Pengaruh endometriosis pada kehamilan sangat individual. Ada perempuan yang memiliki endometriosis tetap bisa hamil, tapi ada pula yang jadi susah hamil. Endometriosis memengaruhi kesuburan (fertilitas) perempuan dengan berbagai cara. Nyeri yang ditimbulkannya saja sudah bisa memengaruhi kesuburan. “Tentunya, nyeri yang dirasakan membuat frekuensi hubungan intim menjadi berkurang,” ujar Dr. dr. Laila Nuranna, Sp.OG(K).
Lebih jauh, endometriosis bisa menyebabkan pembentukan kista di indung telur. Kista ini bisa mengiritasi jaringan sekitarnya hingga menimbulkan penyumbatan saluran telur (tuba falopi), sehingga sperma tidak bisa mencapai sel telur. Bisa pula terjadi perlekatan organ-organ reproduksi serta penumpukan cairan di rahim, yang akan merusak struktur organ dalam reproduksi serta mempersulit terjadinya kehamilan.
Selain itu, jaringan endometrium yang tumbuh di tempat yang tidak seharusnya akan dikenali oleh sistem imun sebagai benda asing yang berbahaya. Ini akan mengaktifkan mekanisme perlawanan. Celakanya, mekanisme perlawanan ini kadang terlalu aktif, sehingga menyerang sel-sel asing yang sebenarnya tidak membahayakan; termasuk sperma suami.
Pengaruh ke Janin
Kista endometriosis (endometrioma) yang berukuran kecil, biasanya tidak membahayakan janin dan tidak berisiko menimbulkan komplikasi kehamilan. Pada beberapa kasus, kista akan hancur dengan sendirinya ketika hamil.
Kista berukuran besar (diameter > 5 cm) bisa menimbulkan masalah. Kista bisa pecah, dan menyebabkan rasa pada Ibu. Memang tidak membahayakan pertumbuhan janin, tapi rasa sakit yang luar biasa bisa memicu kelahiran prematur atau keguguran. Karenanya, untuk meminimalisir komplikasi, kista yang berukuran besar sebaiknya ditindaklanjuti dengan tindakan laparoskopi, atau operasi pengangkatan kista di saat kehamilan memasuki usia empat bulan.
Operasi pengangkatan kista saat hamil tidak akan mengganggu janin. Kita kerap keliru membedakan antara rahim dan indung telur. Rahim merupakan tempat tinggal janin, sedangkan indung telur adalah “sarang” sel telur; di sinilah biasanya kista tumbuh. Berarti janin dan kista memiliki 'rumah' yang berbeda. Tindakan operasi pengangkatan kista malah akan menyelamatkan janin karena bisa menghindari terjadinya komplikasi selama kehamilan. Berbeda dengan miom, yang satu ‘rumah’ dengan janin, yaitu di rahim. “Akibatnya, jika dilakukan operasi saat hamil, ibu hamil akan mudah keguguran,” jelas Dr. dr. Laila.
Semasa kehamilan, gejala dan keluhan akibat endometriosis bisa berkurang, karena pertumbuhannya berhenti. Namunbeberapa bulan setelah melahirkan, paling sedikit 50% dari gejala itu akan muncul kembali. “Bagaimanapun, jika memiliki endometriosis dan ingin hamil, harus diwaspadai risiko hamil di luar rahim (hamil ektopik),” ujar Dr. dr. Laila.
Ia melanjutkan, perempuan yang memiliki endometriosis tidak dianjurkan menunda kehamilan karena kesuburan akan terus menurun. “Dengan sendirinya, potensi hamil ikut menurun seiring dengan waktu penundaan kehamilan,” ucapnya. Dengan bantuan medis dan penanganan yang benar, perempuan dengan endometriosis bisa hamil. Memang, prosesnya relatif kompleks, mengingat terjadinya gangguan pembuahan dan beberapa hambatan lain.
Penderita endometriosis bisa meningkatkan potensi terjadinya pembuahan dengan meningkatkan imun tubuh. Upaya untuk meningkatkan imun tubuh, seperti pola makan sehat dan melakukan latihan fisik, akan sangat membantu mengurangi efek buruk endometriosis.
Selain itu, ada beberapa metode medis yang bisa dijalani untuk mengatasi problem endometriosis dan efeknya bagi kesuburan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mencari tahu sejauh apa pengaruh endometriosis terhadap kehamilan. “Perlu diskusi dengan dokter mengenai cara yang tepat untuk bisa hamil dengan aman. Hal ini karena setiap individu memiliki kemampuan sendiri-sendiri untuk mengatasi gangguan kesehatan,” pungkas Dr. dr. Laila.
____________________________________________
Ilustrasi: Love photo created by pressfoto - www.freepik.com