harus diperangi.
Serangan virus dapat memperparah kondisi penderita, bahkan serangan influenza dapat menyebabkan kematian. Infeksi virus dapat mempercepat penderita mengalami tahap kronis lanjutan.
Pada tahap kronis, kelumpuhan otot tepi dapat menyebar ke otot-otot besar di seluruh tubuh, termasuk otot diafragma yang berperan dalam proses pernapasan. Akibatnya, penderita berisiko mengalami gagal napas. Ketika saluran napas tidak bekerja maksimal, dengan sendirinya penderita membutuhkan bantuan ventilator untuk mensuplai oksigen. (jie)
Bersambung ke : Apa dan Bagaimana Penyakit GBS (Bagian 2)