Kenapa Stres Membuat Anda Gemuk? | OTC Digest

Kenapa Stres Membuat Anda Gemuk?

Kita semua tahu bahwa gemuk berarti mengonsumsi lebih banyak kalori dibandingkan yang dibakar. Walau ini benar, belum menjawab pertanyaan yang lebih menarik : kenapa kita makan lebih banyak?

Sebagian besar orang, terutama wanita, mengalami “lapar mata” ketika disuguhkan lava cake cokelat. Sulit untuk tidak menyantapnya, walau beberapa saat kemudian menyesalinya karena kandungan kalorinya yang sangat tinggi.

Itu murni dorongan pemuasan diri, atau sesuatu yang lain? Walau kontrol diri itu penting, namun banyak bukti menunjukkan bahwa tingkat stres ikut berperan dalam naiknya berat badan.

Stres kronis akan mempengaruhi pola tidur dan gula darah kita. Ini memicu rasa lapar dan rasa puas setelah makan. Tapi jika stres tidak teratati, maka kondisi ini akan bergulir. Menyebabkan tidak hanya lemak tubuh yang semakin menumpuk, tapi juga diabetes melitus tipe 2.

Untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, dr. Giles Yeo, bersama tim peneliti dari University of Leeds, Inggris melakukan eksperimen (pada dirinya sendiri). Peneliti dari Leeds University meminta dr. Giles melakukan tes yang disebut the Maastricht Stress Test.

Dr. Giles diminta melakukan serangkaian pengurangan angka (menggunakan komputer), yang mana ia berulang kali melakukan kesalahan. Kondisi ini membuat dr. Giles stres.  Kemudian tim meminta dr. Giles memasukkan tangannya dan menahan tangannya beberapa saat ke dalam bak berisi air es. Baik sebelum dan sesudah tes, tim peneliti mengukur gula darah dr. Giles.

Pada orang sehat (tidak menderita diabetes), gula darah akan naik saat kita makan, dan segera kembali turun. Namun yang peneliti temukan pada dr. Giles (bukan penderita diabetes) saat ia mengalami stres, glukosa darahnya membutuhkan waktu sampai 3 jam untuk kembali normal – pada beberapa orang bahkan sampai 6 jam.

Alasan kenapa hal ini terjadi saat Anda stres adalah, tubuh kita memasuki mode fight (lawan) atau flight (lari)”. Tubuh kita berpikir kita berada dalam tekanan dan melepaskan glukosa ke dalam darah, mensuplai energi bagi otot, untuk ‘melawan’.

Namun, bila kita tak lagi membutuhkan energi tersebut, dan memilih melarikan diri dari ancaman, maka pankreas akan memompa insulin dan menurunkan gula darah ke normal. Pola glukosa yang naik –turun ini membuat kita merasa lapar, membuat kita merasa butuh (kecanduan) makanan manis saat stres. Kejadian yang sama terjadi saat kita kurang tidur.

Riset terbaru yang dilakukan di King’s College, London, Inggris, menemukan mereka yang kurang tidur, akan mengonsumsi ekstra ± 385 kalori per hari. Jumlah ini setara dengan kalori pada satu buah roti muffin ukuran besar.

Penelitian baru lain melibatkan sekelompok kecil anak-anak berusia 3-4 tahun, yang biasa tidur siang. Mereka dibuat tidak hanya tidak tidur siang, tapi juga membuat waktu tidur malamnya 2 jam lebih lambat dari biasanya.  

Pada hari berikutnya, peneliti mendapati anak-anak tersebut mengonsumsi 20% lebih banyak kalori dari biasanya, khususnya makanan manis dan karbohidrat. Kemudian mereka diperbolehkan tidur selama mereka mau. Esok harinya, mereka masih menyantap 14% kalori lebih banyak dari normal. (jie)