Pertolongan Pertama Diare pada Anak | OTC Digest

Pertolongan Pertama Diare pada Anak

Diare sering dianggap sepele. Yang sering tidak disadari bahwa diare bisa menyebabkan dehidrasi berat, terutama pada bayi yang belum bisa mengatakan keluhan yang dirasakan. Orangtua atau pengasuh mungkin tidak menyadari bahwa bayi kurang cairan dan elektrolit; inilah penyebab kematian penderita diare.

“Dehidrasi dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan kematian,” jelas Prof. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD, KGEH, MMB.

Dibandingkan di negara maju, diare lebih jamak terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara berkembang, diare merupakan penyebab kematian anak nomor dua. Sekitar 3,5 juta kematian per tahun terjadi akibat diare, 80%-nya anak balita.

Diare terjadi akibat terganggunya proses pencernaan. Di saluran cerna, makanan dan cairan bergerak dari lambung ke usus kecil, untuk penyerapan nutrisi dan cairan. Lalu ke usus besar, di mana sisa makanan disimpan dan cairan yang berlebihan diserap, kemudian dibuang dalam bentuk feses (tinja).

Dalam kondisi normal, dari 8-9 liter cairan yang melalui saluran cerna, hanya 100-200 ml yang dikeluarkan melalui feses. Bila ada gangguan, di mana makanan terlalu cepat bergerak dan tiba di usus besar; terjadilah diare.

Ada tiga hal yang bisa mengganggu proses pencernaan: mikroba (virus, bakteri, parasit), zat asing (zat yang mengiritasi atau sulit dicerna misalnya laktosa), dan obat yang bisa membunuh flora normal usus (misalnya antibiotik).

Di Indonesia, diare akibat infeksi mikroba banyak terjadi. Penyebabnya tak lain kebersihan lingkungan yang kurang terjaga, yang memudahkan  kuman berpindah ke makanan dan akhirnya tertelan.

Pengobatan diare harus disesuaikan dengan penyebabnya. Perlu waktu untuk menemukan penyebab diare. Saat feses diperiksa di lab, penderita perlu diberi pertolongan pertama. Penanganan utama diare karena infeksi mikroba adalah mencegah dehidrasi, dengan memenuhi asupan cairan (oralit).

Penting juga untuk memberikan obat antidiare yang tepat. Umumnya, obat antidiare yang dijual bebas bekerja dengan memperlambat laju cairan di usus, atau mengatur penyerapan di usus agar cairan yang dikeluarkan seimbang dan feses tidak lagi berair.

Efektif menghentikan diare, namun bila diare ternyata disebabkan oleh mikroba, berarti mikroba tetap berada di usus. Maka, obat seperti ini tidak disarankan untuk diare akibat infeksi dan diare yang disertai darah.

Obat diare jenis attapulgite koloidal dapat menyerap dan mengikat air, racun, gas beracun, serta bakteri dan virus penyebab diare. Zat ini juga melapisi selaput lendir pada bagian usus yang radang, dan mengurangi pergerakan usus sehingga kepadatan feses membaik dan kram perut berkurang.

Selama diare, hindari makanan yang bisa mengiritasi usus seperti makanan pedas, susu dan makanan berlemak. Perbanyak minum untuk mencegah dehidrasi. Bila diare tidak sembuh dalam 2 hari dan/atau disertai darah, segera ke dokter. (nid)