bahaya overdosis olahraga, berapa lama harus olahraga
bahaya overdosis olahraga

Overdosis Olahraga Ganggu Kesehatan, Berapa Lama Sebaiknya Kita Berolahraga

Olahraga terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membuat kita lebih sehat bugar dan merasa bahagia. Olahraga bisa jalan kaki, jogging, senam, bersepeda, latihan beladiri dan lain-lain. Seperti obat, olahraga jangan sampai overdosis. Olahraga berlebihan bisa membahayakan kesehatan. Olahraga berat seperti lari marathon, bisa menyebabkan dehidrasi berat atau pingsan, bila kondisi tidak fit dan kurang persiapan.

Berapa takaran olahraga yang pas, agar tidak overdosis? Referensi menyebutkan, berbeda-beda untuk setiap orang. Tergantung kondisi fisik dan kesehatan. Tergantung jenis dan berat ringan olahraga yang dilakukan. Jalan santai perlu waktu lebih lama dibanding jalan cepat, untuk mendapatkan manfaat yang sama. Tetapi, jalan kaki terlalu cepat tidak dianjurkan bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan; misalnya sakit jantung. 

Tanda olahraga berlebihan

Mengutip Ace Fitness, tubuh akan memunculkan tanda-tanda bila kita melakukan olahraga atau aktivitas berlebihan:

  • Melakukan olahraga yang biasa dilakukan, performa terasa menurun.
  • Latihan atau olahraga ringan, terasa sulit dilakukan. Bisa karena terjadi peningkatan detak jantung atau detak jantung menjadi tidak beraturan.
  • Merasa sangat lelah. 
  • Nyeri otot dan/atau persendian karena gerakan-gerakan tertentu yang terus dilakukan.
  • Metabolisme tubuh terganggu, yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi.
  • Perubahan mood atau suasana hati; mudah marah, sulit fokus. 
  • Gangguan tidur atau insomnia.
  • Hilang nafsu makan.

Efek negatif olahraga berlebihan

Dalam jangka pendek, dapat menimbulkan kelelahan, nyeri otot atau nyeri punggung. Olahraga tertentu, seperti bela diri, bisa menimbulkan cedera. Kondisi ini umumnya dapat diatasi dengan beristirahat. Bila cedera, tentu, harus ditangani dengan baik. Efek negatif lain:

* Gangguan jantung. Olahraga dengan intensitas tinggi, apalagi dilakukan setiap hari tanpa jeda, dapat meningkatkan risiko kardiotoksisitas. Yaitu kerusakan pada otot jantung, akibat pelepasan senyawa kimia yang membuat fungsi jantung terganggu. Bisa terjadi aritmia (detak jantung tidak beraturan).

Olahraga berlebihan dapat memicu tubuh menghasilkan hormon adrenalin dan kortisol, yang menaikkan tekanan darah dan membuat denyut jantung lebih cepat. Menurut European Heart Journal (2020), mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jantung sebaiknya tidak melakukan olahraga berlebihan. 

* Gangguan ginjal. Olahraga berlebihan bisa menyebabkan gangguan ginjal, yang disebut rhabdomyolysis. Otot mengalami kerusakan dan melepaskan pigmen mioglobin ke dalam darah. 

Rhabdomyolysis bisa menimbulkan kelemahan, nyeri otot dan urin berwarna gelap. Kondisi ini berisiko menyebabkan gagal ginjal. Sebuah penelitian tahun 2018 menunjukkan, olahraga atau latihan HIIT (high-intensity interval training) meningkatkan gejala cedera otot dan tubulus ginjal. 

Olahraga berlebihan bisa dilakukan seseorang dengan gangguan makan (eating disorder). Atau karena gejala gangguan mental seperti OCD (obsessive compulsive disorder).

Aman berolahraga

Secara umum cukup olahraga sekitar 30 menit, 5 kali seminggu (total 150 menit). Tetapi, kondisi masing-masing orang berbeda. Gejala seperti jantung berdetak sangat kencang, atau keringat keluar berlebihan, bisa merupakan sinyal untuk segera berhenti olahraga atau beristirahat untuk sementara waktu.

Batas olahraga yang aman dilakukan:

* Masih bisa berbicara dengan orang lain. Saat jogging atau bersepeda, dan kita masih bisa berbicara, olahraga masih aman dilakukan. Seperti dilansir Harvard Health Publishing, segera istirahat bila sudah sulit untuk berbicara.  

* Merasa sangat lelah. Ini sinyal bahwa tubuh sudah hampir mencapai batas kemampuan maksimal. 

* Jangan memaksa diri. Berhentilah berolahraga, bila tubuh sudah merasa cukup. Olahraga agar sehat dan bugar, berbeda dengan yang dilakukan atlet yang dilakukan untuk meraih kemenangan. (sur)