Menurut pandangan umum, jerawat adalah masalah sepele, yang tak perlu dikhawatirkan berlebihan. Namun tidak halnya bagi mereka yang memiliki masalah jerawat berat. Tak jarang mereka merasa minder, putus asa, frustasi, hingga kondisi psikologisnya terganggu. “Banyak yang menganggap kalau jerawat adalah kondisi yang bisa sembuh sendiri. Jerawat itu penyakit,” ungkap dokter spesialis kulit dr. Aryani Sudharmono, Sp.KK(K), FINS-DV, FAADV. Karena merupakan penyakit, maka jerawat perlu dirawat.
Jerawat bermula dari lapisan kulit dermis, tepatnya di kelenjar minyak atau sebaceous gland, yang terhubung dengan folikel rambut. Jerawat bisa muncul karena sel-sel kulit mati dan minyak terperangkap di folikel rambut. Hal ini bisa memicu peradangan, atau terjadi infeksi oleh bakteri. Akhirnya, muncullah jerawat pada permukaan kulit, yang tampak merah, bengkak, dan terasa nyeri. Pada jerawat yang tak kunjung sembuh, terjadi peradangan kronis di kelenjar minyak.
Jerawat perlu dirawat, karena bisa menimbulkan bekas pada kulit. Khususnya jerawat berat, yang tak kunjung sembuh dengan obat-obatan yang bisa dibeli bebas. “Yang paling dikhawatirkan adalah terbentuknya jaringan parut atau scar,” imbuh dr. Aryani, dalam peluncuran virtual La Roche Posay di Indonesia, Jumat (3/6/2021).
Selain jaringan parut, bisa pula terjadi bopeng, luka hipertrofi bahkan keloid, atau hiperpigmentasi (kulit menghitam) di bekas jerawat. Bekas-bekas jerawat seperti ini bersifat permanen, sangat sulit untuk mengembalikan kulit wajah seperti semula. Hiperpigmentasi yang terjadi di lapisan kulit atas (epidermis) masih bisa dihilangkan, tapi bila terjadi di lapisan dermis, akan lebih sulit menghilangkannya.
Bekas jerawat seperti tadi bisa menimbulkan gangguan psikologis. “Jadi gampang marah, mengurangi sosialisasi karena minder, frustasi karena jerawat tidak sembuh-sembuh meski sudah diobati, dan ketakutan karena bekas jerawat makin parah,” papar dr. Aryani.
Hal ini pernah dialami oleh acne positivist Cut Rizki. Ketika remaja, wajahnya berjerawat, hingga ia merasa tidak percaya diri. “Aku bahkan gak punya keberanian menatap mata lawan bicara, karena kondisi kulitku,” kenangnya. Belum lagi rasa sakit yang ditimbulkan jerawat. Cukup banyak temannya yang juga berjuang dengan masalah jerawat. “Bahkan ada yang sampai tidak mau sekolah, karena tidak PD,” lanjutnya. Butuh waktu lama bagi Cut untuk bisa menerima kondisinya, dan menjadi acne positivist yang berusaha memberi semangat kepada sesama pejuang jerawat, baik secara langsung maupun lewat media sosial.
Jangan tunda lagi, jerawat perlu dirawat
Jerawat perlu dirawat dengan tepat. Tak perlu ragu untuk periksa ke dokter kulit, bila jerawat tak kunjung sembuh meski sudah mencoba berbagai obat, krim, dan pembersih wajah yang ada di pasaran. Pada jerawat berat, dibutuhkan pengobatan dan perawatan yang sesuai dengan jenis jerawat dan kondisi kulit. Dokter kulitlah yang memiliki kompetensi untuk hal ini, berdasarkan hasil pemeriksaan.
“Diperlukan waktu, disiplin yang baik, serta cara pemakaian obat yang baik dan benar. Ditambah kontrol secara periodik dan disiplin,” tegas dr. Aryani. Bila jerawat sangat berat, mungkin perlu kontrol 1-2 minggu sekali, selama 3 bulan. Setelah itu dilanjutkan 2x sebulan. “Tidak ada tawar menawar. Kalau menawar terus, akan sulit untuk sembuh sempurna,” tandasnya. Berdasarkan pengalaman dr. Aryani, biasanya butuh 6 bulan untuk sembuh sempurna, dengan melaksanakan semua yang dianjurkan dokter dengan disiplin.
Apa definisi jerawat sembuh? “Tidak ada lagi jerawat baru yang muncul, bahkan ketika menjelang atau saat mens sekalipun,” ucapnya. Bila masih timbul jerawat baru, atau jerawat yang lama belum hilang, maka belum dinyatakan sembuh. Jerawat baru menandakan bahwa peradangan di kelenjar minyak belum sepenuhnya hilang. “Di permukaan kulit bisa saja tidak ada jerawat, tapi sebenarnya masihada peradangan di lapisan dermis,” imbuh dr. Aryani.
Perhatikan mikrobioma kulit
Kulit kita dihuni oleh komunitas mikroorganisme, termasuk di antaranya bakteri. “Kesehatan kulit sangat dipengaruhi oleh mikrobioma yang seimbang, karena bisa membantu menjaga, mengatur, dan memperbaiki kulit,” terang Audrey Gueniche PharmD Ph.D, Senior Clinical Expert, L’Oréal Research and Innovation. Mikrobioma ini bertindak sebagai pertahanan dan pelindung alami, dengan membentuk perisai tak terlihat terhadap serangan dari luar.
Untuk itu, memelihara keseimbangan mikrobioma adalah salah satu hal yang juga perlu diperhatikan dalam merawat kulit berjerawat. Di samping membersihkan wajah secara rutin, mengatasi infeksi dan peradangan, dan mengurangi produksi minyak yang berlebihan.
Produk perawatan kulit asal Perancis La Roche Posay menciptakan inovasi di bidang kulit, berdasarkan microbiome science. Beberapa produk La Roche Posay untuk kebutuhan kulit yang spesifik. Misalnya rangkaian produk Effaclar, yang ditujukan untuk perawatan kulit berjerawat. Teknologi Aqua Posae Filiformis membantu menjaga keseimbangan mikrobioma kulit.
“Di Indonesia, La Roche Posay bermitra dengan para dermatolog Indonesia untuk menjangkau, memberikan edukasi dan pilihan bagi para penderita masalah kulit,” ujar Silvia Yohana, General Manager, Active Cosmetics Division, L’Oréal Indonesia. Kita bisa berkonsultasi dengan dermatology (dokter kulit) di mitra klinik dermatologi dan kecantikan, maupun secara telemedicine, dan mendapat resep produk La Roche Posay yang dikhususkan bagi kulit berjerawat yang jadi rapuh dan kering akibat pengobatan.
Jerawat perlu dirawat. Namun bukan berarti percaya diri harus runtuh karena wajah berjerawat dan tak kunjung sembuh. Kulit mulus bukan segalanya, yang penting kita berusaha sebaik-baiknya merawat apa yang kita miliki. “Being insecure is going to waste your time. Bayangkan waktu yang kita habiskan untuk mengurung diri di kamar dalam kesedihan, padahal bisa dipakai untuk lebih produktif,” pungkas Cut. (nid)
___________________________________________