Hormon estrogen memberi perlindungan untuk berbagai masalah kesehatan untuk kaum hawa, namun setelah menopause ceritanya berbeda. Wanita, menjadi lebih rentan terhadap masalah sendi lutut maupun bahu.
Sebagai informasi, estrogen sangat penting dalam setiap tahap kehidupan wanita, mulai dari pubertas, menstruasi, kehamilan hingga menopause. Hormon ini berperan proses reproduksi wanita.
Namun ia juga punya banyak fungsi lain seperti membantu mengatur kadar kolesterol, sehingga mengurangi risiko pembentukan plak di pembuluh darah; mendukung kemampuan mengingat; hingga mempertahankan kepadatan tulang.
Dr. Liauw Roger Leo, SpOT, Spesialis Orthopedi & Traumatologi Klinik Utama DR. Indrajana, Jakarta menjelaskan, di massa menopause terjadi penurunan kadar hormon estrogen yang signifikan, berbagai masalah muncul, termasuk tulang dan sendi.
“Pada tulang menyebabkan osteoporosis (tulang keropos), sementara di sendi disebut osteoarthritis, masyarakat mengenalnya dengan pengapuran sendi lutut,” katanya dalam seminar Atroskopi di Bahu dan Lutut dengan Minimal Invasif di Klinik Utama DR. Indrajana, Kamis (29/2/2024).
“Diperberat dengan penambahan berat badan, usia dan seberapa cepat menopause, kalau ia mengalami menopause dini biasanya lebih berat kerusakan sendinya.”
Berat badan berlebih memberi beban ekstra yang harus ditahan sendi lutut, ini bisa menyebabkan nyeri sendi. Bahkan kelebihan berat badan, apalagi obesitas, juga memicu peradangan (inflamasi) sistemik yang bisa mempengaruhi sendi. Radang kronis mampu menyebabkan kaku atau nyeri sendi.
“Menyebabkan penderita kesakitan saat jongkok, atau kesulitan untuk berdiri (dari posisi duduk). Dan kalau sudah berat, untuk jalan saja susah,” imbuh dr. Roger.
Untuk area bahu memasuki usia 40 tahun lebih, wanita lebih rentan mengalami kondisi yang disebut calcific tendinitis, penumpukan kalsium di area bahu. Menyebabkan nyeri yang luar biasa pada bahu. Kondisi ini juga berkaitan dengan masalah hormonal, dan penyakit metabolik seperti diabetes.
Kehamilan menyebabkan nyeri sendi
Kehamilan adalah kondisi yang khusus, terjadi fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron. Juga penambahan berat badan yang signifikan. Ini secara tidak langsung juga berpengaruh pada sendi.
Nyeri lutut juga mungkin terjadi terutama jika ibu pernah memiliki riwayat cedera, misalnya cedera olahraga saat masih sekolah.
“Kenaikan estrogen dan progesteron menyebabkan tubuh melar seperti karet (dimaksudkan untuk mengakomodasi kehamilan). Kondisi ini menyebabkan nyeri sendi pasca melahirkan,” terang dr. Roger.
Dalam kondisi normal, lanjut dr. Roger, solusinya adalah olahraga yang bersifat muscle strengthening(penguatan otot). Namun, untuk hamil dengan riwayat cedera lutut, terapi atroskopi bisa dilakukan 2 tahun pasca melahirkan.
Atroskopi, terapi minimal invasif khusus sendi
Seperti halnya metode endoskopi untuk saluran pencernaan, atroskopi merupakan sebuah prosedur bedah minimal invasif pada sendi menggunakan kamera berukuran sangat kecil yang dimasukkan melalui rongga tubuh.
Melalui prosedur ini, dapat diketahui kondisi lutut, bahu, maupun persendian lain pada pasien. Tindakan ini berfungsi sebagai alat diagnostik untuk gangguan persendian, terutama pada bahu dan lutut, sekaligus terapi pada beberapa kasus.
Dengan menggunakan sayatan sekitar 1 cm saja, artroskopi mampu membantu pasien gangguan sendi dengan risiko rendah, penyembuhan yang lebih cepat, dan nyeri pasca operasi yang minimal.
Dr. Roger menguraikan, “Sebelum menjalani prosedur artroskopi, pasien umumnya akan diminta untuk menjalankan puasa. Selain itu, pasien mungkin akan diminta untuk menghentikan atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.”
“Pasien akan diberikan anestesi dan kemudian, beberapa sayatan kecil akan dibuat pada bagian lutut atau bahu. Selanjutnya, kamera fiber optik yang berukuran sangat kecil dimasukkan melalui salah satu sayatan yang telah dibuat.
Melalui kamera tersebut, gambaran mengenai kondisi sendi akan diproyeksikan melalui layar monitor. Di saat yang bersamaan, larutan salin dipompa ke area lutut melalui sayatan yang lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi.
Jika ditemukan adanya masalah yang bisa ditangani saat itu juga, alat berukuran kecil akan dimasukkan melalui sayatan yang lain. Setelah tindakan selesai, larutan salin akan dikuras dan sayatannya akan dijahit.”
Namun dr. Roger juga menegaskan, bila atroskopi bukan metode ‘dewa’ yang mampu mengatasi semua masalah sendi lutut. Terapi konvensional, seperti penggantian sendi lutut total (total knee replacement) tetap diperlukan jika kerusakan sendi lutut terlalu berat. (jie)
Baca juga: Latihan Otot Paha Mencegah Operasi Penggantian Lutut Pasien Ostoartritis