tenaga medis di bengkulu terpapar covid-19,

37 Tenaga Medis Di Bengkulu Terpapar COVID-19 : Waspadai Ruang Ganti APD dan Ruang Rapat Di Rumah Sakit.

Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menyatakan, 37 tenaga medis di Provinsi Bengkulu terpapar virus corona. Sejauh ini, secara total jumlah warga yang terpapar SARS-CoV-2 mencapai 92 kasus.  

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Herwan Antoni menyebutkan, para tenaga medis itu terinfeksi COVID-19 saat mereka beristirahat dan melepas alat pelindung diri (APD) seusai bertugas. "Setelah dilakukan penelusuran, kasus terpaparnya para medis diduga saat melepas APD, usai melayani pasien COVID-19 di ruang isolasi," ungkap Herwan, dilansir dari Kompas.

Untuk mengantisipasi peristiwa serupa, telah dilakukan pembagian zona kerja tenaga medis dan isolasi selama 14 hari untuk tim medis yang sudah bertugas di tempat yang disiapkan pemerintah.

"Usai diisolasi tim medis bisa kembali masuk melaksanakan tugasnya. Cara ini cukup efektif mampu menekan terpaparnya para nakes (tenaga kesehatan)," sebut Herwan.

Ia melanjutkan, saat ini terdapat 14 tenaga medis dinyatakan sembuh dari COVD-19. Selain itu, terdapat 86 tenaga medis dinyatakan negatif COVID-19 setelah menjalani isolasi mandiri dan uji swab. Mereka saat ini telah menjalankan tugasnya di fasilitas kesehatan yang tersebar di Provinsi Bengkulu.

Waspadai ruang ganti APD

Dalam kesempatan berbeda dr. Daeng M Faqih, SH, MH, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menegaskan tenaga kesehatan dan staf rumah sakit adalah kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami penularan COVID-19.

“Terdapat risiko penularan silang COVID-19 dari pasien ke tenaga medis dan staf rumah sakit. Di China 4% dari jumlah kasus di awal pandemi adalah tenaga kesehatan. Selain itu dilaporkan 41% kasus infeksi nosokomial (penularan yang terjadi di rumah sakit pada orang yang awalnya tidak sakit) SARS-CoV-2 pada suatu senter di China,” katanya dalam LIVE streaming tentang Rekomendasi Ahli Mengenai Lapisan Perlindungan Tambahan untuk Meminimalisir Potensi Infeksi Silang selama Pandemi COVID-19, yang berlangsung Senin (1 Juni 2020).

Sumber penularan terutama adalah pasien tanpa gejala, tambah dr. Daeng. Untuk mencegah kasus infeksi silang pada tenaga kesehatan CDC dan WHO telah menerbitkan rekomendasi, seperti menunda melakukan operasi kecuali untuk yang sifatnya gawat darurat.

“IDI juga menyarankan praktik-praktik yang tidak memerlukan tatap muka tidak disarankan melakukan tatap muka. Melainkan dengan memakai teknologi,” tambahnya.

Selain itu mengisolasi pasien yang bergejala secepatnya, yakni dengan membuat triase (penghalang) terpisah yang berventilasi baik dan memisahkan pasien yang diduga / positif COVID-19. Tidak kalah penting adalah melindungi nakes dengan menerapkan higienitas diri dan memakai APD.

“Tidak boleh mendaur ulang & memodifikasi / menyimpan APD, sifatnya sekali pakai. Untuk menghemat APD banyak nakes yang memakai APD selama 6 jam. Dan banyak kasus sebelum pakai APD mereka pakai pampers agar tidak harus membuka APD ketika ingin buang air kecil.”   

Yang tidak kalah penting adalah prosedur saat membuka APD. “Beberapa pakar meneliti bila ruangan ganti APD berisiko tinggi terjadi penularan silang. Yang kedua tempat rapat petugas kesehatan juga berisiko. Demikian juga di toiled (rumah sakit), banyak kasus yang tidak disadari terjadi penularan silang di toiled,” tambah dr. Daeng.  

Oleh karena itu siapapun, baik tenaga medis atau masyarakat umum, perlu disiplin menerapkan hygiene tangan, menggunakan bahan-bahan berbasis etanol 60% atau isopropanol 70%. Juga melakukan kumur dan semprot hidung (nasal spray) menggunakan antiseptik, salah satunya yang berbasis povidone iodine. (jie)