saluran cerna sensitif diare mempengaruhi kecerdasan anak

Jangan Remehkan Saluran Cerna Sensitif Pada Anak : Diare Mempengaruhi Kecerdasan, Konstipasi Mengganggu Emosi

Bayi atau anak-anak bisa mengalami kondisi saluran cerna sensitif, menyebabkan diare dan sembelit. Di satu sisi saluran cerna disebut juga otak kedua, sehingga diare bisa mempengaruhi kecerdasan anak, sementara sembelit mengganggu emosinya. 

Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), Konsultan Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU dr Soetomo, Surabaya, memaparkan hubungan antara sensitifitas saluran cerna dan pengaruhnya pada tumbuh kembang anak.

Apa dampaknya pada tumbuh kembang?

Saluran cerna adalah salah satu simpul tumbuh kembang anak. Penyerapannya tidak bagus tumbuh kembangnya pasti jelek.

Dewasa ini berkembang teori ‘gut-brain axis’, di mana saluran cerna berhubungan langsung dengan otak secara timbal balik. Anak yang bermasalah saluran cernanya dan kemudian sembuh, masih berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang.

Tumbuh kembang anak selalu berhubungan dengan otak anak. Untuk membuat anak cerdas, otak butuh nutrisi (lewat saluran cerna) dan stimulasi (lewat panca indera). Ternyata panca indera juga berhubungan dengan saluran cerna. Contohnya, dalam keadaan cemas perut kerap merasa mual/mulas.

Saluran cerna dapat berkomunikasi dengan otak. Komponen motorik dan sensorik saluran cerna mengirimkan sinyal ke otak, dan sebaliknya dari otak ke saluran cerna.  Riset terbaru menunjukkan saluran cerna 80% memberikan sinyal ke otak (saluran cerna mengendalikan otak). Sedangkan perintah sensorik balik dari otak ke saluran cerna hanya 20%.

Jadi tidak heran kalau pencernaan dianggap sebagai otak kedua, karena di saluran cerna juga memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut enteric nervous system (sistem saraf enterik). Sementara persarafan di otak disebut central nervous system (sistem saraf pusat).

Bukti interaksi antara saluran cerna dan otak?

Diare mempengaruhi tumbuh kembang, baik pada tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Pada anak dengan diare akut (<7 hari) berat badan terganggu walau setelah 3 bulan pascadiare. Demikian pula pada diare kronis (>2minggu), berat badan terganggu setelah 3 bulan. Jangan remehkan diare walau 2-3 hari, gangguan pada berat badannya sama.

Diare juga mempengaruhi tinggi badan. Memang diare akut tidak terlalu mengganggu tinggi badan. Diare >7 hari mulai mengganggu. Dan diare yang >2 minggu luar biasa mengganggu.

Contoh, pasien saya diare kronis di usia 9 bulan, terjadi gangguan tumbuh kembang. Saluran cernanya disembuhkan dalam waktu dua bulan, sementara untuk menormalkan tumbuh kembangnya butuh waktu 18 bulan. 

Nah, dampak diare pada perkembagan otak adalah semakin lama anak diare, nilai IQ anak semakin rendah. Menurut Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC), kejadian diare di usia < 2 tahun menurunkan 10 poin IQ saat anak itu usia 5-9 tahun.  Pada tes IQ non verbal (Test of Nonverbal Intelligence / TONI) nilai IQ juga turun 10 poin saat anak umur 6-9 tahun.

Kemudian diare parah saat usia < 2 tahun dampaknya pada waktu masuk sekolah adalah meningkatkan waktu masuk sekolah pertama kali. Dan meningkatkan waktu lulusnya. Dengan kata lain membuatnya telat masuk dan lulus sekolah. Jika rata-rata anak masuk SD adalah 6 tahun, karena diare parah bisa jadi 7 atau 8 tahun masuk SD. Oleh kerena itu begitu diare segera sembuhkan.

Bagaimana dampak konstipasi bagi tumbuh kembang?

Ada studi pada 2.426 anak kelas 1 SD yang menderita konstipasi (sembelit). Diterapi selama 12 minggu, mereka yang respons terapinya baik terjadi peningkatan berat badan 1,05 kg dan tinggi badan 1,67 cm. Kalau respons terapinya jelek berat badan hanya naik 0,77 kg dan tinggi 1,36 cm.

Pada mereka dengan respons jelek dilakukan terapi lanjutan 12 minggu. Hasilnya, berat badan naik 1,04 kg, tinggi badan naik 1,6 cm. Namun sebagian tetap memberikan respons jelek : berat badan hanya naik 0,68 kg, tinggi badan naik 1,39 cm.

Berdampak pula pada pada perilaku anak usia 4-8 tahun. Konstipasi  9% menyebabkan gangguan perilaku (ngambekkan, uring-uringan, dll) pada lingkungan anak tanpa konstipasi. Tapi, jika terjadi pada kelompok anak yang sebagian besar juga menderita konstipasi, gangguan perilaku meningkat jadi 36,8%. Jadi jangan pula remehkan konstipasi. (jie)

Baca juga : Kenapa Saluran Cerna Bayi Sensitif dan Bagaimana Jika Kondisi Ini Berlanjut?