boleh atau tidak ibu hamil divaksin covid-19

Bila Anda Hamil Ini Yang Perlu Diketahui Tentang Vaksin COVID-19, Boleh Atau Tidak Divaksin?

Para ahli menyatakan ibu hamil berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi berat bila tertular virus corona, ini memunculkan pertanyaan amankah bagi ibu hamil bila divaksin?

Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah dimulai sejak 13 Januari lalu. Setelah tenaga kesehatan dan pegawai pemerintah di layanan publik divaksinasi, akan tiba gilirannya masyarakat umum.

Saat ini vaksin yang digunakan adalah CoronaVac – vaksin buatan Sinovac Biotech, China. Selain itu pemerintah telah meneken kontrak import vaksin lain dari AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer dan kerjasama distribusi vaksin bersama dengan GAVI.

Namun masalahnya dari semua vaksin COVID-19 yang dikembangkan, uji klinis tidak dilakukan pada ibu hamil. Advisory Committee on Immunization Practice (ACIP) mengatakan mereka hanya memiliki data terbatas tentang kehamilan di tahap akhir uji coba vaksin. Bahkan pada vaksin flu, tidak pernah secara khusus melibatkan ibu hamil dalam proses uji coba.

Tetapi data juga menyatakan dari 4,2 juta warga AS yang telah mendapat dosis pertama vaksin COVID-19, banyak di antaranya adalah pekerja medis yang sedang hamil. Mereka merasa risiko untuk tertular COVID-19 melebihi potensi risiko vaksin, yang secara umum dianggap aman.

“Diantara dua pilihan vaksinasi atau tertular COVID-19, seorang wanita harus mengambil pilihan yang paling pas disesuaikan dengan lingkungan kerja dan hidupnya,” kata dr. Lauren Demosthenes, spesialis kandungan dan direktur medis di Babyscripts.

Memahami risiko

CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS) menyatakan wanita hamil lebih berpotensi membutuhkan perawatan intensif di ICU atau menggunakan ventilator saat terinfeksi virus COVID-19.

Walau uji coba tidak dilakukan pada wanita hamil, CDC menambahkan bila vaksin yang dibuat dari mRNA diperkirakan adalah yang paling aman untuk wanita hamil. Namun, risiko vaksin mRNA yang sebenarnya bagi ibu hamil dan janinnya tidak diketahui karena belum pernah diteliti.

Dr. Henry Bernstein, dari Northwell Health’ Cohen Children’s Medical Center dan anggota ACIP, menjelaskan bila vaksin mRNA lebih cepat diurai dan didegradasi di dalam tubuh. Mereka bukan vaksin hidup, tidak masuk ke inti sel dan tidak merubah bisa DNA kita.

Sebagai informasi, seluruh vaksin COVID-19 yang sudah dikembangkan tidak menggunakan virus hidup yang dilemahkan, sebagian besar memakai virus mati atau mRNA virus.

Vaksin-vaksin tersebut juga kecil kemungkinannya mencapai dan melewati plasenta, menurut dr. Christian Pettker, profesor obgyn di Yale School of Medicine.

“Berdasarkan informasi saat ini, para ahli mempercayai bila vaksin mRNA tidak berisiko untuk wanita hamil,” terang Prof. Pettker.

Beberapa orang dilaporkan mengalami efek samping ringan setelah divaksin, seperti kelelahan dan demam ringan. Efek samping ini mengindikasikan bila sistem imun bekerja, dan bukan pertanda yang serius. Ibu hamil yang mengalami demam ringan setelah divaksin biasanya akan diberikan asetaminofen (penurun panas).

“Wanita yang mencoba untuk hamil harus merasa nyaman dengan keputusan mereka untuk mendapatkan vaksin dan jika mereka harus hamil, mereka harus menerima dosis kedua pada minggu ke-3,” kata dr. Lauren Demosthenes.

Keputusan terserah Anda

CDC mengeluarkan rekomendasi bahwa vaksinasi pada ibu hamil merupakan keputusan personal.

“Wanita hamil yang merupakan bagian dari kelompok yang direkomendasikan untuk menerima vaksin COVID-19, seperti petugas kesehatan, dapat memilih untuk divaksinasi. Konsultasi antara pasien hamil dan dokter bisa membantu mereka memutuskan apakah akan divaksinasi - dengan vaksin yang telah mendapat izin penggunaan darurat (EUA),” tulis rekomendasi tersebut.  

Sementara itu ahli vaksin dan spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD, mengatakan ibu hamil dan menyusui tidak direkomendasikan untuk ikut vaksinasi COVID-19.

“Saat ini vaksin COVID-19 dengan merek apapun memang belum direkomendasikan,” terangnya dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, masyarakat terutama kaum ibu diminta untuk menunggu terkait kelanjutan perkembangan dari vaksin yang dikembangkan oleh sejumlah negara.

Serupa dengan dr Dirga, peneliti dan pendiri Health Collaborative Center (HCC), Ray Wagio Basrowi mengatakan riset klinis di Indonesia dan beberapa negara belum ada penelitian vaksin COVID-19 ke ibu hamil dan menyusui.

“Jadi, saat ini kita mengikuti saran dari pemerintah," ujar Ray, dalam konferensi pers virtual, Rabu (20/1). Saat ini, Satgas COVID-19 dan Kementerian Kesehatan tidak memasukkan kelompok ibu hamil dan menyusui ke dalam daftar prioritas penerima vaksin. (jie)

Baca juga : Vaksinasi Di Indonesia Resmi Dimulai Hari Ini, Ini Kelompok Orang Yang Tidak Boleh Divaksin