KMS, ‘Paspor’ Tumbuh Kembang Anak | OTC Digest
tumbuh_kembang_anak_KMS

KMS, ‘Paspor’ Tumbuh Kembang Anak

“Saat konsultasi rutin ke dokter anak, jangan lupa bawa KMS. Itu paspornya bayi,” ungkap dr. Margaretha Komalasari, Sp.A dari Brawijaya Woman and Children Hospital, Jakarta. Dalam KMS (Kartu Menuju Sehat), terdapat grafik pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) sesuai usia. Juga disertai dengan acuan waktu imunisasi, serta perkembangan anak.

TB (atau panjang badan) dan BB bayi perlu diukur setiap bulan, lalu hasilnya dimasukkan ke grafik pertumbuhan. Dengan cara ini, pertumbuhan anak akan terekam dengan jelas. “Meski ganti dokter, siapapun dokternya tetap bisa memantau secara berkesinambungan,” terang dr. Margaretha, dalam diskusi dan peluncuran apikasi Teman Bumil – Tumbuh Kembang di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pertumbuhan anak harus dipantau dengan KMS utamanya hingga usia 2 tahun. Ini merupakan masa emas 1.000 hari kehidupan, yang dimulai sejak janin terbentuk dalam kandungan. Pertumbuhannya normal bila sesuai dengan grafik berwarna hijau. Bila masuk grafik kuning maka tanda waspada; bisa kelebihan atau kurang. Tanda bahaya bila pertumbuhannya mencapai garis merah. Ini berarti pertumbuhan anak jauh di bawah ideal.

TB dan BB yang terus bertambah menunjukkan bahwa anak mengalami pertumbuhan seperti yang seharusnya. Bila pertumbuhannya kurang atau malah berhenti, pasti ada yang tidak beres.

Terganggunya grafik pertumbuhan tidak hanya menunjukkan terhambatnya pertumbuhan fisik, tapi juga otaknya. “Hingga usia 2 tahun, berat otak anak sudah 80% dari otak dewasa. Bila ada gangguan selama masa ini, sifatnya irreversible (tidak bisa dikembalikan, red.) dan permanen,” tegas dr. Margaretha.

Karenanya, KMS harus rutin diisi, disimpan dengan baik, dan dibawa setiap kali membawa anak ke dokter. Begitu grafik melenceng, dokter bisa segera menemukan dan melakukan intervensi.

Namun survei daring yang dilakukan oleh Teman Bumil kepada 1.200 orangtua menemukan, hanya 37% orangtua yang rutin memantau tumbuh kembang si kecil setiap bulan. Sebanyak 42% hanya memantau saat kunjungan ke dokter, bahkan 3,7% tidak pernah memantau.

Bagi sebagian orangtua, mencatat tumbuh kembang anak di KMS kadang dirasa menyulitkan. Belum lagi kalau KMS hilang atau terselip entah di mana. Ini juga membuat 23% responden kesulitan mengingat jadwal vaksinasi anak.

Di era digital, alangkah asiknya bila KMS bisa diakses melalui gawai, seperti diungkapkan oleh 98% responden. Menjawab tantangan ini, Teman Bumil menambah fitur baru untuk tumbuh kembang anak. “Fiturnya sama, tapi dilanjutkan hingga setelah anak lahir,” ujar Robyn Soetikno, Co-Founder Teman Bumil. Fitur checklist kini juga mencakup jadwal vaksinasi. “Kalau takut KMS hilang, datanya bisa dimasukkan ke aplikasi. Nanti akan terlihat apakah pertumbuhan berat badan dan tinggi badan si kecil sudah sesuai,” imbuhnya.

Tentu lebih praktis dan mudah. Apalagi, kita selalu ingat di mana menyimpan ponsel, dan pasti membawanya saat berkunjung ke dokter anak. PR-nya sekarang, jangan malas atau lupa mengisi grafik pertumbuhan dalam aplikasi.

Figur publik Sandra Dewi termasuk yang menggunakan aplikasi ini sejak hamil, dan lanjut hingga sekarang baby Rafa sudah berusia 8 bulan. “Aku selalu memantau perkembangan Rafa, dan mengisi checklist, vaksin dana pa saja yang sudah bisa dilakukan Rafa. Aku pantengin terus,” Sandra tertawa.

Nah, tidak ada lagi alasan KMS hilang ya! (nid)

_______________________________

Ilustrasi: Freepic.diller / Freepik.com