8 Indikasi Melahirkan secara Caesar, Kenali Tes Potensi Caesar
melahirkan_secara_caesar_tes_potensi_caesar

8 Indikasi Melahirkan secara Caesar, Yuk Kenali dengan Tes Potensi Caesar

Anggapan bahwa perempuan yang melahirkan secara caesar belumlah menjadi “ibu betulan”, sudah saatnya dibuang jauh-jauh. Stigma tersebut hanya akan membuat ibu yang masih berjuang keras merawat bayinya, bertambah stres dan terpuruk. Toh, normal atau Caesar hanyalah perbedaan metode persalinan saja, tidak perlu dilabeli macam-macam.

Memang betul, ada beberapa keuntungan dari persalinan normal. Misalnya saja, ibu dan bayi bisa langsung melakukan skin-to-skin contact usai persalinan. “IMD atau inisiasi menyusui dini jadi bisa lebih lama dibandingkan bila ibu melahirkan secara Caesar. Tindakan Caesar dilakukan di kamar operasi yang dingin, sehingga IMD tidak bisa terlalu lama karena bayi bisa kedinginan. Setelah itu bayi dipindahkan ke ruang neonatus, sementara ibu dijahit,” papar Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K).

Keuntungan lain, perdarahan yang dialami ibu lebih sedikit karena bayi keluar melalui lubang yang memang sudah ada (jalan lahir). Berbeda dengan Caesar, di mana perlu dilakukan sayatan pada perut ibu. “Penyembuhan luka lebih cepat pada persalinan normal,” ujar Dr. dr. Rima, dalam webinar bertajuk Hadirkan Tes Pitensi Caesar Terbaru, Nutriclub Ajak Orangtua Rencanakan Persalinan secara Matang, Rabu (27/10/2021).

Bagaimanapun juga, tidak semua ibu beruntung bisa melahirkan secara normal. Ada kondisi tertentu yang membuat ibu harus melahirkan secara Caesar.

 

8 Indikasi Melahirkan secara Caesar

Cukup banyak indikasi untuk melahirkan secara Caesar, baik dari faktor ibu, janin, maupun plasenta. Berikut ini di antaranya.

1. Pre/eklamsia

Pre/eklamsia yang tidak terkontrol dengan obat-obatan, dan pre/eklamsia dengan gejala berat adalah salahs atu indikasi utama persalinan Caesar. “Persalinan spontan atau normal menimbulkan risiko untuk ibu,” tegas Dr. dr. Rima.

2. Ibu memiliki kondisi/penyakit tertentu

Ibu dengan penyakit jantung, atau memiliki mata minus tinggi dengan retina yang tipis, disarankan untuk melahirkan secara Caesar, demi keselamatan ibu. (Baca juga: Ibu dengan Mata Minus bisa Melahirkan secara Normal)

Selain itu, juga Ibu yang memiliki infeksi akut tertentu, yang bisa ditularkan ke bayi melalui persalinan normal. “Misalnya herpes genital. Juga HIV yang tidak terkontrol dengan ARV, atau viral load ibu cukup tinggi saat hendak melahirkan. Operasi Caesar diperlukan untuk mencegah penularan ke bayi,” jelas Dr. dr. Rima.

Kondisi lain yang memerlukan operasi Caesar misalnya ibu yang memiliki panggul sempit, atau ukuran panggul ibu lebih kecil daripada bayi. Ini termasuk indikasi mutlak, karena janin akan sulit melalui jalan lahir, dan sangat berisiko bagi ibu maupun bayi.

3. Bukaan tidak bertambah

Sangat mungkin ibu sudah mengalami bukaan, tapi kemudian berhenti alias macet; bukaan tidak bertambah. “Atau sudah distimulasi dengan induksi, tapi tetap tidak ada kemajuan. Maka harus segera dilakukan tindakan Caesar,” ucap Dr. dr. Rima.

