Mengenal Sosok dr. Terawan, Menteri Kesehatan RI Yang Baru | OTC Digest

Mengenal Sosok dr. Terawan, Menteri Kesehatan RI Yang Baru

Pagi ini mulai pukul 9.30 WIB, Presiden Joko Widodo mengumumkan susunan kabinet baru yang diberi nama Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara. Dalam pengenalan para pembantu Presiden tersebut, nama Mayjen TNI, Dr. dr. Terawan Agus Putranto, SpRad (K), disebutkan menduduki jabatan Menteri Kesehatan.

Di beranda Istana Negara, Presiden Joko Widodo yang didampingi Wapres KH. Maruf Amin, memberikan pengantar singkat tugas yang diemban Menteri Kesehatan yang baru, yakni mengatasi stunting dan mengelola BPJS Kesehatan.

Dr. Terawan bukanlah orang baru di lingkungan Kepresidenan, sebelumnya dr. Terawan menjabat sebagai Kepala RS Kepresidenan RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Belum lama ini ia dan tim dokter RSPAD menangani kasus penusukan mantan Menko Polhutkam Wiranto.

Pria kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lulus sebagai dokter pada tahun 1990, setelah itu ia mengabdikan dirinya menjadi dokter di Angkatan Darat.

Menempuh pendidikan spesialisasi radiologi di Universitas Airlangga, Surabaya tahun 2004, dan mendapat gelar doktoralnya di Universitas Hassanuddin, Makasar (2013), setelah merampungkan desertasinya yang berjudul “Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis".

Baca juga : Membaca Disertasi Terapi “Cuci Otak” Dr Terawan

Berdasarkan desertasinya tersebut, dr. Terawan menciptakan metode “cuci otak” yang diklaim bisa menyembuhkan stroke. Metode ‘cuci otak’ ini bahkan dipatenkan dengan sebutan ‘Terawan Theory’.

Terapi ‘cuci otak’ tersebut sejatinya adalah metode Digital Substraction Angiography (DSA) untuk melihat (diagnosa) kelainan pembuluh darah otak dengan menyemprotkan heparin dan cairan kontral ke dalam pembuluh darah.  

Pada tahun 2018 lalu Mahkamah Kode Etik Kedokteran (MKEK) IDI sempat mengeluarkan rekomendasi pemberhentian sementara dr. Terawan dari keanggotaannya di IDI (Ikatan Dokter Indonesia) karena dianggap mengiklankan metode ‘cuci otak’ tersebut.

Ketua Umum PB IDI saat itu Prof. Ilham Oetama Marsis menyatakan tidak melaksanakan rekomendasi MKEK dan menyatakan dr. Terawan tetap sebagai anggota IDI. Kasusnya ini menjadi ramai gara-gara surat rekomendasi MKEK ‘bocor’ dan viral ke awak media.

Terlepas dari kontroversi rekomendasi penghentian keanggotaannya di IDI, beberapa pejabat seperti Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Trie Sutrisno, AM Hendropriyono, Prabowo Subianto, hingga Mahfud MD, dikabarkan pernah menjalani terapi ‘cuci otak’ tersebut, dan merasakan manfaatnya.

Atas inovasi dan pengabdiannya, dr. Terawan mendapat penghargaan dari Hendropriyono Strategic Consulting (HSC) dan dua rekor MURI sekaligus, sebagai penemu terapi “cuci otak” dan penerapan Digital Substraction Angiography (DSA) terbanyak.

Selamat bekerja bapak Menkes, tugas dan tanggungjawab mengurusi kesehatan masyarakat Indonesia ada di pundak Anda.

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi, seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo dalam pengantarnya, kasus stunting di Indonesia masih tinggi (30,8% menurut Riskesdas 2018), defisit BPJS Kesehatan tahun ini diprediksikan hingga Rp 32 trilyun, prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) yang semakin tinggi (> 34%), dll. (jie)