Buku KIA untuk Memantau Tumbuh Kembang Anak di Masa Pandemi

Yuk, Optimalkan Penggunaan Buku KIA untuk Memantau Tumbuh Kembang Anak di Masa Pandemi

Kelahiran prematur, gizi kurang, kurus, dan pendek adalah risiko bagi anak, yang membuat mereka lebih rentan terkena infeksi. Termasuk infeksi oleh SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. “Anak-anak perlu kita selamatkan dan dijaga kesehatannya. Salah satunya dengan Buku KIA,” ungkap dr. Ni Made Diah, P.L.D., MKM – Koordinator Poksi Kesehatan Balita dan Anak Usia Prasekolah. Peran Buku KIA untuk memantau tumbuh kembang anak pun jadi kian penting di masa pandemi ini.

Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) memiliki sejarah panjang, bahkan lebih dari 25 tahun. Apa bedanya Buku KIA dengan KMS (Kartu Menuju Sehat)? “Dulu, pencatatan ibu dan anak terpisah-pisah; pencatatan tumbuh kembang anak disebut KMS. Sejak 1994 mulai dibuat secara komprehensif dalam satu catatan, dan disebut Buku KIA,” papar dr. Diah, dalam diskusi virtual Pentingnya Buku KIA untuk Orangtua Pantau Kesehatan dan Tumbuh Kembang Anak di Masa Pandemi, Kamis (29/7/2021).

Peranan Buku KIA untuk Memantau Tumbuh Kembang

Jangan sepelekan Buku KIA untuk memantau tumbuh kembang anak. Di Buku KIA, tumbuh kembang si Kecil dipantau sejak lahir hingga usia 6 tahun, berdasarkan home based record. Untuk memudahkan penggunaannya, halaman Buku KIA dibuat dalam 2 warna, hijau dan kuning. “Lembar hijau untuk petugas kesehatan, dan lembar kuning untuk informasi orangtua,” jelas dr. Diah. Buku KIA tak ubahnya berperan sebagai sarana Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIA) untuk orangtua.

Di lembar hijau, antara lain Kurva Pertumbuhan untuk memantau panjang/tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala anak. Juga ada pencatatan vaksinasi anak, pemberian obat cacing vitamin A, kesehatan gigi, hingga catatan pemberian makan anak. “Ini akan dicek oleh kader atau petugas kesehatan, apakah anak sudah mendapatkan semua itu dengan lengkap,” papar dr. Diah, dalam diskusi yang merupakan kolaborasi antara Kementrian Kesehatan dan PT Tirta Investama, perusahaan yang tergabung dalam grup Danone di Indonesia, dalam rangka merayakan Hari Anak Nasional 2021.

Tahapan perkembangan dan kemampuan anak juga dimonitor dalam Buku KIA. Milestone ini dibuat per 3 bulan. Dalam tabel, tertulis apa saja kemampuan yang harusnya dimiliki anak dalam tahapan usia tertentu.

Orangtua perlu memantau bagaimana perkembangan si Buah Hati berdasarkan pedoman tersebut. “Ketika anak sudah melewati tahapan usia tertentu, kita isi checklist-nya. Misalnya anak berusia 7 bulan, kita isi checklist usia 3-6 bulan,” terang Ketua IDAI Jawa Tengah Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K). Bila ada kemampuan yang belum bisa dilakukan anak, maka harus dilakukan stimulasi.

Buku KIA perlu dibawa setiap kali ke Posyandu, Puskesmas, maupun dokter anak. Di Posyandu, kader kesehatan juga akan memantau perkembangan anak berdasarkan pedoman di Buku KIA, dan membuat centang apa saja yang sudah bisa dilakukan anak sesuai usianya. Dengan pemantauan, gangguan tubuh kembang anak bisa dideteksi dini, dan segera dilakukan intervensi. Terutama di usia 0-2 tahun, yang sangat krusial dan merupakan golden period tumbuh kembang anak.

Pedoman untuk pemantauan tumbuh kembang anak sudah tersedia lengkap di Buku KIA. Untuk bisa memahaminya, tentu orangtua perlu membaca Buku KIA dengan seksama. “Jika ada masalah dalam tumbuh kembang anak, jangan dibiarkan saja dan berharap masalah itu akan selesai dengan sendirinya. Kalau masalah tidak segera diperbaiki, anak akan mengalami keterlambatan, dan sel-sel otaknya tidak berkembang optimal,” papar Dr. dr. Fitri.

 

Lembar Kuning Buku KIA

Jangan lupakan pula lembar kuning, yang berisikan segala informasi mengenai tumbuh kembang anak. Ini mencakup kebutuhan nutrisi dan stimulasi. Ibu misalnya, bisa membaca nutrisi penting yang dibutuhkan anak dalam MPASI (makanan pendamping ASI), beserta contoh menu MPASI.

“Kebutuhan nutrisi anak berbeda di tiap fase kehidupannya,” tegas Dr. dr. Fitri. Setelah lewat masa ASI eksklusif 6 bulan, ASI tidak lagi cukup untuk menyokong kebutuhan nutrisi anak, sehingga ia harus mendapat MPASI. “Bila tidak difasilitasi, pertumbuhan anak tidak akan normal,” imbuhnya.

Proporsi makanan anak berbeda dengan dewasa. Terutama pada 2 tahun pertama. Menurut WHO, anak <2 tahun membutuhkan 35-45% asupan lemak dari total energi hariannya, “Di usia ini, tidak perlu membatasi lemak pada anak.”

