gejala MIS-C pada anak dengan riwayat covid-19

Waspadai MIS-C Pada Anak Dengan Riwayat COVID-19, Ini Gejalanya

Sebagian besar anak-anak yang terinfeksi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan. Tetapi orangtua tidak boleh lantas melonggarkan kewaspadaan. Walau jarang, anak-anak dengan riwayat COVID-19 mungkin mengalami MIS-C atau peradangan multi organ.

MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children) merupakan peradangan di beberapa organ tubuh, seperti jantung, kulit, paru-paru, otak, saluran cerna, ginjal bahkan mata.  

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti MIS-C. Ditemukan pertama kali pada awal 2020.

“Tetapi yang kami ketahui adalah banyak anak dengan MIS-C juga terinfeksi COVID-19, atau berinteraksi dengan orang dengan COVID-19,” tulis CDC dalam laman resminya. MIS-C bisa sangat berbahaya, bahkan mematikan, jika tidak segera dilakukan perawatan.  

“Kami belum tahu kenapa beberapa anak mengalami MIS-C sementara lainnya tidak. Kami juga belum tahu apakah anak-anak dengan penyakit tertentu menjadi lebih rentan menderita MIS-C,” kata CDC.

Prof. Dr. dr. Aman B. Pulungan, SpA(K), matan Ketua Umum PP IDAI menjelaskan MIS-C diduga merupakan respons imun berlebihan terhadap infeksi COVID-19.

“Reaksi imun yang timbul menyebabkan produksi sitokin (salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh) dalam jumlah besar di dalam tubuh, sehingga inflamasi (peradangan) dapat terjadi dalam berbagai anggota tubuh, seperti jantung, paru-paru, otak, sistem pencernaan, ginjal dan lainnya,” terang Prof. Aman lewat akun Instagram pribadinya.

CDC menjelaskan seorang anak dapat dikatakan mengalami MIS-C bila mengalami demam selama lebih dari 3 hari. Juga disertai minimal dua gejala penyerta lainnya, seperti:

  1. Ruam atau kemerahan di kulit
  2. Mata merah
  3. Demam
  4. Nyeri perut dan / atau nyeri leher
  5. Diare
  6. Merasa sangat lelah
  7. Keliyengan (tanda tekanan darah menurun)

MIS-C perlu segera mendapatkan perawatan gawat darurat bila anak-anak mengalami sulit benapas, nyeri / perasaan tertekan di dada yang tidak hilang, kebingungan, tidak bisa bangun atau tidak bisa terjaga, pucat atau kulit/bibir/kuku kebiruan.

Riset Jessica H Rubens, dkk (2021) menunjukkan anak-anak paling sering mengalami MIS-C sekitar 2-6 minggu pasca infeksi COVID-19. Mayoritas menyerang anak usia sekolah (usia 8 tahun), namun juga tercatat ditemukan pada semua usia anak bahkan dewasa muda (<20 tahun).

Penelitian yang diterbitkan di British Medical Journal (the BMJ) ini juga mendapati bila 66-73% anak yang mengalami MIS-C sebelumnya dalam keadaan sehat.  

MIS-C temasuk kasus yang jarang terjadi, namun dapat terjadi pada setiap anak. Bila terjadi, berisiko tinggi mengalami kondisi berat, seperti masuk ICU (64-80% kasus), menggunakan alat bantu napas (13-30%), membutuhkan obat peningkat tekanan darah (42-48%), hingga meninggal dunia (2-4%).

Bagaimana pencegahannya?

Sayangnya penyakit ini juga belum bisa dicegah. “Walau jumlah kasus MIS-C dapat dikatakan rendah, apabila anak Anda terinfeksi COVID-19, anak Anda dapat mengalami MIS-C,” imbuh Prof. Aman.

Pencegahan terbaik adalah dengan jangan sampai terinfeksi COVID-19. Terapkan protokol kesehatan, dan segera lakukan vaksinasi COVID-19 untuk anak-anak. (jie)