Dr. Alvita Dewi Siswoyo, SpKN, M.Kes: Dua Kali Selamat dari Kanker Berarti Tuhan Punya Maksud Tertentu | OTC Digest

Dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN, M.Kes: "Dua Kali Selamat dari Kanker, Berarti Tuhan Punya Maksud Tertentu"

Sang ayah, dr. Loekito Siswoyo, adalah role model bagi Vita. Sejak kecil ia terus memupuk cita-cita untuk menjadi  dokter. Ia belajar sekuat tenaga agar memperoleh nilai bagus. Namun, saat berusia 16 tahun dan duduk di bangku SMA, ujian berat kembali menerpa.  Ia terserang kanker jaringan tulang lunak (ewing sarcoma) stadium 3, di tumit kaki. Ini termasuk kanker yang jarang, yang membuatnya tidak bisa berjalan dan harus selalu di kursi roda.

“Impian menjadi dokter hancur berantakan,” ujarnya. Pada tahun 1999 ia menjalani pengobatan (kemoterapi) di Singapura, dilanjutkan radiasi (55 kali) di Indonesia. Orangtuanya sampai menjual rumah untuk biaya pengobatan, kemudian tinggal di rumah dinas sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil).

Di Singapura ia merasa putus asa, namun bangkit setelah bertemu seorang ibu. Saat berobat, ia sempat tidak masuk sekolah selama 1 catur wulan (4 bulan).  Sekolah menyarankan agar ia konsentrasi pada pengobatan dan mengulang tahun depan.

“Saya nggak mau. Saya ingin jadi dokter. Dengan tekad kuat saya tetap sekolah. Untungnya  sekolah memberi kelonggaran. Saya boleh belajar di rumah, dan datang untuk ulangan di kantin lantai 1, karena tidak bisa naik ke lantai 3,” papar dokter yang sudah menulis 6 buku ini.

Catur wulan berikutnya, sekolah mengharuskan Vita hadir di kelas. Ia memaksa ke sekolah  menggunakan kruk , meski ditentang orangtua.  Mereka takut Vita tidak kuat menyangga tubuhnya, jatuh, membuat luka di kakinya bertambah parah.

“Prinsip saya: lebih baik mencoba dan gagal, daripada tidak sama sekali. Maka, saya nekad pakai kruk. Naik tangga ke 3 lantai. Orang normal cukup waktu 5 menit, saya butuh setengah jam,” tutur Vita. “Kadang kalau lagi sedih, saya duduk di tangga menangis. Saya namai tangga itu tangga air mata. Karena hidup orang lain kok gampang, saya naik tangga saja susah.”

Kemudian ia berpikir. Jangan-jangan  secara tidak langsung Tuhan memberinya kesempatan untuk melatih otot-otot kakinya, yang selama berbulan-bulan tidak terlalu digunakan. Kegiatan naik turun tangga menjadi semacam exercise baginya. Terbukti, “Saya kemudian bisa melepas satu kruk saya, dan lama-lama kedua kruk saya lepaskan,” ujarnya.

Ia menemukan kegembiraan bisa kembali ke sekolah, bertemu teman-teman yang memberi semangat. Singkat cerita, dengan tekad kuat Vita lulus SMA jurusan IPA dan melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara. Ia  lulus dokter umum di usia 25 tahun.

Ia terus menimba ilmu dan memutuskan untuk mendalami di bidang onkologi (kanker). Ia masuk  Fakultas Kedokteran Universutas Padjajaran, Bandung, mengambil spesialisasi kedokteran nuklir sakaligus mengambil program S2 Magister Kesehatan. 

Dengan kanker, ia lebih menghargai hidup dan lebih mendekatkan  diri kepada Tuhan. “Saya selamat dua kali dari kanker, berarti Tuhan punya maksud dalam hidup saya. Saya harus menghargai dan harus percaya. Pertama, percaya Tuhan. Kedua, percaya diri sendiri.” Di ujung tangga air mata, ternyata ada kebahagiaan berlimpah. (jie)

___________________________________________

Foto: dok. OTC Digest