Manfaat Vaksin HPV, Jangka Pendek dan Panjang | OTC Digest
vaksin_hpv_kanker_serviks

Manfaat Vaksin HPV, Jangka Pendek dan Panjang

Mendengar pemaparan akan pentingnya vaksinasi HPV untuk melindungi diri dari kanker serviks, seorang nenek berusia 75 tahun pun tertarik. Nenek tersebut seorang penyintas kanker payudara. “Jadi begitu ia tahu bahwa kanker serviks bisa dicegah, ia langsung tertarik,” cerita dr. Revita dari YKI (Yayasan Kanker Indonesia) dalam sebuah diskusi ilmiah di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kepada si nenek, dr. Revita menjelaskan bahwa vaksin tersebut diindikasikan untuk usia 9-45 tahun. Belum ada penelitian bagaimana manfaatnya untuk kelompok usia lanjut, sekalipun mungkin aman. “Dan saya jelaskan bahwa kelompok usianya sudah sangat minim risiko untuk kanker serviks. Lebih baik periksa pap smear saja secara rutin,” ujar dr. Revita. Ia mengembalikan pilihan kepada si nenek apakah tetap mau divaksin atau tidak, dan si nenek memutuskan untuk tidak jadi vaksin.

Baca juga: HPV Bukan Penyakit Menular Seksual, Vaksin Penting bagi Remaja dan Dewasa

Alangkah baiknya bila kesadaran untuk vaksinasi HPV seperti yang ditunjukkan si nenek tadi, juga dimiliki oleh mayoritas perempuan muda dan orangtua yang memiliki anak gadis. Sehingga dalam 20-40 tahun mendatang, sudah terproteksi dari ancaman kanker serviks.

Manfaat vaksin HPV dalam mencegah kanker serviks memang baru bisa terlihat dalam jangka panjang. Dengan vaksin HPV yang kini sudah berusia 11 tahun, manfaat ini belum terlalu kentara. “Manfaat vaksin HPV berevolusi seiring waktu. Ini adalah sukses jangka panjang, karena kanker serviks baru muncul puluhan tahun kemudian,” Kenneth Alexander, MD, Ph.D dari Nemours Children’s Hospital, Orlando, Amerika Serikat (AS).

Namun, manfaat jangka pendeknya bisa terlihat dalam penurunan kutil kelamin (kondiloma). Seperti diketahui, vaksin HPV kuadrivalen yang mengandung empat serotipe HPV tidak hanya melindungi dari HPV tipe onkogenik ( tipe 16, 18), tapi juga yang non onkogenik tapi sering menyebabkan kutil kelamin (tipe 6, 11).

 

Manfaat jangka pendek

Efikasi vaksin HPV dalam mencegah kutil kelamin antara lain terlihat di Australia, yang memulai program vaksinasi HPV nasional pada 2007dengan vaksin HPV kuadrivalen. “Setelah lima tahun, prevalensi kutil kelamin turun 80%,” ucap Prof. Kenneth. Pada 2007, persentasenya pada perempuan usia <21 tahun hampir mencapai 12%. Pada 2011, angka ini turun jadi <2%. Demikian pula pada kelompok usia 21-30%; dari sekitar 12% pada 2007 menjadi <4% pada 2011.

Yang menarik, prevalensi kutil kelamin pada laki-laki juga ikut turun, meski mereka tidak divaksin. “Jadi kita melindungi anak perempuan, tapi anak laki-laki pun ikut terlindungi. Tercipta herd immunity,” tegasnya. Bisa disimpulkan bahwa efikasi vaksin sangat tinggi. Ia menambahkan, “Efikasi vaksin mencegah kutil kelamin menandakan pencegahan terhadap keganasan akibat HPV.”

Drolet M, dkk (Lancet Infectious Disease, 2015) meneliti efikasi vaksin HPV terhadap penyakit terkait HPV (infeksi, kutil kelamin, CIN2+) berdasarkan data retrospektif antara 1 Januari 2007-28 Februari 2014. Dilakukan perbandingan insiden atau prevalensi infeksi HPV dan penyakit terkait HPV sebelum dan setelah implementasi program vaksinasi HPV nasional. Laporan ini mewakili >140 juta orang dengan follow up beberapa tahun. “Terjadi penurunan bermakna dalam infeksi HPV, bahkan di negara yang cakupan vaksinasinya rendah (<50%),” ucap Prof. Kenneth. Makin tinggi cakupan imunisasi, makin baik proteksinya.

Baca juga: Vaksin HPV Cegah Kutil pada Bayi

Adapun studi meta-analisis oleh Garland SM, dkk (Clinical Infectious Disease, 2016) menilai dampak dan efektivitas dari vaksin HPV kuadrivalen selama 10 tahun di 9 negara (Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Jerman, Selandia Baru, Swedia, AS), berdasarkan 58 publikasi. Hasilnya konsisten: terjadi penurunan bermakna antara lain pada prevalensi infeksi HPV tipe 6, 11, 16 dan 18 pada serviks dan vagina; kutil kelamin; CIN2; dan CIN3. Dan, penurunan ini terjadi di semua negara.

Vaksinasi yang dilakukan di usia lebih muda tampak lebih efektif. “Penurunan prevalensi yang paling besar terlihat pada usia yang lebih muda. Makin muda usia divaksin, makin besar manfaatnya,”tandas Prof. Kenneth.

Melihat data-data di atas, sepatutnyalah kita mendukung rencana untuk menjadikan vaksinasi HPV sebagai program nasional. Proyek percontohan yang dilakukan pada siswi kelas 5 SD/sederajat, sudah dilakukan di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. Semoga bisa segera dilanjutkan ke berbagai daerah lain, dan akhirnya menjadi program nasional. (nid)

________________________________

Ilustrasi: Manseok Kim / Pixabay.com