yang harus dilakukan ibu hamil bila positif covid-19

Ini Yang Harus Dilakukan Ibu Hamil Bila Ia Positif COVID-19

Ibu hamil yang positif COVID-19 sebaiknya mematuhi protokol kesehatan serta menginformasikan statusnya pada dokter kandungan. Mereka disarankan melakukan upaya penguatan daya tahan tubuh.

Dalam perbincangan di Media Center Satgas Penanganan COVID-19 Graha BNPB Jakarta, Rabu (30/9/2020), dr. Muhammad Fadli, SpOG mengatakan ibu hamil yang positif COVID-19 disarankan banyak mengkonsumsi vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuhnya.

"Ibu hamil yang positif COVID-19 itu harus banyak mengkonsumsi vitamin C, guna meningkatkan imunitas tubuhnya," ujarnya.

Selain itu, dr. Fadli menambahkan ibu hamil positif COVID-19 tanpa gejala sebaiknya melakukan isolasi mandiri dan berkonsultasi dengan dokter kandungannya.

"Kalau ada gejala berat, misalnya batuk, sebaiknya datang ke rumah sakit untuk segera mendapat tindakan," ujarnya.

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah risiko penularan ke janin di dalam kandungan. Dr. Fadli mengatakan salah satu pasiennya mendapat kabar positif COVID-19, dua hari kemudian keluar hasil swab test ternyata negatif.

"Dan USG saat itu menemukan detak jantung bayi sudah tidak ada. Apakah ini karena COVID itu masih dalam penelitian. Tapi dari beberapa penelitian virus ini bisa masuk ke jalan plasentanya," ujarnya.

Sebelumnya dua makalah - dipublikasikan 26 Maret 2020 - menemukan terdapat antibodi virus corona pada 3 bayi baru lahir dari ibu positif COVID-19. Ini bisa menunjukkan bahwa mereka terpapar virus di dalam rahim, meski virus itu sendiri tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Dalam riset yang dimuat di jurnal the Lancet peneliti tidak menemukan bukti COVID-19 dalam cairan ketuban atau darah tali pusar pada enam bayi lain yang lahir dari perempuan yang terinfeksi.

Ada beberapa laporan tentang bayi baru lahir yang hanya berumur beberapa hari namun sudah terkena infeksi. Kendati demikian, dalam kasus tersebut, ini diyakini bahwa ibu atau anggota keluarga menularkan infeksi kepada bayi melalui kontak dekat setelah melahirkan. Virus ini dapat ditularkan melalui batuk atau bersin yang dapat menyebarkan tetesan (droplet) kepada bayi yang baru lahir.

Pemeriksaan kehamilan yang berbeda

Menurut Hector Chapa, direktur dari Interprofessional Education, College of Medicine, Texas A&M University, AS, pemeriksaan kehamilan akan berbeda selama pandemi ini, dibandingkan sebelum pandemi.

Biasanya, seorang perempuan hamil memiliki sekitar 14 kunjungan periksa sebelum melahirkan. Jumlah tersebut mungkin akan berkurang setengahnya dan membuat perawatan jarak jauh atau telemedicine akan berperan penting.

Telemedicine sudah disetujui oleh American College of Obstricians and Gynecologist (ACOG) untuk pasien di daerah pedesaan. Ibu hamil dapat melakukan beberapa pengecekan di rumah, seperti untuk tekanan darah tinggi, diabetes, dan konstraksi, bahkan pengobatan jarak jauh dapat digunakan oleh konsultan kehamilan, seperti ahli endokrinologi dan konselor genetik.

Frekuensi pemeriksaan sonogram (USG) juga dapat berubah. The Society of Maternal Fetal Medicine mengatakan bahwa mengurangi pemeriksaan USG rutin aman dilakukan pada waktu seperi ini tanpa membahayakan kesehatan dan keselamatan kehamilan.

“Tentu saja, beberapa pasien dengan kondisi khusus seperti kembar atau bayi yang diduga memiliki kecacatan mungkin memerlukan tindak lanjut yang lebih tradisional,” terang Prof Chapa.

Ibu hamil diharapkan tidak terlalu khawatir jika harus datang ke rumah sakit. Rumah sakit telah melakukan protokol pencegahan penularan COVID-19, seperti pengaturan jarak tunggu antarpasien, pemeriksaan suhu tubuh, nakes menggunakan APD, dll. (jie)

Baca juga : COVID-19 Tingkatkan Kejadian Kelahiran Prematur Hingga 23%