Selain lemak, anak juga sangat membutuhkan protein. Yang diutamakan adalah protein hewani, karena mengandung asam amino esensial lengkap, untuk menunjang tumbuh kembang anak, serta mencegah stunting.

Sebaliknya kebutuhan akan sayur dan buah sebagai sumber serat, tidak banyak pada anak <2 tahun, hanya 16 gr. Bandingkan dengan kebutuhan serat orang dewasa yang mencapai 28-34 gr. “Bayangkan kalau kita banyak memberikan buah dan sayur pada anak di bawah 2 tahun. Lambungnya sangat kecil. Serat akan membuat anak kenyang lebih lama, sehingga tidak mau makan,” tutur Dr. dr. Fitri.

Di samping nutrisi, stimulasi pun sangat penting. Di awal kehidupan anak, rangsangan sensori sangatlah krusial, karena merupakan dasar perkembangan kognitif. “Latih pendengaran anak, penglihatan, taktil, dan lain-lain,” tandas Dr. dr. Fitri. Ini dimulai melalui IMD (Inisiasi Menyusui Dini), dilanjutkan dengan proses menyusui, pijat, dekapan, dan seterusnya.

Stimulasi harus terus menerus dilakukan, dan menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari. Stimulasi akan meningkatkan kemampuan perkembangan dasar anak. Apa yang harus dilakukan seandainya orangtua menemukan keterlambatan dalam perkembangan anak? “Lakukanlah stimulasi secara bertahap. Misalnya anak berusia 12 bulan tapi kemampuannya setara dengan usia 3 bulan, maka harus dilatih dulu kemampuan 6 bulan, lalu 9 bulan. Tidak bisa loncat dan langsung melatih kemampuan 12 bulan,” jelas Dr. dr. Ftiri.

 

Buku KIA Makin Modern

Buku KIA diperbarui tiap 5 tahun. Buku KIA terbaru (2020) dikemas dalam 2 cover, bolak-balik. 1 sampul halaman untuk bagian ibu, dan sampul halaman lainnya untuk bagian anak. Seperti telah disebutkan sebelumnya, Buku KIA berisi catatan untuk ibu dan anak. Nah, setengah bagian Buku KIA dengan sampul halaman utnuk ibu, berisi panduan dan pemantauan kehamilan untuk Ibu. Adapun sampul halaman anak berisikan panduan dan pemantauan anak hingga usia 6 tahun. “Nanti ketemu di tengah. Ini akan memudahkan untuk mencari halaman,” ucap dr. Diah.

Buku KIA sudah didistribusikan ke Posyandu, Puskesmas, dan RS yang sudah bekerjasama untuk distribusi Buku KIA. Di masa pandemi ini, perlu mengoptimalkan penggunaan Buku KIA untuk memantau tumbuh kembang anak, karena akses ke pelayanan kesehatan jadi lebih terbatas. Orangtua harus lebih jeli memantau sendiri tumbuh kembang anak di rumah. “Setiap informasi tentang kesehatan, serta catatan khusus mengenai kelainan pada ibu dan anak, harus dicatat di dalam Buku KIA. Apabila mengalami kesulitan, orangtua bisa berkonsultasi kepada tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan didahului telekonsultasi sebelum janji temu,” tutur dr. Diah.

Cukup disayangkan, pemanfaatan Buku KIA di masyarakat hingga saat ini masih belum sesuai harapan. Sementara itu, pandemi membuat akses terhadap layanan kesehatan kurang memadai. “Untuk itulah, kami melakukan kerja sama dengan berbagai pihak agar edukasi pemanfaatan Buku KIA sesuai sasaran, sehingga orangtua dapat memantau perkembangan anak balita  dengan baik,” ujar Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Drg. Kartini Rustandi, M. Kes. Ia mengapresiasi pihak swasta seperti PT Tirta Investama yang mau berkontribusi dan bersama-sama meningkatkan edukasi pemanfaatan Buku KIA di masyarakat.

Hal ini diamini oleh VP General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto. “Buku KIA makin penting lagi untuk dipelajari dan dipakai secara konsisten oleh orangtua, terutama di saat pandemi,” ungkapnya. Ia melanjutkan, PT Tirta Investama mendukung penuh upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam segala situasi. “Kami berupaya untuk meningkatkan kesehatan anak Indonesia terutama di masa pandemi melalui berbagai program kegiatan dan kolaborasi. Baik melalui kerja sama ini dan program-program keberlanjutan lain seperti Isi Piringku, Ayo Minum Air dan fasilitasi program vaksinasi COVID-19 pemerintah bagi masyarakat umum dan anak,” tambahnya.

Tak hanya tampilannya yang makin memudahkan pencarian halaman dengan dua cover,  Buku KIA kini juga sudah tersedia dalam aplikasi di android. Aplikasi ini bisa diunduh di Goole PlayStore, dengan nama Buku KIA (Kesehatan Ibu Anak). Lebih praktis, mudah, dan tidak akan terselip atau hilang. Saat hendak berkonsultasi dengan petugas kesehatan atau doker pun jadi lebih mudah; cukup membawa HP, dan tidak ada risiko KIA tertinggal di rumah.

Yuk, pantau selalu tumbuh kembang si Kecil. Anak terlindungi, Indonesia maju. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Family photo created by pressfoto - www.freepik.com