mitos terkait olahraga
mitos olahraga

Menjawab 4 Mitos Olahraga: Cukupkah Hanya Olahraga Rutin?

Di tengah hiruk-pikuk kota besar, semangat untuk tetap aktif kini menjadi bagian dari gaya hidup urban. Tren ini terlihat jelas, di area Gelora Bung Karno (GBK), mulai dari jogging, lari, hingga pound fit sepulang kerja. 

Bagi yang ingin lebih eksklusif, bisa memilih untuk melakukan fitness di gym atau olahraga seperti tenis, squash atau padel yang sedang populer belakangan ini. Tentunya karena berolahraga sepulang kerja bukan semata untuk sehat, tapi juga menjadi pelarian sehat dari rutinitas, sekaligus cara baru bersosialisasi.

Namun, seiring dengan semangat olahraga yang tinggi ini, ada satu hal yang seringkali terlupakan, yaitu asupan nutrisi harian yang cukup dan seimbang. Banyak orang merasa cukup sehat hanya karena rajin bergerak, padahal tanpa nutrisi yang tepat, tubuh bisa cepat lelah, performa menurun, hingga meningkatkan risiko cedera. Apalagi di tengah mobilitas yang serba cepat, menjaga keseimbangan nutrisi sering kali menjadi tantangan tersendiri.

Sebelum terlalu jauh, pastikan Anda tidak terjebak mitos seputar olahraga dan nutrisi yang justru bisa menghambat performamu. Ini faktanya! 

Mitos 1: Olahraga Rutin Sudah Cukup Menjaga Kebugaran 

Faktanya, olahraga tanpa dukungan nutrisi yang memadai justru membuat tubuh lebih cepat lelah. Protein untuk otot, kalsium untuk tulang, serat untuk pencernaan, serta vitamin dan mineral penting lainnya tetap harus dipenuhi setiap hari. Tubuh memerlukan “bahan bakar” yang cukup agar performa tetap optimal di tengah aktivitas. 

Dr. Laurencia Ardi, Health Communicator Kalbe Nutritionals, menjelaskan, “Aktivitas fisik memerlukan asupan nutrisi lengkap seperti protein, kalsium, serat pangan, serta protein. Antioksidan alami dari buah zaitun juga penting untuk menjaga energi tetap stabil. Tantangannya adalah bagaimana memenuhi semua kebutuhan ini secara praktis di Tengah kesibukan harian.”

Mitos 2: Nutrisi Cukup Dipenuhi dari Makanan Berat Saja 

Faktanya, banyak yang mengira nutrisi tubuh hanya bisa terpenuhi dari menu makan besar seperti sarapan berat atau makan siang lengkap. Padahal, di tengah aktivitas padat, tubuh tetap membutuhkan asupan tambahan yang praktis namun bernutrisi. 

Beberapa produk minuman siap saji mengandung protein, kalsium, serat pangan, serta antioksidan bisa menjadi solusi sederhana untuk menjaga energi tetap stabil kapan saja, tanpa harus menunggu waktu makan besar. 

Namun Anda tetap perlu memerhatikan kandungan gula dalam tiap kemasan minuman kemasan tersebut. Pilih produk yang rendah gula. 

Mitos 3: Kopi Tidak Bermanfaat bagi Pelaku Olahraga 

Faktanya, kopi sering dianggap hanya sebagai minuman begadang, padahal kafeinnya bisa membantu meningkatkan fokus dan daya tahan saat berolahraga. 

Bahkan kafein dalam kopi dikenal juga sebagai bahan pembakar lemak (fat burner). Kafein memicu produksi adrenalin, yang merangsang hormon sensitif lipase (HSL) di sel lemak. HSL akan memerintahkan agar lemak dipecah, dikeluarkan dari sel dan diubah menjadi asam lemak. Lalu dibakar dengan olahraga.

Kombinasi kafein dan katekin dalam teh hijau, menurut The British Journal of Nutrition, dapat meningkatkan hormon utama untuk pembakaran lemak, norepinefrin. Juga meningkatkan pengeluaran energi selama 24 jam.

Waktu ideal mengonsumsinya adalah 45-60 menit sebelum aktivitas fisik, dengan tetap memperhatikan porsi dan keseimbangan nutrisi. 

Baca : Mengenal Suplemen Pembakar Lemak

Mitos 4: Semakin Lama Durasi Olahraga Semakin Bermanfaat

Faktanya, olahraga yang berlebihan, baik durasi atau intensitasnya, justru berbahaya. Takaran olahraga yang pas bisa berbeda-beda untuk tiap orang, sangat tergantung dengan tingkat kebugaran masing-masih individu dan kondisi kesehatannya. 

Tergantung pula jenis dan berat ringan olahraga yang dilakukan. Jalan santai perlu waktu lebih lama dibanding jalan cepat, untuk mendapatkan manfaat yang sama. Tetapi, jalan kaki terlalu cepat tidak dianjurkan bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan; misalnya sakit jantung.  (jie)

Baca: Overdosis Olahraga Ganggu Kesehatan, Berapa Lama Sebaiknya Kita Berolahraga