4. Riwayat persalinan Caesar sebelumnya

Ibu yang melahirkan secara Caesar sebelumnya, memang disarankan untuk Caesar lagi untuk melahirkan berikutnya. Sebabnya, “Luka pada rahim dari operasi sebelumnya bisa robek saat ibu mengejan untuk melahirkan.”

Robekan di rahim adalah kejadian yang spontan. Ini juga bisa terjadi karena perut ibu hamil diurut, meski ibu tidak memiliki riwayat melahirkan secara Caesar. “Bila terjadi robek pada Rahim, operasi Caesar tidak boleh ditunda lagi, karena robekan menyebabkan pendarahan yang banyak. Janin bisa mati karena kehabisan darah,” jelas Dr. dr. Rima.

5. Gawat janin

Indikasi lain yaitu gawat janin, misalnya deyut jantung janin tidak normal – bisa terlalu cepat, atau terlalu lambat. “Kalau kita tunggu lahir spontan, proses persalinannya butuh waktu lama, sehinga berisiko bagi keselamatan janin,” ujar Dr. dr. Rima.

6. Ukuran dan posisi janin menyulitkan

Janin yang terlalu besar, posisinya melintang/sungsang, atau yang berada di jalan lahir bukan kepala, juga indikasi mutlak untuk dilakukannya operasi Caesar. Kehamilan kembar/triplet juga bia menjadi indikasi persalinan Caesar.

7. Kelainan plasenta dan tali pusat

Kelainan plasenta misalnya plasenta previa di mana plasenta berada di bagian bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Pada aksus seperti ini, ibu harus melahirkan secara Caesar. Sangat berbahaya bila plasenta sudah keluar duluan, sebelum bayi lahir.

Kelainan tali pusat juga indikasi Caesar. “Misalnya tali pusat sudah keluar lebih dulu; kepala janin bisa menekan tali pusat. Bila terlalu lama, janin bisa kekurangan oksigen,” terang Dr. dr. Rima.

8. Permintaan ibu

Operasi Caesar juga bisa dilakukan atas permintaa ibu, meski tidak ada tindakan medis. “Misalnya persalinan pertama secara normal, dan sangat sulit sehingga ibu trauma dan tidak mau mengalaminya lagi,” ujar Dr. dr. Rima.

Bisa pula alasan lain misalnya ada kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan; dengan Caesar, tanggal kelahiran bisa ditentukan sehingga bisa disesuaikan dengan jadwal ibu. “Boleh dilakukan asalkan usia kehamilan sudah 39 minggu, serta ibu dan keluarga mengetahu apa keuntungan dan kerugian masing-masing persalinan, normal dan caesar. Kalau sudah paham, itu hak mereka untuk memutuskan,” tutur Dr. dr. Rima.

 

Tes Potensi Caesar

Untuk memudahkan orangtua melakukan deteksi dini potensi caesar, Danone SN Indonesia meluncurkan tool digital Tes Potensi Caesar 2.0. “Tes Potensi Caesar 2.0 by Nutriclub dikembangkan berdasarkan studi literatur dan validasi hasil oleh ahlinya yaitu Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K). “Dengan flow test yang lebih simpel, tes dapat dilakukan dengan praktis dan cepat karena hanya membutuhkan waktu dua menit,” jelas Digital Manager Danone Indonesia Ceasyalya Tahara.

Hasil tes memberikan informasi yang lebih akurat dan komprehensif berupa angka persentase tingkat potensi Caesar dengan skala risiko rendah/sedang/tinggi. “Bila hasil tes 20% mungkin bisa tetap control ke bidan. Tapi kalau potensinya cukup tinggi, bila sebelumnya kontrol ke bidan, mungkin bisa ke RS untuk diskusi lebih jauh,” ujar Dr. dr. Rima.

Melahirkan secara Caesar ataupun normal adalah hak masing-masing ibu untuk memilih. Bagaimanapun cara persalinannya, tujuannya sama: agar ibu dan bayi sehat dan selamat. (nid

____________________________________________

Ilustrasi: Hand photo created by serhii_bobyk - www.freepik.com