Sekitar 10% anak pada satu tahun pertama mengalami alergi makanan. Alergi secara signifikan mempengaruhi tumbuh kembang si kecil, termasuk aspek mentalnya, mereka menjadi lebih rentan alami kecemasan.
Anastasia Satriyo, MPsi, Psi, psikolog anak dari Jakarta Child Development Center, menjelaskan alergi bukan hanya mempengaruhi kesehatan fisik anak, namun juga dapat memengaruhi kondisi psikologi si kecil dan orangtuanya.
Dalam aspek perkembangan anak, gangguan alergi bisa berdampak pada sosial dan kognitifnya. Anak alergi berpotensi mengalami gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif dan lemas. Akibatnya anak cenderung menjadi kurang percaya diri saat bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Riset di the Journal for Nurses Practitioner menegaskan bila anak alergi rentan mengalami kecemasan, dan bisa berkembang menjadi kecemasan tinggi (high anxiety) sampai gangguan kecemasan (generalized anxiety disorder).
Peneliti juga mendapati, di usia sekolah anak alergi rentan mengalami isolasi sosial karena tidak bisa beraktivitas seperti teman-teman sebayanya.
“Perasaan tidak nyaman (karena alergi) membuat ia susah mikir, tidak enjoy bermain, sehingga berdampak sosialisasi ke teman-temannya. Anak alergi juga lebih sensitif secara emosi,” ujar Anas, demikian ia biasa disapa, dalam acara Bincang Gizi, Selasa (23/8/2022).
Tekanan mental ini juga berpengaruh pada orangtuanya. Orangtua dari anak yang alergi mengalami kecemasan lebih tinggi dan lebih rentan mengalami burnout (kelelahan mental).
Hal ini tergambar dalam Mary E Bollinger, dkk, terlihat 41% orangtua yang memiliki anak dengan kondisi alergi melaporkan dampak yang signifikan pada tingkat stres mereka. Alergi bukan hanya memengaruhi psikologis si kecil, namun orangtua akan turut merasakan efeknya secara langsung.
Anas, yang juga penulis buku ‘Tidak ada Sekolah tuk Jadi Orang Tua’ mengingatkan, “Reaksi alergi dapat mempengaruhi emosianal anak, tapi kondisi emosi anak lebih terpengaruh dari bagaimana cara orangtua mengelola emosi dan merespon emosi anak.”
Orangtua butuh menata emosinya terlebih dulu, sebelum menenangkan kecemasan anak mereka.
Koneksi sebelum koreksi
Co-regulation adalah solusi untuk membantu anak alergi yang rentan alami kecemasan. Orangtua perlu berlatih:
- Mengelola emosi dengan latihan napas sadar dan rileks. Ini perlu dilakukan terutama untuk orangtua yang sering overthinking.
- Berlatih menamai emosi-emosi yang kita (orangtua) rasakan sehingga bisa membantu anak menamai emosi yang muncul. Anak yang bisa menamai emosinya menjadi lebih tenang.
- Anak perlu merasa orangtua menerima dan memvalidasi emosinya.
Relasi yang hangat dari orangtua dan lingkungan yang memberikan rasa aman secara emosi dapat membantu pemulihan anak dengan alergi, karena alergi rentan terpicu oleh stres emosi- psikologis.
“Luangkan waktu untuk bermain dengan anak sekitar 5 -10 menit, atau 30 - 45 menit. Lakukan kegiatan yang merangsang sensori-motorik anak, misalnya bermain panjat-panjatan. Bermain yang mengasah perkembangan emosi seperti bermain roleplay, bermain dengan puppet/figurin atau art and craft sehingga anak semakin dapat meregulasi emosi dan mendapatkan fondasi rasa aman secara emosi. Lawan dari kecemasan adalah merasa aman,” urai Anas.
Mendongeng (storytelling) juga sangat penting dilakukan oleh orangtua. Bermain bersama anak adalah bahasa cinta yang membuat anak merasa disayang, ditemani, diinginkan dan berharga untuk orangtuanya.
“Stok sabar orangtua perlu di-recharge. Ketika kita lihat anak tantrum, kita deteksi emosi apa yang kita rasain, dengan demikian kita bisa mengatasi emosi anak,” pungkas Anas. (jie)
Baca juga: Kurang Serat Anak Lebih Rentan Alergi, Ini Penjelasan Dokter