COVID-19 Tingkatkan Kejadian Kelahiran Prematur

COVID-19 Tingkatkan Kejadian Kelahiran Prematur Hingga 23%

CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mengeluarkan laporan terbaru yang menghubungkan peningkatan kelahiran prematur hingga 23% dengan infeksi COVID-19. Ini menambahkan bukti bila COVID-19 bisa berdampak serius pada ibu hamil.

Dalam laporan mingguan tentang morbiditas dan mortalitas COVID-19 (dikumpulkan dari asosiasi rumah sakit di AS), terdapat 7.895 pasien COVID-19 wanita usia 15-49 tahun yang menjalani rawat inap sejak 1 Maret – 22 Agustus 2020.

Dari jumlah tersebut peneliti memilih seperempat responden yang dalam kondisi hamil (598 orang); 54,4% -nya tanpa gejala. Pasien hamil dengan gejala sekitar 45,5%, dan beberapa pasien (16%) dengan sakit berat sehingga harus dirawat intensif atau mendapat ventilator (8%). Pasien meninggal karena COVID-19 1%.

Menurut peneliti, salah satu penemuan penting adalah dampak COVID-19 pada kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu).

Di antara 458 wanita yang dipulangkan setelah melahirkan, 445 dengan kelahiran hidup (10 orang mengalami keguguran), dan 12,6% dengan kelahiran prematur.

Wanita hamil yang bergejala COVID-19 lebih mungkin mengalami kelahiran prematur (23,1%), dibandingkan 8% wanita yang OTG (orang tanpa bergejala). Peneliti mengatakan bahwa kejadian persalinan prematur lebih tinggi (pada pasien COVID-19 yang dirawat di RS) daripada pada populasi umum AS di tahun 2018.

Peneliti juga mencatat bila tampaknya COVID-19 tidak mempengaruhi wanita kulit hitam dan hispanik di AS : 42,5% wanita hamil yang positif COVID-19 adalah hispanik, sementara 26,5% berkulit hitam.

Sebagai informasi, ketidakadilan yang telah berlangsung lama dalam pekerjaan dan lingkungan/perumahan yang berpengaruh pada akses layanan kesehatan, membuat ras/etnis minoritas di AS lebih berisiko sakit dan meninggal terkait COVID-19.  

Laporan CDC ini tampaknya menguatkan riset sebelumnya - dipublikasikan di Archives of Academic Emergency Medicine (Maret 2020)- yang menemukan bila COVID-19 bisa berisiko stres untuk janin, menyebabkan keguguran, gangguan pernapasan dan kelahiran prematur.

Selain itu, sebuah laporan yang diterbitkan Juli 2020 di JAMA (Journal of the American Medical Association) berfokus pada apakah infeksi virus corona menempatkan wanita pada risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur. Peneliti mencatat kelahiran di dua waktu yang berbeda di satu rumah sakit di London (antara 1 Oktober 2019 – 31 Januari 2020, dan periode 1 Februari – 14 Juni 2020). Mereka menemukan bahwa kejadian lahir meninggal signifikan lebih tinggi selama pandemi.

Rekomendasi CDC untuk ibu hamil

Walau masih dibutuhkan riset yang lebih jauh, para peneliti sepakat bila wanita hamil mengalami peningkatan risiko untuk sakit berat akibat COVID-19. Oleh sebab itu, CDC merekomendasikan beberapa hal :

  1. Sebisa mungkin batasi kontak dengan orang lain bila Anda hamil.
  2. Menggunakan masker dan menghindari orang lain yang tidak memakai masker.
  3. Jaga jarak minimal 2 meter dari orang lain, bila sedang di luar rumah.
  4. Hindari aktivitas di mana menjaga jarak tidak memungkinkan.  

Selain itu CDC juga merekomendasikan tes pada bayi baru lahir yang ibunya positif COVID-19, dan mengisolasi baik ibu dan bayinya yang terinfeksi COVID-19 di rumah sakit, untuk menjaga orang-orang yang kemungkinan akan melakukan kontak dengan mereka tetap aman. (jie)