Kalau haid terasa sangat nyeri, mungkin itu gejala endometriosis. Seperti yang dirasakan Anna (29 tahun), karyawati perusahaan swasta di Jakarta, ia selalu “ketakutan” menjelang haid. Keringat dingin mengucur, “remasan” di perut bawah sakitnya sampai ke ubun-ubun. Kalau sudah begitu, “Saya tidak bisa beraktivitas.”
Kondisi ini dialami sejak pertama kali haid, saat masih di bangku SMP. Haid pertama sempat berhenti, lalu haid lagi sampai ‘banjir’ selama 2 minggu. “Di kelas, saya tidak berani berdiri. Setelah teman-teman keluar ruangan, baru saya berdiri dan berlari ke kamar kecil,” papar Anna.
Setiap kali haid ia mual, muntah dan diare. Pernah ke dokter kandungan dan disarankan untuk dikuret. Namun, ibunya tidak setuju sehingga hanya diberi obat. Bila minum obat, haidnya teratur dan tidak sampai dua minggu. Tapi, masih tetap sakit. Ini yang membuatnya was-was setiap menjelang haid.
Lama-lama setelah haid pun kadang timbul rasanyeri; di pinggul, perut bawah sampai punggung. Ketika dilakukan USG, dokter menyatakan yang dialaminya sering terjadi pada wanita yang belum menikah. Sermua hilang setelah menikah. Ternyata, “Setelah menikah dan punya satu anak, sakitnya tidak hilang.”
Penasaran, ia kembali ke dokter kandungan. Setelah diobservasi ulang, dokter menyatakan Anna mengalami endometriosis tahap 4, atau yang paling parah. Terjadi perlengketan kista di organ dalam. ”Saya harus dioperasi untuk mengambil kista,” papar Anna.
Nyeri haid yang amat sangat (dysmenorrhea/dismenore) banyak dialami wanita usia produktif - sekitar 30-70% dari total populasi - dan merupakan penyebab utama wanita pergi ke dokter untuk berobat. Dysmenorrhea ada dua: primer dan sekunder. Dismenore primer biasa terjadi pada remaja, tidak disebabkan penyakit atau kondisi khusus pada diri pasien. Nyeri haid primer hampir selalu hilang sesudah wanita melahirkan anak pertama.
Penelitian menunjukkan, nyeri haid berhubungan dengan produksi prostaglandin. Yakni bahan kimia tubuh yang menyebabkan kram ringan. Terlalu banyak prostaglandin dalam tubuh dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, sakit punggung, diare dan kram di beberapa bagian tubuh. Biasanya berlangsung 1-2 hari.
Dysmenorrhea sekunder disebabkan kondisi tubuh yang kurang baik seperti endometriosis, polip pada rahim, rahim yang menghadap ke belakang (retroversi) dan banyak lagi. Gejala biasanya sama dengan dysmenorrhea primer. Penderita merasa sangat tersiksa sehingga tak bisa melakukan kegiatan, atau mengalami kram hingga lebih 3 hari.
Nyeri haid berpangkal pada dimulainya proses haid, yang merangsang otot-otot rahim berkontraksi. Kontraksi membuat aliran darah ke otot-otot rahim berkurang, membuat meningkatnya aktivitas rahim untuk memenuhi kebutuhan aliran darah agar lancar. Otot-otot rahim yang kekurangan darah, merangsang ujung-ujung saraf sehingga terasa nyeri.
Nyeri selain di rahim, juga terasa di bagian tubuh lain yang mendapat persarafan sama dengan rahim. Rasa tidak nyaman bisa terasa di bagian-bagian tubuh yang digunakan untuk buang air besar, buang air kecil, otot-otot dasar panggul dan sekitar tulang belakang sebelah bawah; disebut juga sebagai nyeri rujukan (referred pain).
Prostaglandin (PG) alfa sangat tinggi, terdetekis dalam endometrium (lapisan terdalam rahim), miometrium (lapisan tengah dinding rahim: terdiri dari sel-sel otot polos) dan pada darah haid penderita dismenore primer. PG meningkatkan aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri.
Kombinasi peningkatan kadar PG dan peningkatan kepekaan miometrium, menimbulkan tekanan di uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG, akan mengurangi aliran darah dan menimbulkan nyeri.
Hormon tidak seimbang
Siklus haid dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron. Hormon tidak seimbang membuat haid bermasalah. Keseimbangan hormon estrogen dan progesteron berperan mengatur pembentukan selaput lendir rahim, yang akan rontok saat haid. Bila kedua hormon ini tidak seimbang, selaput lendir yang rontok menjadi berlebihan sehingga darah haid yang keluar banyak. Hal ini lebih banyak dialami remaja putri saat haid pertama.
Darah haid yang keluar berlebihan disebut menorrhagia. Bisa berlangsung hingga 7+ hari. Gangguan ini menyebabkan darah haid membentuk gumpalan, disertai nyeri di perut bagian bawah. Runyam bila darah yang meluruh masuk kembali ke rongga perut. Menurut dr. H. Andon Hestiantoro, SpOG (K) dari Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, 90% wanita mengalami masalah tersebut.
“Normalnya, sistem kekebalan tubuh dapat membersihkan,” katanya. Ada kalanya tubuh tidak mampu bekerja sempurna karena ketidakseimbangan hormon. Penyebab terbesar yang sudah diteliti, berasal dari faktor lingkungan. “Polusi udara, makanan tinggi lemak, junk food, makanan laut seperti kerang yang tinggi logam berat,” kata dr. Andon.
Kalau haid terlalu sakit
Nyeri haid kerap dianggap wajar. Prof. Dr. dr. Ali Baziad, SpOG (K) dari Departemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan FKUI/RSCM mengingatkan,“Jika haid menjadi terlalu nyeri, patut dipertanyakan.”
Darah balik haid yang mengendap selama bertahun-tahun, seperti pada kasus Anna, menjadi endometriosis stadium lanjut. Di Indonesia 5% wanita usia subur menderita endometriosis. Ini dialami mereka yang mengalami menarke (menstruasi pertama) lebih awal dan berlangsung lama.
Endometriosis, kata Prof. Ali, “Dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan sosial, dan menurunkan kualitas hidup.” (jie)
Ilustrasi: www.freepik.com-Designed by Freepik