kontrasepsi kombinasi efektif menghambat kehamilan dan jerawat

Kontrasepsi ‘Cantik’ Efektif Cegah Kehamilan dan Menghilangkan Jerawat Berlebih

Sebuah fakta menarik dipaparkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Mereka mencatat ada lebih dari 400.000 kehamilan yang tidak direncanakan selama pagebluk COVID-19 ini. Bahkan sebelum pandemi berlangsung data menyatakan ada sekitar 80 juta kehamilan setahun di dunia, termasuk Indonesia; 34 juta kelahiran tidak diharapkan sehingga bisa berujung aborsi.

Survei yang dilakukan oleh DKT Indonesia (produsen kontrasepsi Andalan) tahun 2019 menyatakan hanya 43% wanita Indonesia yang menggunakan kontrasepsi modern (pil KB, KB suntik, IUD, implant), 3% menggunakan kontrasepsi tradisional, dan 54% wanita tidak menggunakan kontrasepsi.

Lebih terperinci, pada mereka yang tidak memakai alat / cara kontrasepsi terungkap bahwa sebagian besar (93,5% pada kelompok usia 30-49 tahun dan 6,5% pada kelompok 15-29 tahun) takut pada efek samping kontrasepsi.

Sementara pada mereka yang memakai kontrasepsi, Apt. Ronny Syamson, S.Farm, dari DKT Indonesia, menjelaskan keluhan yang dirasa paling mengganggu sebagian besar terkait dengan mestruasi, seperti haid menjadi tidak teratur, atau bahkan berhenti setelah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan atau KB laktasi.  

“Ada keluhan yang berhubungan dengan kecantikan seperti kenaikan berat badan, wajah kusam dan berjerawat. Atau mual dan sakit kepala, kelelahan dan nyeri tubuh lainnya,” kata Ronny, dalam webinar apotek bertajuk Family Planning, Beauty, Glow & Protection, Sabtu (28/11/2020).

Saat pertama kali kontrasepsi hormonal diproduksi tahun 1960-an, menggunakan kombinasi hormon estrogen dan progestin sintetis dosis tinggi, sehingga kerap menimbulkan efek samping mual, dll. Kontrasepsi hormonal biasa, imbuh Ronny, menyebabkan peningkatan produksi minyak di wajah, pori-pori tersumbat (menyebabkan munculnya jerawat), hingga adanya infeksi bakteri pada jerawat.

Selain itu, beberapa perempuan memiliki kadar hormon androgen berlebih (hiperandrogen) sehingga kulit berminyak, berjerawat dan tumbuh bulu di bagian yang biasanya tumbuh rambut pada pria, seperti pada wajah, dada dan punggung (disebut hirsutisme).

Sebagai informasi, androgen adalah hormon pria yang juga diproduksi oleh wanita. Beberapa organ, seperti tulang, payudara dan organ reproduksi, membutuhkan hormon androgen untuk tetap sehat.

Seiring waktu pengembang produk-produk kontrasepsi menciptakan hormon sintetis yang lebih ‘ramah’ di tubuh, mendekati hormon alami, sehingga efek samping minimal.

Saat ini ada kontrasepsi ‘cantik’ dengan kombinasi estrogen sintetis (estradiol; biasanya dalam bentuk ethinylestradiol) dan progestogen sintetis (progestin) yang dapat memberi efek anti-androgen, sehingga keluhan-keluhan tersebut hilang.

“Stimulasi berlebih reseptor androgen akan menyebabkan produksi sebum (minyak di kulit) yang berlebihan. Kemudian bisa terjadi kolonisasi mikroba di pori kulit dan muncullah jerawat. Cyproterone acetate (progestin) akan memblok reseptor androgen,” terang Ronny.

Pil kontrasepsi kombinasi – berisi ethinylestradiol dan cyproterone acetate – efektif sebagai pengobatan jerawat sedang sampai berat yang berhubungan dengan sensitivitas androgen (dengan atau tanpa pembentukan sebum berlebih) dan /atau hirsutisme pada wanita usia produktif.

Setelah pil kombinasi ini diminum, peningkatan fungsi kelenjar sebasea (kelenjar keringat di bawah kulit) akan berkurang. Dalam 3-4 bulan terapi, bekas jerawat akan sembuh. Umumnya, kelebihan lemak di rambut dan kulit lebih dulu hilang.  

Namun yang utama dari manfaat kontrasepsi ‘cantik’ ini adalah penghambatan ovulasi dan perubahan-perubahan sekresi leher rahim. Siklus haid menjadi lebih teratur, nyeri mens serta darah haid berkurang. (jie)