Ngobrol soal kopi dengan pakar kopi Q grader Adi Taroepratjeka, semalam suntuk pun tidak cukup. Keistimewaan kopi yakni kandungan kafeinnya. Menurut pendiri perusahaan konsultan dan pelatihan Secangkir Kopi serta Sekolah Kopi 5858 Coffee Lab ini, dalam lingkup tanaman, “Kafein itu sebagai self defense mechanism.” Untuk melindungi diri dari serangan hama/penyakit.
Pada tubuh manusia, efeknya berbeda, dan bisa berbeda pada tiap orang. Bagi Adi, kopi membantu untuk bisa berpikir lebih jernih, “Kafein memacu jantung lebih kencang, sehingga lebih banyak oksigen mengalir ke otak.” Ada yang jadi lebih segar, lebih kreatif. “Ada yang jadi ‘mabok’ ketawa-ketawa gak jelas terutama kalau sudah kebanyakan,” pemandu acara Coffee Story di Kompas TV ini tertawa.
Menurut riset, konsumsi kopi menurunkan risiko kepikunan. Risiko paling rendah ditemukan pada mereka yang minum 3-5 cangkir kopi/hari. Mereka yang sensitif terhadap kafein atau punya masalah asam lambung, perlu hati-hati. Kandungan kafein pada kopi robusta, dua kali lebih tinggi daripada arabika. “Dulu, istri saya sakit maag sehabis minum kopi (robusta). Ganti ke arabika, keluhannya hilang.”
Kopi bisa bikin kecanduan? “Ya. Ada teman yang sampai gak bisa puasa. Kalau gak minum kopi, migren.” Adi sendiri, “Bisa minum, bisa nggak. Kalau minum bisa ‘brutal’, kadang sama sekali gak minum.” Apa tanda sudah kebanyakan minum kopi? “Kalau saya, ngantuk. Tiap orang sensornya beda.”
Saat minum kopi, yang lebih penting adalah obrolannya. “Sebagai orang urban, kita gak punya banyak waktu ngobrol. Kopi wahana yang menyenangkan untuk mencampur perkerjaan dengan kebutuhan ngobrol dan melepas lelah.” (nid)