Mulai besok, umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Sebagian ibu muda mungkin khawatir, apakah ibu menyusui boleh puasa. sebenarnya, ibu hamil dan menyusui termasuk golongan yang mendapat keringanan atau diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Tapi bila ingin berpuasa, dan kondisi mental-fisik memungkinkan, silakan berpuasa.
Pastinya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pertimbangan, bila ibu menyusui ingin berpuasa di bulan Ramadan. Tak lain agar kualitas dan kuantitas ASI tetap baik selama Ibu berpuasa. Satu hal yang harus diingat: “Produksi ASI membutuhkan energi (kalori),” ujar dr. Melisa Lilisari, Sp.A, M.Kes dokter spesialis anak di Bamed. Ini berarti, Ibu harus makan cukup di luar jam puasa.
Namun Ibu tak perlu khawatir, produksi ASI tetap akan terjaga meski energi dari makan sahur sudah habis. “Tubuh Ibu akan menggunakan cadangan energi dari lemak, sehingga produksi ASI tetap akan berlangsung selama 12-14 jam berpuasa,” lanjutnya, dalam diskusi daring, Kamis (31/3/2022). Dr. Melisa membagikan beberapa tips, agar ASI tetap lancar selama Ibu berpuasa.
7 Tips Ibu Menyusui boleh Puasa
Ibu menyusui boleh puasa. Berikut ini tips dari dr. Melisa agar produksi ASI tetap lancar.
1. Wajib sahur
Seperti telah disebutkan, Ibu membutuhkan energi yang cukup untuk memproduksi ASI. “Energi didapat dari makanan yang terakhir dimakan, yakni saat sahur, ibu harus sahur,” tegas dr. Melisa.
Memang ketika energi dari makanan sudah habis, tubuh akan menggunakan cadangan lemak untuk memproduksi ASI. Namun bila Ibu tidak makan saat sahur, cadangan energi akan cepat habis, tanpa cukup tergantikan dari makanan yang masuk.
2. Penuhi kebutuhan kalori dan nutrisi
Kebutuhan kalori dan nutrisi Ibu harus tercukupi selama berpuasa. “Hanya mungkin, plot waktu yang diutamakan saat sahur dan berbuka,” ujar dr. Melisa. Artinya, semua kebutuhan kalori dan nutrisi harus dicukupi di waktu sahur serta sepanjang waktu berbuka puasa hingga tidur malam.
Apa saja nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu menyusui? “Antara lain karbohidrat kompleks yang tinggi serat, tinggi protein hewani, lemak, cukup kalsium, serta berbagai macam buah dan sayuran untuk mendapatkan asupan vitamin dan mineral yang beragam,” imbuhnya.
3. Cukupi kebutuhan cairan
Selain asupan nutrisi, kebutuhan cairan pun harus dicukupi. Kebutuhan cairan bagi ibu menyusui lebih banyak daripada orang biasa dan ibu hamil, karena produksi ASI membutuhkan cukup banyak cairan, di samping energi. Kurangnya asupan cairan bisa membuat ibu menyusui mengalami dehidrasi saat puasa.
“Kalau ASI yang perlu dihasilkan 600 sampai 900 mililiter sehari, maka Ibu membutuhkan 3 liter air minum sehari,” terang dr. Melisa. Kebutuhan cairan ini diplot saat sahur, buka puasa, dan setelah berbuka puasa. Sayur dan buah akan membantu menambah asupan cairan. Selain itu, Ibu sebaiknya juga menghindari kopi dan teh, karena meningkatkan risiko Ibu mengalami dehidrasi.
4. Waspadai gejala dehidrasi
Ibu menyusui perlu selalu memantau status hidrasi; kenali tanda-tanda awal dehidrasi. Misalnya jarang buang air kecil, urin berwarna kuning pekat, dan berbau.
Waspadai gejala dehidrasi berat. Antara lain: sakit kepala, lemas, berkunang-kunang, mual dan muntah. “Bila ini terjadi, Ibu bisa mengasumsikan dirinya dehidrasi berat sehingga butuh cairan segera,” jelas dr. Melisa. Jangan ragu lagi, segera batalkan puasa dengan minum, bila merasakan gejala dehidrasi berat.
Ibu juga perlu menghindari aktivitas fisik yang berlebihan, dan kegiatan di luar ruangan ketika cuaca panas. Ini tidak lain untuk mencegah Ibu mengalami dehidrasi.
5. Pantau berat badan
Pada dasarnya, tubuh Ibu akan menyesuaikan dengan kondisi berpuasa. Terutama bila status nutrisi Ibu baik, dan tidak ada penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, dan lain-lain. Nah, di samping itu, penting pula bagi Ibu untuk memantau berat badan. “Penurunan berat badan lebih dari 1 kg per minggu perlu diwaspadai. Sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter, apakah ada masalah,” imbuh dr. Melisa.
6. Perhatikan kondisi bayi
Kondisi bayi juga harus terus dipantau. Ibu perlu memperhatikan kenaikan berat badan (BB) bayi; harus waspada bila pertambahan BB si Kecil tidak optimal/sesuai atau bahkan turun. Juga bila bayi tampak tidak puas setelah selesai menyusu, atau terlihat seperti masih lapar.
Kenali pula tanda-tanda dehidrasi pada bayi. Antara lain jarang buang air kecil (>6 jam sekali), dan popoknya tidak basah. “Juga bila urin pekat, dan bayi tampak lemas atau tidak aktif seperti biasanya,” ujar dr. Melisa. Dehidrasi pada bayi bisa fatal, segera berikan ia ASI (bila masih ASI eksklusif) ataupun cairan lain bila sudah mendapat MPASI, jangan sampai bayi mengalami dehidrasi berat.
7. Perhitungkan usia si Kecil
Bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif, tentu membutuhkan asupan ASI yang lebih banyak dibandingkan bayi usia 6 bulan ke atas. Oleh karena itu, usia si Kecil sebaiknya juga menjadi pertimbangan bila Ibu ingin berpuasa. “Apabila bayi di bawah usia 6 bulan, Ibu ingin berpuasa, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter,” pungkas dr. Melisa.
Ibu menyusui boleh puasa, tapi perhatikan rambu-rambunya. Semua demi keamanan Ibu, bayi, dan kelancaran produksi ASI. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Mother child photo created by prostooleh - www.freepik.com