pandemi tingkatkan kejadian depresi dan kecemasan pada ibu hamil

Pandemi Tingkatkan Kejadian Depresi Dan Kecemasan Pada Ibu Hamil dan Yang Baru Melahirkan

Pandemi COVID-19 menyulitkan banyak orang, tetapi bagi keluarga yang hendak punya momongan tampaknya memperburuk perjuangan yang menyertai kelahiran bayi. Pandemi diketahui tingkatkan kejadian depresi dan kecemasan pada ibu hamil dan mereka yang baru saja melahirkan.

“Satu hal yang pasti saya perhatikan, lebih banyak jumlah wanita mengalami depresi dan kecemasan,” ujar Brittney Pohler, asisten dokter obgyn di College Station, Texas, AS. “Ini benar-benar banyak pada populasi pasien kami, tidak hanya pada ibu hamil dan yang baru melahirkan, tetapi pada wanita pada umumnya.”

Dilansir dari Health, Pohler mengatakan kondisi isolasi sebagai efek dari social distancing berdampak bagi kesehatan mental. “Ibu hamil tidak bisa mengadakan baby shower, kumpul-kumpul atau perayaan yang normalnya terjadi saat kelahiran anggota baru dalam keluarga,” katanya. “Anda ingin merayakan dan menyambut hal tersebut, tetapi ada anjuran untuk menerapkan social distancing dengan serius.”

Kondisi tersebut membuat mereka juga merasa ‘terkurung’ di dalam rumah untuk satu tugas besar, yakni kehamilan / bayi mereka.

Pada ibu yang baru saja melahirkan, mereka juga merasakan efek isolasi ini. “Anda tidak bisa pergi ke luar dengan bayi, tidak boleh mendapat kunjungan dari teman atau keluarga seperti yang sudah-sudah untuk membantu kondisi Anda. Ini menjadi sangat mengisolasi dan berat untuk mereka,” imbuh Pohler.

Pohler telah merasakan efek kesehatan mental yang dapat timbul dengan menjadi ibu hamil dan pada mereka yang baru melahirkan — serta orang-orang di sekitar kondisi medis yang membutuhkan perawatan.

"Ketika saya masih sekolah menjadi asisten dokter (physician assistant), saya didiagnosis endometriosis stadium 4 dan harus menjalani perawatan infertilitas yang intens ini," katanya. "Harus melalui semua janji dan kunjungan untuk mencari opini kedua, ultrasound serta prosedur operasi. Anda mulai merasakan bagaimana Anda ingin diperlakukan, tetapi  Anda melihat orang melakukannya dengan tidak begitu baik," kata Pohler.

Itu merupakan pengalaman yang membantu Pohler menyadari aspek kesehatan mental sebagai asisten dokter obgyn. Selain merawat wanita secara fisik, ia juga merasa bertanggung jawab untuk mengadvokasi kesehatan mental meraka.

Dalam hal kesehatan mental – depresi, kecemasan atau depresi pascamelahirkan – itu seringkali merupakan proses kimiawi dan hormonal yang sangat kompleks yang diluar kendali diri sendiri. Itu sebabnya Pohler mencoba membantu wanita yang membutuhkan.

Walau Pohler mengatakan ada banyak wanita di tempat praktiknya mencari bantuan untuk depresi dan gangguan kecemasan, dia yakin isolasi dan social distancing menyebabkan peningkatan dalam masalah kesehatan mental bagi wanita.

"Kita semua adalah makhluk yang memiliki kebiasaan," katanya. “Kita menyukai stabilitas, dan dengan pandemi COVID-19, sementara kita fokus pada aspek kesehatan fisik, saya pikir kita melupakan beberapa aspek kesahatan mental."

Terkadang, masalah mental muncul dengan cara yang lebih halus sehingga banyak ibu hamil atau yang baru melahirkan tidak segera menyadarinya. "Kadang-kadang pasien tidak tahu apa yang mereka derita," katanya. "Mereka mulai dengan insomnia atau pikiran yang berlompatan, dan banyak dari masalah itu berpusat di sekitar karantina diri."

Pohler mejelaskan ada penyesuaian yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi. Dia menyarankan "meluangkan beberapa menit sehari, seminggu, untuk memikirkan diri sendiri, mendengarkan, memastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup, istirahat, dan makan makanan yang baik dan seimbang."  (jie)