Alergi debu, itu biasa. Tapi kalau alergi terhadap sperma suami, itu repot. Dan jangan salah, kondisi ini tidak sejarang yang kita duga. Ada perempuan yang tubuhnya membentuk ASA (anti-sperm antibody). Dari kasus unexplained infertility atau ketidaksuburan (infertilitas) yang tidak diketahui sebabnya di RSIA Budhi Jaya, Jakarta, 60% perempuan memiliki ASA tinggi.
“Bagi tubuh perempuan, sperma adalah benda asing, seperti halnya virus atau bakteri. Jadi dari awal, tubuh ibu sudah menolak. Nah, ada yang penolakannya masih dalam batas toleran, ada yang tidak,” jelas Prof. Dr. dr. Ichramsjah Azin Rachman, Sp.OG(K). Pada perempuan yang belum terpapar sperma, ASA negatif. Namun begitu sperma masuk, tubuh mulai membentuk antibodi. Makin sering sperma masuk, antibodi makin bertambah. Bila antibodi yang terbentuk sangat banyak, maka tiap sperma yang masuk akan langsung dibasmi, tanpa sempat membuahi sel telur.
Baca juga: Keguguran Berulang, Waspadai ACA
Perempuan yang sudah menikah, bila darahnya diencerkan dengan titer 1:64 dan ASA positif, masih dianggap normal. Inilah batas toleran. Tapi bila ASA masih positif dengan pengenceran 1:128, dianggap tinggi. “Bila terus diencerkan dan ASA masih positif, berarti ASA-nya sangat tinggi. Seperti air gula saja. Kalau diencerkan dengan banyak air tapi masih juga manis, berarti kandungan gulanya sangat tinggi,” lanjut Prof. Ichram.
Uniknya, ASA bersifat spesifik, “Bisa saja seorang perempuan tidak toleran terhadap sperma suami, tapi toleran terhadap sperma yang lain.” Maka jangan heran bila ada pasangan yang sekian tahun menikah tidak punya anak, tapi ketika bercerai lalu masing-masing menikah lagi, bisa punya anak dengan pasangan barunya. Bisa saja dulu si perempuan alergi terhadap sperma suami lamanya, tapi tubuhnya tidak menolak sperma suami yang baru.
Baca juga: Tak Hanya Perempuan, Laki-Laki pun Bisa Mengalami Gangguan Kesuburan
Ilmu tentang ASA masih terbilang kontroversial, dan belum sepenuhnya diterima secara global. ASA telah diterima antara lain di Inggris dan beberapa negara bagian Amerika Serikat. Di Asia, Indonesia termasuk salah satu dari sentra bayi tabung yang menyertakan pemeriksaan dan pengobatan ASA.
Gejala klinis yang berhubungan dengan ASA tinggi, karena reaksi ASA spesifik hanya terhadap sperma. “Gejalanya tidak terlihat. Tapi saya sering menemukan, umumnya mereka dengan ASA tinggi memiliki daya tahan tubuhnya kuat. Jarang sakit, jarang kena flu,” ujar Prof. Ichram.
Baca juga: Prosedur Bayi Tabung
Secara umum, tubuh perempuan dengan ASA tinggi memproduksi banyak antibodi. Bukan hanya antibodi terhadap sperma, melainkan juga terhadap penyakit. “Perempuan yang memiliki alergi juga lebih berisiko karena pada alergi, sistem imunnya hipersensitif; reaksi tubuhnya terhadap sperma pasti lebih tinggi dibanding yang tidak alergi,” tambahnya.
Kadar ASA tinggi perlu dicurigai bila pernah keguguran lebih dari 1 kali. Memang secara teori, sperma tidak akan bisa membuahi sel telur karena langsung dibunuh oleh sistem imun. Namun imunitas tubuh berfluktuasi. Misalnya saat capek dan daya tahan tubuh rendah, lalu melakukan hubungan intim saat kebetulan dalam masa subur, kehamilan bisa terjadi. “Tapi begitu daya tahan tubuh kembali baik, tubuh kaget, kok ada ‘penyusup’. Janin pun diserang hingga ibu mengalami perdarahan dan akhirnya keguguran,” terang Prof. Ichram.
ASA belum bisa diobati secara permanen, tapi ada upaya yang bisa dilakukan agar ibu bisa hamil. Bagaimana caranya? Simak artikel berikut ini. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: People photo created by yanalya - www.freepik.com