4 Gangguan Menstruasi, Jangan Diabaikan
gangguan_menstruasi

4 Gangguan Menstruasi, Jangan Diabaikan karena bisa Mengganggu Kesuburan

Setiap perempuan memiliki pola menstruasi masing-masing, dan ada 4 gangguan menstruasi yang paling kerap muncul. Menstruasi selalu datang sesuai siklus. “Siklus ini bisa menjadi perkiraan apakah menstruasi yang dialami seseorang itu menstruasi yang subur atau tidak,” ungkap Dr.dr. Kanadi Sumapraja, Sp.OG-KFER, M.Sc, dari RS Pondok Indah – Pondok Indah, Jakarta.

Siklus haid yang subur yakni antara 21 – 35 hari, rerata 28 hari. Lama menstruasi yang normal 2 – 7 hari. Selain lama haid, yang juga perlu diperhatikan yakni derasnya darah. Batas jumlah darah menstruasi yang normal yakni 80 cc dalam satu hari. Patokannya, cukup mengganti pembalut sebanyak 4 – 6 kali sehari.

“Setiap orang harus mengenali pola menstruasinya masing-masing, sehingga akan menyadari bila ada perubahan,” tegas Dr. dr. Kanadi, dalam diskusi Mengenal Gangguan Menstruasi di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Perubahan pola menstruasi menunjukkan adanya gangguan, “Dan gangguan menstruasi, tidak jarang berhubungan dengan masalah kesuburan.”

Yuk, kenali 4 gangguan menstruasi yang jamak terjadi.

 

4 gangguan menstruasi yang paling umum

Dismenorea (nyeri haid). Kondisi ini sangat banyak terjadi. Menurut Dr. dr. Karyadi, di RS Cipto Mangunkusumo bisa ditemukan 20 pasien/hari yang datang dengan keluhan dismenorea. Dismenorea adalah nyeri haid yang dirasakan saaat hari-hari pertama menstruasi. “Biasanya, nyeri makin kuat bila darah yang dikeluarkan banak. Dan bila darah haid sudah berkurang, biasanya intensitas nyeri pun makin berkurang,” ujarnya.

Nyeri haid terjadi karena otot-otot rahimm berkontraksi untuk mengeluarkan darah haid. Ada perempuan yang tidak merasakan keluhan apapun saatt ubuh berusaha mengeluarkan darah haid. “Namun pada sebagian perempuan, kontraksinya berlebihan sehingga timbul nyeri yang luar biasa,” jelas Dr. dr. Kanadi. Selama nyeri tidak mengganggu aktivitas, tidak apa-apa. Namun bila sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, harus dicari apa penyebabnya, dan diatasi.

Ada dismenorea primer, ada yang sekunder. “Dismenorea primer bila sejak awal mens sudah merasa sakit. Tapi yang paling banyak adalah dismenorea sekunder. Ini yang perlu diwaspadai,” ucapnya.

Dismenorea sekunder banyak berhubungan dengan endometriosis. Bila dibiarkan, endometriosis bisa mengganggu kesuburan karena menciptakan perlengketan organ-organ rongga perut, menimbulkan kista di indung telur, hingga menimbulkan tumor di rahim. “Karenanya, keluhan nyeri haid jangan disepelekan. Progresivitas penyakit bisa dicegah bila segera dilakukan intervensi,” tegas Dr. dr. Kanadi.

Perdarahan uterus abnormal. Disebut demikian bila haid lama sekali, atau darah haid yang keluar banyak sekali. Pola darah haid ditentukan oleh dua hal. Yaitu faktor yang bertanggung jawab terhadap produksi darah haid, dan faktor mekanisme penghentian darah. Keduanya harus seimbang, agar tercipta perdarahan haid normal.

Saat menstruasi, pembuluh darah di dinding rahim (endometrium) terbuka. Bila struktur rahim normal, dan volume darah haid normal, maka jumlah darah haid pun normal. Mekanisme penghentian darah pun bekerja, dengan menyempitkan pembekuan darah, serta menciptakan bekuan darah untuk menyumbat pembuluh darah yang terbuka. Selanjutnya, didukung oleh faktor ketiga, yang memicu lapisan endometrium baru. “Saat endometrium yang lama lepas, rahim seperti botak. Dengan naiknya estrogen, lapisan endometrium baru akan terbentuk, sehingga perdarahan berhenti,” papar Dr. dr. Kanadi.

Bila ada gangguan pada faktor-faktor tadi, terjadilah prdarahan yang abnormal. Secara umum, penyebabnya dibagi 2: kelainan struktural yang bisa ditemukan dengan pencitraan atau pemeriksaan histopatologi, dan kelainan non struktural. Kelainan struktural disingkat PALM (Polip, Adenomiosis, Leimioma, dan Malignansi/hiperplasia). Kelainan non struktural disingkat COEIN (Coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial, Iatrogenic, not yet classified).

Amenorea (tidak haid). Amenorea primer bila sejak awal tidak pernah menstruasi, dan amenorea sekunder bila dulu menstruasi normal, tapi lalu berhenti. “Disebut amenorea bila sudah berhenti tiga siklus,” terang Dr. dr. Kanadi.

Ia menegaskan, segera bawa anak ke dokter bila sampai usia 14 tahun payudaranya belum tumbuh, atau usia 16 tahun belum haid meski payudara tumbuh, “Jangan ditunggu.” Payudara adalah organ seks sekunder, yang mencerminkan kadar estrogen dalam tubuh. Pertumbuhan payudara mengikuti pertumbuhan rahim. Sehingga bila estrogen bekerja dengan baik, rahim dan payudara akan tumbuh. Maka bila sampai usia 14 tahun payudara tak kunjung tumbuh, harus diperiksa bagaimana pertumbuhan organ seksual dan kadar hormonnya.

Untuk amenorea sekunder, penyebabnya adalah sel telur tidak menetas (tidak terjadi ovulasi). “Kalau tidak ada ovulasi, hormon akan datar saja. Ini yang menimbulkan masalah. Harus dievaluasi, masalahnya di mana. Apakah di otak, atau di indung telur,” paparnya.

PMS. PMS (pre-menstrual syndrome) atau kumpulan gejala sebelum menstruasi dialami oleh 80 – 90% perempuan. PMS biasanya terjadi 2 minggu sebelum menstruasi. Keluhan antara lain: payudara bengkak, jerawat, sakit kepala, suasana hati naik turun, mudah emosi, mudah menangis. Ini bisa muncul akibat ketidakseimbangan hormon, serta fluktuasi hormon yang ireguler. Bisa pula dipicu stres, defisiensi zat tertentu (misalnya zat besi), atau makanan (kafein, garam).

Bila gejala-gejala yang berhubungan dengan suasana hati masih bisa ditolerir dan tidak sampai mengganggu orang-orang sekitar, masih tergolong normal. “Tapi kalau sudah memberat hingga orang sekitarnya menghindar, tidak lagi disebut PMS. Ini masuk kategori PMDD Pengobatannya ke psikiater, bukan lagi ke dokter kandungan,” ujar Dr. dr. Kanadi. Perempuan yang mengalami PMDD (pre-menstrual dysphoric disorder) jadi cepat marah (iritabilitas), bisa pula mengalami ansietas (kecemasan), bahkan depresi. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Flower photo created by freepik - www.freepik.com