nutrisi untuk anak dengan alergi susu sapi di masa pandemi

Nutrisi Tepat Untuk Anak Dengan Alergi Susu Sapi Saat Pandemi

Anak yang mengalami alergi susu sapi (ASS) membutuhkan nutrisi yang tepat untuk mempertahankan  dan meningkatkan daya tahan tubuh selama masa pandemi COVID-19. 

Anak termasuk kelompok rentan terinfeksi COVID-19, data terakhir Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan kasus anak terkonfirmasi positif COVID-19di Indonesia sangat tinggi di bandingkan negara ASEAN lainnya. 

Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), MKes, Ketua UKK Alergi Imunologi IDAI, menjelaskan anak termasuk kelompok rentan teinfeksi virus corona. “Apalagi anak-anak dengan alergi susu sapi karena memiliki imunitas yang lebih sensitif dibandingkan anak lainnya.”

Alergi merupakan reaksi menyimpang (berlebihan) terhadap berbagai rangsang/zat dari luar tubuh, misalnya terhadap makanan, debu, tungau atau obat-obatan, yang sebenarnya tidak berbahaya pada sebagian besar orang.   

“Salah satu penyakit alergi paling sering terjadi di masa awal kehidupan adalah alergi susu sapi. Kabar baiknya, alergi susu sapi akan berkurang seiring bertambahnya usia,” tutur Prof. Budi dalam seminar Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju, Senin (29/6/2020).

Pada alergi susu sapi, terdapat antibodi E (Immunoglobulin E/IgE) spesifik yang khusus ‘anti’ pada protein susu sapi, dalam hal ini adalah protein kasein dan whey. Penelitian menunjukkan IgE spesifik pada kasein didapatkan 100% pada kelompok penderita alergi susu sapi. Sementara IgE dari β-lactoglobulin (salah satu pecahan protein whey) sekitar 13%.

Prof. Budi menambahkan, dengan tatalaksana yang tepat di tahun pertama sekitar 45-55% anak mengalami remisi, di tahun kedua sekitar 60-75%, tahun ketiga 90% dan tahun kelima 97% mengalami pengurangan gejala alergi susu sapi.

Kenali, konsultasi dan kendalikan

Agar anak bisa terbebas dari ASS dibutuhkan manajemen terapi yang tepat, yakni 3K (kenali gejala, konsultasi, kendalikan).

Gejala ASS terbanyak (35%) terjadi di kulit, yang dikenal dengan eksim/ruam kemerahan. Tanda-tanda lain ditunjukkan dengan diare atau sakit perut sehingga membuat anak rewel, batuk dan pilek.

Batuk terutama malam dan pagi hari. Anak menjadi sulit tidur karena gelisah, sehingga secara tidak langsung mengganggu tumbuh kembangnya.

“Jika ada gejala segera konsultasikan ke dokter, jangan mendiagnosa atau mengobati sendiri,” tegas Prof. Budi. “Itu akan menyebabkan diagnosa terlambat, penanganan tidak optimal dan tidak sesegera mungkin.”

Setelah dipastikan gejala yang dialami anak disebabkan oleh ASS, untuk mengendalikan kekambuhan gejala, dokter biasanya menganjurkan untuk menghindari protein yang berasal dari susu sapi dan produk-produk turunannya, seperti keju atau es krim.

“Yang terbaik ibu tetap memberikan ASI, dan selama menyusui ibu berpantang protein susu sapi atau produk turunannya. Bila terpaksa tidak bisa memberi ASI, diganti dengan susu formula terhidrolisat ekstensif, formula asam amino atau formula soya (kedelai),” tambah prof. Budi.

Nutrisi tepat selama pandemi

Kelemahan susu formula hidrolisat ekstensif dan formula asam amino adalah rasanya yang tidak enak, harganya relatif mahal dan sulit didapatkan. Ini membuat susu formula kedelai menjadi pilihan yang paling masuk akal.

Sejak tahun 2010, formula isolat protein soya sudah direkomendasikan IDAI sebagai formula alternatif pada anak dengan ASS dengan gejala ringan-sedang. Susu isolat kedelai berbeda dengan susu kedelai biasa.

“Susu kedelai biasa berisi sari kedelai. Ini yang ditakutkan karena nutrisinya tidak selengkap susu sapi, atau bisa menyebabkan anak pria menjadi kewanita-wanitaan,” kata Prof. Budi. Kedelai diketahui tinggi estrogen, hormon seks wanita.  

Susu formula soya adalah isolat protein kedelai yang dalam pemrosesannya mengandung protein yang setara dengan susu sapi, dan imbuh Prof. Budi, tidak terbukti mengganggu fungsi reproduksi anak laki-laki.  

Dalam kesempatan yang sama Mediana Herwijayanti, selaku Digital Marketing Manager SGM Eksplor Advance+ Soya, menjelaskan selama masa pandemi COVID-19 ini orangtua dituntut kreatif memberikan nutrisi yang lengkap untuk anak dengan ASS.

Susu soya termasuk bahan baku yang gampang untuk dikreasikan, seperti menjadi puding buah berbahan susu soya, fruit dalgona soya, milkshake soya, bubur labu soya, dll.

“Untuk mendukung orangtua agar memperoleh edukasi nutrisi serta cara mengatasi dan mengendalikan faktor penyebab ASS kami memberikan konten-konten edukasi digital melalui Instagram @soya_generasimaju, Facebook page Soya untuk Generasi Maju atau di laman generasimaju.co.id/AlergiAnak,” kata Mediana.

Jika anak sudah mulai harus mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI), pastikan si kecil mendapat beragam makanan dengan konsistensi / tekstur disesuaikan dengan umurnya.

Misalnya, tekstur MPASI untuk bayi 6 bulan pertama adalah makanan lumat/halus (bubur saring, puree atau makanan yang telah ditumbuk atau dihaluskan). Tekstur MPASI yang baik adalah tidak terlalu cair atau encer.

Selain itu untuk menjaga daya tahan tubuh anak, selama pandemi COVID-19 ini disarankan untuk lebih banyak aktivitas fisik di luar rumah. “Untuk mendapatkan sinar matahari, karena ia adalah sumber vitamin D yang bisa meningkatkan daya tahan tubuhnya,” tutup Prof. Budi. (jie)