Tukul Arwana terserang stroke. Itu sebabnya, tim dokter Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) di Cawang Jakarta Timur, malam itu juga – Rabu, 22 September 2021 -- memutuskan untuk mengambil tindakan operasi.
"Pasien kami diantar ke rumah sakit dalam kondisi hipertensi. Tensi terdeteksi di IGD (Instalasi Gawat Darurat) sekitar 200-an," ungkap dr. Sardiana Salam, SpS,MKes, dikutip dari kanal YouTube KH Infotainment, Selasa 28 September 2021.
Terjadi perdarahan sekitar 80 mililiter di seputar otak komedian papan atas berusia 57 tahun itu. "Sangat mungkin, itu merupakan respons perdarahan spontan karena hipertensi," kata dr. Sardiana.
Dokter Ricky Gustanto Kurniawan, SpS, menambahkan bahwa ada sejumlah kondisi fisik yang dialami Tukul. "Saat masuk IGD, pasien Tukul dalam keadaan nyeri kepala. Mengalami kelemahan tubuh satu sisi, muntah-muntah, mengantuk dan mengalami penurunan kesadaran," ujar dr. Ricky. Setelah diperiksa di IGD, tim medis pun memutuskan untuk segera melakukan operasi.
Hipertensi, the silent killer
Menurut keluarga, kerabat dan rekan kerjanya, Tukul Arwana selama ini sehat-sehat saja dan tidak pernah sakit. Banyak yang tidak percaya ketika Tukul dilarikan ke RS PON dan dinyatakan mengalami perdarahan otak, dan harus menjalani operasi.
Perlu diingat, tidak pernah sakit bukan berarti kita sehat-sehat saja. Hipertensi atau tekanan darah tinggi dikenal sebagai the sillent killer (pembunuh diam-diam).
Meski sudah mengidap hipertensi selama bertahun-tahun, seseorang bisa tidak merasakan gejala apa-apa, dan merasa dirinya sehat-sehat saja. Seperti dilansir Mayo Clinic, pada sejumlah kasus hipertensi, gejala baru muncul ketika sudah ada kerusakan pembuluh darah.
Menurut American Heart Association (AHA), tensi atau tekanan darah normal orang dewasa berkisar 120/80 mm Hg. Hipertensi stadium 1, bila sistolik 130-139 mm Hg dan diastolik 80-89 mm Hg. Hipertensi stadium 2: 140/90 mm Hg atau lebih. Darurat hipertensi bila >180/120 mm Hg.
Tukul yang saat di IGD Rumah Sakit PON tekanan darahnya sampai 200 mm Hg, berarti sudah masuk kategori “darurat hipertensi”.
Bahaya hipertensi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, 1 dari 4 laki-laki dewasa dan 1 dari 5 wanita dewasa, mengalami hipertensi. Umumnya hipertensi tanpa gejala. Seandainya bergejala, penderita kadang tidak menyadari. Umumnya gejala berupa sakit kepala, sesak napas, pusing, sakit dada, jantung berdebar atau hidung berdarah.
Tekanan berlebihan pada pembuluh darah, dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan oksigen ke jantung. Tekanan yang meningkat dan aliran darah yang berkurang, dapat menyebabkan:
- Nyeri dada (angina).
- Serangan jantung, terjadi ketika suplai darah ke jantung tersumbat dan sel-sel otot jantung mati karena kekurangan oksigen. Makin lama aliran darah tersumbat, makin besar kerusakan pada jantung.
- Gagal jantung, terjadi ketika jantung tidak dapat memompa cukup darah dan oksigen ke organ tubuh lain.
- Detak jantung tidak teratur, dapat menyebabkan kematian mendadak.
- Hipertensi juga dapat menyumbat arteri yang memasok darah dan oksigen ke otak, dan menyebabkan stroke.
Faktor risiko hipertensi
Faktor risiko hipertensi cenderung sama dengan faktor risiko stroke. Ada faktor risiko yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.
Menurut WHO, faktor risiko yang tidak dapat diubah yakni: riwayat keluarga dengan hipertensi, usia >65 tahun, diabetes dan penyakit ginjal. Faktor risiko yang dapat diubah: konsumsi garam berlebih, tinggi lemak jenuh dan lemak trans, kurang asupan serat. Lainnya: obesitas, kurang aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hipertensi adalah, menerapkan pola hidup sehat, aktivitas fisik, hindari merokok dan alkohol berlebihan. Satu lagi: bisa usia sudah di atas 40, cek tekanan darah secara rutin. (sur)
Baca juga: Tukul Makin Membaik, Insya Allah Akan Pulih Seperti Maradona