Anak baru diwajibkan berpuasa setelah akil baligh. Namun tentu, tidak ada salahnya mengajarkan anak puasa sejak dini. Di Indonesia, biasanya anak mulai belajar puasa di usia 5-7 tahun. Tak ada patokan, pada usia berapa anak boleh belajar puasa. Yang pasti, harus atas keinginan anak sendiri, tidak boleh dipaksa. “Kalau anak ingin, boleh, tapi dengan kesadaran dan keinginan si anak sendiri,” ujar dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A dari RS Hermina Jatinegara.
Satu hal yang ditekankan oleh dr. Kanya, perhatikan dulu bagaimana kondisi anak, sebelum melatihnya untuk berpuasa. “Saat anak ini berpuasa, status gizinya harus baik dulu. gizinya baik, nafsu makannya baik, baru diizinkan untuk mencoba ikut berpuasa,” ucap dr. Kanya, dalam peluncuran Redoxon Kids secara virtual, Senin (4/4/2022).
Ia melanjutkan, sebaiknya tunda dulu rencana belajar puasa bila anak mengalami gangguan nutrisi, dan sedang mengejar pertambahan berat badan. “Optimalisasi dulu pertumbuhan dan perkembangan anak. Kalau sudah oke, lalu anak ingin mencoba berpuasa, diizinkan dengan tetap memantau kemampuan anak,” tegasnya.
6 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Mengajarkan Anak Puasa
Selama berpuasa, tentu ada pergeseran jam makan. Yang tadinya anak bisa makan sepanjang hari, kini waktunya terbatas hanya dari Magrib hingga sebelum Subuh. Agar anak tetap sehat, cukup nutrisi, dan aktif, perhatikanlah 6 hal berikut ini saat mengajarkan anak puasa.
1. Mulai berpuasa secara bertahap
Si Kecil bisa diajarkan mulai dengan puasa setengah hari, atau pukul 10 misalnya, sesuai kemampuannya. Hindari memaksakan si Kecil berpuasa hingga Maghrib seperti orang dewasa.
Terangkan anak untuk berterus terang bila ia tidak kuat. Bagaimanapun, esensi puasa tidak semata menahan lapar dan haus seharian, melainkan juga melatih diri untuk jujur, serta berempati kepada orang lain yang kurang beruntung. “Jadi kalau saat berpuasa, anak merasa lapar, tidak kuat, bilang padanya tidak apa-apa, boleh kok buka puasa. Jangan dipaksa full day. Kita harus tetap perhatikan bagaimana kondisi anak,” tutur dr. Kanya.
2. Cukupi kebutuhan nutrisinya
Hal ini bisa menjadi tantangan, karena bagaimanapun juga, waktu makan anak berkurang dibandingkan hari-hari biasa. “Di hari biasa, anak bisa makan sampai 6 kali sehari termasuk snack. Saat puasa, mungkin hanya 4 kali sepanjang waktu berbuka dan sahur,” terang dr. Kanya. Kita harus pintar menyiasati, agar asupan nutrisi si Kecil tetap tercukupi, meski waktu makan dan frekuensi makannya berkurang.
Pastinya, makronutrisi (karbohidrat, protein, lemak) harus tercukupi. “Ada baiknya memilih karbohidrat kompleks untuk sahur, agar anak tidak cepat lapar,” terang dr. Kanya. Misalnya nasi merah, atau nasi yang ditambahkan biji-bijian sebagai sumber serat. Protein juga harus tercukupi.
3. Jangan lupakan mikronutrisi
Tak hanya makronutrisi yang penting untuk tumbuh kembang anak. Mikronutrisi pun tak kalah pentingnya. “Jangan hanya fokus pada makronutrisi. Jangan lupa, anak juga membutuhkan mikronutrisi berupa vitamin dan mineral,” paparnya.
Ia menjelaskan, mikronutrisi, misalnya vitamin C, sangat penting untuk menjaga daya tahan tubuh selama berpuasa. “Tanpa asupan mikronutrisi yang cukup, daya tahan anak bisa terpengaruh sehinggga berisiko batal puasa, bahkan bisa jatuh sakit,” imbuh dr. Kanya. Berikanlah si Kecil buah, jus buah buatan sendiri, dan sayur, sebagai sumber mikronutrisi.
4. Makan sahur menjelang imsak
Saat sahur, dr. Kanya menyarankan untuk memberi si Kecil makan tidak terlalu jauh dari waktu imsak. “Pengosongan lambung berlangsung 4 jam. Dengan demikian, anak masih kenyang hingga 4 jam setelah sahur,” jelasnya.
5. Pastikan asupan cairan tercukupi
Seperti orang dewasa, anak pun membutuhkan sekitar 8 gelas air dalam sehari. “Pastikan kebutuhan cairan 24 jam tetap tercukupi. Untuk itu, perlu diatur cara pemberiannya,” ujar dr. Kanya.
Contohkan dan ajak si Kecil untuk minum segelas air saat berbuka. Dilanjutkan dengan minum segelas air tiap setengah jam atau satu jam, hingga sebelum tidur. Besoknya saat sahur, biasakanlah untuk minum segelas saat bangun tidur, dan minum lagi setelah makan, sebelum imsak. Ibu juga bisa memberi si Kecil jus buah buatan sendiri, susu, atau makanan berkuah/yang banyak mengandung air misalnya buah dan sayur, untuk menambah asupan cairanya.
6. Biarkan ia tetap bermain
Puasa bukan berarti membiarkan anak “mager” dan tidur seharian. Biarkanlah anak tetap bermain. “Dunia anak adalah dunia bermain. Dan, bermain tidak semata untuk membuat dia happy, tapi sebenarnya dia sedang menstimulasi dirinya untuk dapat berkembang dengan baik, untuk mengeksplorasi sekitarnya, papar dr. Kanya. Bermain juga akan membuat tubuhnya tetap bugar dan aktif, sehingga terhindar dari risiko kegemukan.
Tentu, ingatkan si Kecil untuk tetap menjalankan protokol kesehatan. Memakai masker saat bermain ke luar, dan bermain di tempat yang tidak terlalu ramai. Saat pulang, ingatkan ia untuk segera mencuci tangan dan wajah, serta mengganti baju.
Mengajarkan anak berpuasa itu baik. Terpenting, prioritaskan kesehatan, serta tumbuh kembang anak. (nid)